***
"Aleta, kamu di panggil ibu Diah," ucap Vera, teman sekelasnya Aleta.
"Ada apa," ucap Aleta.
"Gue gak tau, cuman di suru nyampe kan ke lo aja," ucap Vera.
Ibu Diah adalah wali kelas Xl, wali kelas Aleta ini sangat lah dekat dengan Aleta. Aleta juga lah yang di tunjuk oleh ibu Diah untuk mengurus kelas, dan memegang keuangan kelas. Dirinya sangat dipercaya oleh ibu Diah.
"Ana, temenin ayo," ucap Aleta.
"Sama yang lain, gue mager banget," ucap Ana malas, gadis itu dari tadi tidak berminat bangkit dari duduk nya.
"Berkedok mager padahal kaki lo bisulan," ucap Aleta, setelah mengatakan itu Aleta berjalan menghampiri Sinta teman sekelas nya untuk menemani nya, menemui ibu Diah.
"Sinta,kawani gue, keruangan Bu Diah, buru gak pake lama,".
Tak perlu basa basi sinta langsung mengikuti Aleta, berjalan di samping Aleta menuju kantor guru. Setelah jalan, mereka sampai di ruang guru, terlihat lah Bu Diah yang sedang memainkan komputer nya.
"Assalamualaikum buk, ada apa ibu manggil Aleta," ucap Aleta Sopan.
"Oh iya nak, ibu mau bahas soal keuangan kelas kita, kenapa tidak di lanjutkan lagi, atau uang nya sudah banyak," ucap ibu Diah.
"Boro boro banyak buk, bayar aja pada malas," ucap Aleta.
"Sekarang kamu pegang buku nya lagi, dan minta'i dengan kesepakatan yang udah kita ketahui," ucap Bu Diah.
"Baik Bu," ucap Aleta.
Setelah percakapan mereka selesai Aleta dan Sinta kembali ke kelas, dan Aleta Langung menjalankan tugas yang di beri kan oleh ibu Diah tadi. Diri nya berdiri di depan meja siswa, layak nya seorang guru.
"Wahai teman teman ku yang baik dan tidak sombong, tidak pelit dan banyak uang, alangkah baik nya kah kalian membayar kas kalian ini, wahai teman teman," ucap Nara dengan penuh senyuman."Enggak ada uang," jawab seisi kelas kompak.
Aleta Langung melotot melihat kekompakan teman teman nya ini, solidaritas waktu di tagih uang kas aja baru ada, dasar. "Giliran di tagi kas, pada kagak ada duwit, giliran di ajak Nongkrong ayok ayok aja," sindir Aleta.
"Kalau itu kita kan sama sama kenyang berader," ucap Johan dari sudut belakang.
"Hee johanjing, hutang lo paling banyak," ucap Aleta.
"Gue lagi di masa sulit dalam maslah keuangan,jadi mohon balas kasih nya," ucap laki laki itu dengan nada sedih bin lebay nya.
"Heran gue padahal kas satu Minggu goceng anjir,".
"JAJAN ELIT, BAYAR KAS SULIT," Teriak Aleta.
"Bodoh amat anjir, Duwit gue tinggal sepuluh ribu kalau gue bayar kan kas, tinggl goceng, Somay kantin goceng cuman dapat tiga bakso," ucap Johan.
"Lo gak di ajak botak," ucap Aleta, yang mendapat gelak tawa dari seisi kelas.
"Abram, bayar gak uang kas lo, atau kalau gak kalau lo gak masuk gue buat cabut,ucap Aleta, mengancam Abram, ya Abram ini sering kali tidak masuk sekolah,dan selalu ijin ke Aleta,karena Aleta baik dengan teman teman dakjal nya dia tidak pernah membuat Absen teman nya itu.
"Anjir, kalau gitu gimana bisa gue nolak," ucap Abram mengeluarkan dompet dari saku celana sekolah nya.
"Semuanya total tiga puluh ribu punya Lo," ucap Aleta.
"Ini mah kayak bayar utang gue di kantin," ucap Abram, melemah.
"Gue bayar setengah dulu ya,"
"Gak," ucap Aleta singkat padat jelas.

KAMU SEDANG MEMBACA
SENJA NYA ALETA
Teen Fictionseorang gadis yang selalu menunggu sore, seorang gadis yang senantiasa menghabiskan waktu sore nya dengan duduk di pinggiran sungai setiap sorenya, hanya ingin melihat senja datang. gadis penyuka suara Air yang mengalir, gadis penyuka langit biru y...