"Lu, gue mau ke perpus ya" Oniel berkata sambil menenteng sebuah buku dari laci meja. Tanpa menunggu balasan dari sahabatnya, lelaki itu melenggang begitu saja menuju perpustakaan sekolah yang berada di lantai 1.
Kelas kosong menjadi salah satu alasan Oniel untuk melipir menuju perpustakaan. Melakukan rutinitas favoritnya.
Sebagai sahabat, Lulu tak heran. Ia mengerti temannya itu suka membaca, jadi ia biarkan. Lagipula Lulu juga harus menuju ruang OSIS untuk mengurus laporan keuangan yang menumpuk di meja kerjanya. Mumpung sedang ada waktu, pikir gadis itu.
Oniel turun melalui tangga, melewati lapangan basket berisi siswa yang sedang melakukan praktik olahraga, juga taman dengan gazebo yang bertengger di bagian samping.
Cukup jauh memang dari kelasnya yang berlokasi di lantai 2, tapi Oniel tak pernah mempermasalahkan itu. Baginya, perpustakaan lebih nyaman digunakan untuk membaca dibanding kelas atau gazebo taman.
Lebih sunyi. Lebih mudah untuk fokus pada buku bacaan. Itu pikir Oniel.
Jemarinya membuka pintu perpustakaan yang cukup berat dengan perlahan. Bunyi gesekan engsel yang sedikit berkarat menggema, mengundang beberapa murid menoleh ke arahnya. Sisanya tetap fokus pada buku masing masing.
Setelah memastikan bahwa pintu telah tertutup, Oniel mendekat pada rak buku bagian belakang dekat AC, tempat favoritnya.
Mendudukkan diri disana, di lantai tanpa alas. Menyumpal telinga dengan headset yang menyuarakan lagu dari band favorit, bersandar pada rak berdebu di belakangnya, kemudian lelaki itu mulai fokus membaca.
Tak ada kekhawatiran akan sosok lain yang akan mendekati rak di belakang punggung. Alasannya sepele. Itu rak buku matematika.
Tak ada yang iseng ingin membaca buku tebal berisi puluhan rumus yang sulit dicerna itu. Makanya, rak ini jarang di kunjungi oleh siswa. Paling hanya satu atau dua anak saja.
15 menit telah Oniel lalui, matanya yang fokus pada rentetan kata mulai terasa lelah. Diletakkan buku pada paha. Mata keringnya berkedip beberapa kali.
Kini pandanganya beralih pada jam pada dinding, Oniel masih punya 20 menit lagi sampai jam pelajaran berikutnya dimulai. Oniel putuskan untuk memejamkan matanya sebentar. Ia tak peduli jika ia akan tertidur pulas atau tidak, lagipula Lulu pasti akan menelponnya jika ia tak kembali nanti.
Hanya butuh beberapa menit sampai Oniel terlelap. Napasnya terlihat teratur, dengan kepala yang mulai miring ke kanan, namun tak sampai jatuh.
Tubuh si lelak berhasil bertahan pada posisi itu selama 10 menit. Sampai...
"Bu Lidya galak banget ih, tidur bentar doang langsung dimarahin. Mana harus balikin buku pula"
Gerutuan seseorang terdengar dari balik rak. Seorang gadis terlihat sedang merapikan buku dengan air muka tidak ikhlas.
Meletakkan sesukanya, asal masuk kedalam rak berarti buku itu sudah kembali. Kerapian tak gadis itu pedulikan. Gadis itu hanya ingin cepat selesai dan lekas kembali menuju kelas.
Ia terus lakukan hal itu hingga tanpa disengaja, satu buku terjatuh ke belakang rak karena tatanan yang terlalu acak.
Buku itu jatuh pada Oniel
Lebih tepatnya, pada kepala Oniel. Tepat fi bagian ubung ubung si lelaki yang masih terlelap.
Bug!!
"Aak!"
Oniel terbangun dengan rasa sakit di ujung kepala. Matanya menangkap buku matematika yang cukup tebal di dekat tubuh. Ia mendongak ke atas. Tangannya mengelus kepalanya sendiri yang berdenyut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amazing [REVISI]
Fanfic[Shaniel] Perasaan luar biasa yang Oniel dapatkan dari seseorang yang tak pernah ia duga. BxG Ini fiksi. Jangan dibawa ke real life ya With love, wishnim