can.tik

9 0 0
                                    

"Kamu menyukai yang cantik."

"Ya."

"Kamu menyukai yang berpenampilan menarik."

"Pastinya."

Kamu mengangguk, "Pastinya kamu menyukai yang satu itu," kamu menunjuk.

"Dan yang satunya lagi," giliran dia yang mengangguk.

Kamu melotot, "yang itu juga?"

"Plus yang di kiri depannya."

Kamu memberengut, "Kamu menyukai semua orang."

"Hanya jika semuanya menawan."

"Hanya jika semuanya bukan aku," keluhmu.

Dia mengangguk. Tidak sopan. "Karena kamu tidak menawan."

Kamu menghempas napasmu keras-keras. Ini mulai tidak adil. Tidak. Ini bahkan tidak pernah adil, semua perkara menawan ini. "Tidakkah ada di suatu waktu," tanyamu, "kamu merasa bahwa aku, katakanlah, uh, cantik?"

Seketika dia tertawa. Jenis tawa mendadak yang juga bisa kamu dengar selepas bilang, 'tidakkah musim dingin ini panas?'
"Tidak," jawabnya tanpa ragu. Jahat sekali.

"Sungguh?" Tanyamu, "setelah semua yang aku lakukan. Yang kita lakukan. Tidak pernah sedikit pun aku terlihat-, menarik?" Kamu ingin bilang 'menggoda' tapi jelas tidak akan pernah siap dengan reaksinya.

"Tidak," tegasnya, "baik, iya. Berdedikasi, sangat mungkin. Rajin, sudah pasti. Cantik? Tidak."

"Kenapa?" Semburmu.

Dia mengangkat bahu, "Tidak pernah berdandan. Baju terlalu longgar atau ketinggalan jaman atau sewarna kusam. Terlalu kurus. Tidak berlekuk. Tidak berisi," jawabnya, "tidak cantik."

"Oh, cantik secara fisik," katamu, "jelas kamu setuju kalau aku punya inner beauty."

"Inner beauty tidak ada." Ia bahkan bilang itu tanpa butuh jeda, "inner beauty cuma pembelaan buat wanita yang tidak cukup berani mengakui kalau mereka tidak cantik sama sekali."

"Jangan kasar," hardikmu.

"Yang rasional," sergahnya, "jelek ya jelek saja. Orang tidak berkeliling sambil repot-repot bawa X-Rays cuma agar bisa lihat kecantikanmu dari dalam. Cantik itu yang bisa dilihat mata telanjang."

"Robert Mugabe," katamu.

"Terbaik." Ia menyeringai.

"Tapi, serius-"

"Diamlah," katanya memotong, "tidak usah membela diri lagi."

Ia memindai pemandangan sekitar (yang dimaksud 'pemandangan' adalah para wanita yang berjalan di depan sana). Memerhatikan orang berlalu-lalang. "Nah," serunya, "kalau kamu mau dibilang cantik," ia menunjuk, "mulailah agar terlihat seperti yang satu itu."

Dan kamu bahkan tidak akan pernah bisa meniru gaya rambutnya.

DeranaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang