Bagian 12. Ruangan Nomor 12

15 11 0
                                    

Bagian 12. Ruangan Nomor 12

Kenapa lo selalu muncul di depan gue yang selalu membuat perasaan gue iba.

Zahra tengah membenarkan tali sepatunya. Melihat jam dinding di rumahnya tadi sudah menunjukkan jam 7 kurang sepuluh menit. Padahal jarak tempuh rumah ke sekolahnya adalah seperempat jam. Hari ini, ia pasti telat. Kakinya berlari kencang menuju angkot yang di seberang sana, napasnya ngos-ngosan dan dadanya naik turun. Setelah berhasil menaiki angkot, ia membenarkan dasi yang menggantung di lehernya.

"Pak, cepetan ya ke SMA Tunas Bangsa" ucap Zahra ke sopir angkot itu.

"Iya Mbak" jawab sopir angkot itu.

Dalam hati, gadis dengan lesung pipi di wajahnya itu selalu merapalkan doa-doa agar gerbang sekolahnya belum tertutup. Dalam sejarah, baru kali ini Zahra telat datang ke sekolah. Ini karena, semalam ia mencuci baju dan melipat baju sampai tengah malam karena pulang kerja pun larut.

Angkot pun berhenti tak jauh dari gerbang sekolah, buru-buru Zahra memberikan selembar uang kepada sopir angkot. "Terimakasih Pak,"

Setelah menyebrang jalan, Zahra menghembuskan napas kecewa. Benar, kali ini ia telat!

Gerbang sekolah sudah tertutup rapat dan terlihat satpam sekolah baru saja duduk di pos satpam. Zahra buru-buru melamai-lambaikan tangannya memanggil Pak Satpam. Pak Satpam yang melihat ada murid yang telat, buru-buru menghampiri Zahra.

"Semoga gak di hukum." Ucap Zahra pelan. Jujur saja, ia takut setengah mati kali ini. Sedangkan, ponselnya dari tadi ada notif dari Rina menanyakan keberadaannya, isi pesan tersebut memberi tahu Zahra bahwa kelas sudah dimulai.

Zahra panik bukan main, yang ada di pikirannya kali ini hanyalah bagaimana caranya ia bisa masuk ke dalam sekolah itu.

"Pak, tolong bukain gerbang nya dong. Maaf telat, tadi kesiangan."

"Kali ini aja Pak, please.." ucap Zahra memohon ke Satpam. Satpam paruh baya itu juga terlihat iba kepada Zahra. Dalam hati, ia ingin membukakan gerbang sekolah tetapi, dari arah kanan, datang Bu Umi—guru bk sekolah.

"Mampus aku" lirih Zahra.

"Telat Mbak?" tanya Bu Umi. Bertanya kepada Zahra. Walaupun kesannya bertanya, tetapi nada nya seperti menelisik Zahra dari atas sampai bawah.

"Maaf Bu, tadi pagi saya bangun kesiangan." Ucap Zahra takut-takut.

"Kamu Zahra kan?" tanya Bu Umi. Minggu kemaren, sepertinya ia melihat Zahra mengumpulkan buku tugas di kantor guru. Dan kalau di lhat-lihat, gadis ini berpakaian cukup rapi, tidak seperti anak-anak nakal.

Zahra hanya mengangguk. Merasa takut karena guru ini mengenalinya saat telat berangkat sekolah. Bisa-bisa Zahra di cap sebagai anak nakal nantinya.

"Yasudah, kamu di perbolehkan masuk. Jangan lupa mengisi buku keterangan terlambat masuk sekolah" ucap Bu Umi tegas.

Zahra bernapas lega bisa melewati gerbang sekolah. Ia segera berjalan ke pos satpam dan menulis namanya di dafar hadir telat.

Mimpi apa Zahra semalam sampai-sampai bisa telat berangkat sekolah.

"Berhubung kamu perempuan, kamu gak perlu hormat bendera sampai istirahat di lapangan. Tapi cukup membersihkan lapangan sampai bersih." Ucap Bu Umi tak terbantahkan.

** ** **

Semarang saat siang hari.

Fatih dengan pakaian olahra sedang melakukan pemanasan di lapangan. Hari ini adalah kelas 12 ipa 2 pelajaran olahraga, sambil di bimbing Pak Budi di barisan depan.

Antara Jogja dan SemarangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang