4. Takut

2.1K 249 21
                                    


"Aku sama Christy berangkat ya, Ma"

Melody yang berdiri didepan rumah mengangguk, memperhatikan si anak tengah dan si bungsu yang masuk ke dalam mobil. Bibirnya tak berhenti tersenyum kala melihat Oniel yang dengan telaten memasangkan seatbelt pada adiknya.

Setelah memastikan bahwa sabuk pengaman telah terpasang dengan benar, Oniel membunyikan klakson mobil. Tanda untuk sang Mama, kemudian mobil mulai melaju.

Sedan hitam itu bergerak dengan kecepatan normal. Melaju menuju sekolah Christy yang berada tak jauh dari sekolahnya.

Sepanjang mobil melaju keduanya menikmati musik yang terputar dari radio. Sesekali terdengar celotehan Christy tentang kegiatannya, juga teman temannya hingga tak terasa mobil Oniel telah sampai di halte samping sekolah tempat Christy biasa menunggu jemputan.

"Aku turun ya, mas"

Bergumam sebagai jawaban, jemari Oniel mengusap rambut Christy lembut. Membuat senyum simpul dari gadis kecil itu menguar.

Christy turun dengan perlahan, menutup pintu setelah tubuhnya berada diluar. Tepat sebelum pintu tertutup sempurna, Christy menarik kembali handle itu, melongok menatap wajah sang kakak.

"Kenapa? Ada yang ketinggalan?"

Kepala Christy menggeleng pelan. Jemarinya menunjuk pada betis Oniel yang tertutup celana sekolahnya.

"Plester di luka mas Oniel udah diganti kan?"

Pertanyaan Christy membuat Oniel melirik kakinya, lebih tepatnya di bagian betis kanan yang kini dihiasi plester dinosaurus milik Christy.

Kemarin, tanpa ia sadari ternyata betisnya terluka. Sepertinya ini efek insiden yang menimpanya kemarin. Gelas minuman yang pecah karena Shani tanpa sadar menggores betisnya.

Sebenarnya ini hanya luka kecil, ia bahkan tak merasakan sakit saat insiden itu terjadi. Christy yang melihatnya saat ia hendak menuju ruang makan semalam. Melody yang melihatnya kembali panik, dengan telaten memberikan obat merah pada betis si anak tengah, lantas Christy datang dengan membawa plester dinosaurus miliknya.

Akhirnya jadilah betisnya diplester dengan plester milik Christy.

Melirik Christy yang masih setia menunggu jawaban, Oniel melempar senyum seolah menenangkan.

"Udah kok. Tadi pagi mas udah ganti. Tenang aja"

Senyum Oniel tunjukan sebagai penutup. Christy ikut tersenyum, lalu menutup pintu mobilnya rapat.

Bertepatan dengan itu, dua anak perempuan datang mendekati Christy. Itu Freya dan Azizi, teman satu kelas Christy yang sudah Oniel kenal betul kelakuannya.

Menekan tombol power window, jendela mobil turun dengan perlahan. Membuat wajah Oniel dapat terlihat oleh ketiga bocah itu.

"Bye, semua. Belajar yang pinter ya"

Ketiganya mengangguk. Mengangkat tangan, melambai ceria.

"Bye, mas Oniel!!"

Setelah berteriak bagai pemandu sorak, ketiganya masuk dengan berlari disertai tawa khas anak anak yang masih dapat Oniel dengar.

Kekehan kecil keluar dari mulut Oniel. Ia selalu merasa gemas pada Christy dan kedua temannya itu. Kerap kali dirinya ingin memanggil mereka dengan sebutan Upin, Ipin dan Apin.

Kala ketiganya menghilang dengan sempurna dari jarak pandang Oniel, mobil kembali melaju menuju sekolahnya.

Hanya butuh waktu tak lebih dari 10 menit untuk Oniel sampai ke sekolahnya. Ia parkir kan sedan hitam itu di tempat khusus siswa.

Amazing [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang