Konstelasi di Wajahmu

3 0 0
                                    

Kalian berbaring, berdampingan dalam hening. Tubuhnya hanya sejengkal dari milikmu. Hangat, dengan napas yang teratur meski lambat.

Lantas, tatapmu terarah pada tungkai kakinya. Dengan garis panjang yang membelah betis; selajur ceruk hitam tebal bekas luka bertahun silam.

Dengan jemarimu, kamu menelusur jalur luka itu. Meraba seberapa dalam bekasnya, mengelupas kulit kering yang beberapa masih menutupinya. Kamu pernah dengar darinya, bahwa luka inilah yang sempat menahannya sangat lama; menjadi pemisah dari apa yang dulu ia suka. Luka yang membuatnya menjadi terasing dan hanya berteman sungguh dengan diri sendiri serta sepetak ruang yang ia namai kamar. Luka buruk rupa yang barangkali, tak hanya merebut jauh mimpi, namun juga rasa percaya diri.

Selembut yang kamu bisa, kamu singgahi petak demi petak lukanya. Dengan hati yang bicara tulus, kamu ingin dia tahu bahwa kamu menyayanginya, juga luka-lukanya. Kamu menerima.

Setelah selesai, kamu memeluk pinggangnya. Merapatkan wajahmu ke hangat kulit punggungnya yang tak berlapis apa-apa. Menguncinya dalam kefanaan waktu yang hanya sepersekian dari yang selalu kamu dambakan. Berharap semoga pesanmu sampai.

Tak lama, ia menoleh ke arahmu. Tatapnya pasti menujumu, sepasang bola cokelat yang menguncimu lekat-lekat. Pada waktu ini, kamu benar-benar merasa diamati. Dan barangkali, meski hanya kali ini, meski hanya di waktu sepenggalan kalian saling menatap ini, ia mulai luluh dan menyambutmu; mengagumimu sebagaimana kamu selalu menaruh hati padanya. Tak peduli bagaimana ia, atau seberapa buruk luka-lukanya.

Ia menyingkap helai anak rambut yang mengikal di dahimu, "kamu punya begitu banyak tahi lalat," katanya. Benakmu memutar bayangan yang selalu kamu inginkan; tentang ia yang akan mengecup jalur bintang di wajahmu satu per satu, menerima rupamu dan setiap manik di parasmu.

Namun, ia selalu punya akhir sendiri. "Perempuan biasanya tak punya sebanyak itu di wajahnya," katanya lagi. Menenggelamkan harapmu.

Dan selalu, selalu ada saja caranya, untuk mengingatkanmu bahwa kamu penuh cela di matanya.

Ia memalingkan wajah dan membelakangimu. Kendati lenganmu masih melingkar di pinggangnya, dan tubuhmu rapat di punggungnya, toh dingin tetap menyambangimu juga.

Tebak di mana.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 02, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DeranaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang