Maaf baru update...
Untuk kedepannya saya usahakan
Untuk lebih sering up lagi...
Terima kasih"Hari ini seperti janji ibu kemarin, ibu bakal mengganti sistem pembelajaran kita menjadi berkelompok. Anggotanya gak usah banyak-banyak, cukup sama teman sebangku aja" suara bu Ratih memenuhi ruangan kelas.
"Karna sekarang sudah memasuki kurikulum merdeka, jadi peran guru dalam pembelajaran hanya sekitar 30% saja. Maka dari itu ibu buat kalian berkelompok agar bisa mendiskusikan sisa 70% pelajaran kalian bersama teman kalian. Dan setiap bulannya ibu mau kalian buat satu laporan berisi rangkuman materi yang kalian pelajari bersama teman kelompok kalian. Mengerti?" Terang bu Ratih.
Vera melirik ke arah Mufli lalu ia menghela nafas kasar. Bagaimana tidak jika yang jadi teman sekelompoknya adalah kulkas jalan. Tapi Vera juga tak berani protes dan hanya bisa pasrah.
"Belajar kelompoknya kita mulai dari hari ini" kata Mufli tapi tak mengalihkan atensinya sedikit pun dari buku yang ia baca.
Tentu saja hal itu membuat Vera terkejut. "Dimana?" Tapi tak urung juga ia bertanya walaupun kepalanya serasa penuh memikirkan nasib jalannya kelompok belajar ini.
"Dirumahku" jawab Mufli singkat.
***
Pukul 14.00 seperti biasa, murid-murid Bakti Jaya bersiap keluar untuk pulang kerumah masing-masing, termasuk Vera dan Yuna.
Seperti biasa juga, Vera pulang bersama Yuna, ditemani dengan gosip-gosip ringan seputar bakti jaya yang menemani langkah mereka. Walaupun rumah mereka tidak dekat tapi mereka masih bisa jalan bersama sampai di halte.
Tidak ada yang berubah, seperti kemarin, hari ini pun Vera kembali bertemu Mufli dan harus terperangkap di satu bis yang sama.
Vera masih tetap duduk disamping Mufli. Bukan karna tidak ada kursi kosong lagi tapi karna hari ini sesuai janji mereka akan belajar bersama dirumah Mufli jadi Vera memutuskan untuk duduk disamping Mufli.
Vera merogoh tasnya dan ia menemukan satu lagi bungkus camilan dari fansnya Mufli yang belum ia makan dan ia memutuskan untuk memakannya.
Mufli yang melihat Vera membuka bungkusan camilan dan mulai memakannya pun terheran. Vera seperti tidak pernah puas memakan cemilan cemilan seperti itu. Padahal menurut Mufli makanan seperti itu tidak sehat.
"Ga capek ngunyah mulu?" Pertanyaan itu meluncur bebas dari mulut Mufli.
Mendapat pertanyaan dari Mufli, tentu saja Vera heran sekaligus merasa ada yang aneh dari sikap Mufli. Entah memang hanya perasaannya saja atau memang firasatnya benar, tapi yang jelas Vera merasa hari ini Mufli lebih memperhatikannya.
Tidak seperti hari kemarin yang walaupun diajak mengobrol tapi Mufli seakan akan menganggap Vera tak ada, hari ini Mufli lebih banyak merespon Vera dan tadi ia malah membuka percakapan duluan.
"Gak ada kata capek untuk sesuatu yang kita sukai" jawab Vera seraya memandang lekat ke arah Mufli.
"Kamu juga, ga capek mukanya datar mulu? Gaada ekspresi sama sekali" lanjut Vera.
Mufli tak menjawab pertanyaan Vera dan malah memalingkan wajahnya ke arah jendela.
"Ga baik tau Muf,mukanya ketat terus begitu. Orang mau punya niat baik ke kamu juga jadi mikir dua kali"
"Bukan urusan kamu"
"Jadi urusan aku dong, aku mau ngajak kamu ngobrol suasananya jadi ga enak. Gimana bisa kita belajar kelompok kalo aku-nya bermonolog mulu" jelas Vera yang tentu saja dengan wajah kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Him? [TAHAP REVISI!]
Teen Fiction"Kamu berubah ya Ra? Jadi lebih posesif sekarang. Kemarin-kemarin mereka kasih aku berbagai macam makanan kamu ga pernah keberatan tuh? Terus kenapa sekarang beda?" Suara Mufli terdengar kesal dan tatapan matanya pun menajam menatap ke arah Vera. "J...