Seorang pria yang telah menginjak usia kepala tiga itu namun wajahnya masih tetap terlihat awet muda dan cantik layaknya seorang remaja SMA. Percaya atau tidak tapi itulah kenyataannya.
Dia seorang Ayah sekaligus CEO dari perusahaan kosmetik ternama. Single parent dan hanya tinggal berdua saja dengan putra tampannya yang kini telah berusia delapan belas tahun dan duduk di tingkat dua sekolah menengah atas. Keduanya hidup dengan bahagia di sebuah mansion yang menjadi kediamannya.
Pria tiga puluh tahun itu tengah menghidangkan sarapan pagi diatas meja makan sembari menunggu putranya yang belum turun dari kamar. Dan.. tak lama kemudian, sosok yang ia nantipun datang dengan wajah berseri.
"Selamat pagi, Ayah!". Ucapnya sembari membubuhkan kecupan lembut di pipi pria manis itu.
"Selamat pagi, Jay. Ayo, duduklah..".
Putra tampannya itu lantas mengambil duduk di salah satu kursi tepat berseberangan dengan tempat duduk sang Ayah.
Tanpa banyak mengoceh, iapun menyuapkan sarapan paginya. Ya.. Walaupun Ayahnya seorang pria workaholic namun ia tak pernah lupa untuk menyiapkan sarapan bagi putranya.
"Ayah, hari ini sepertinya aku akan pulang telat". Ucap Jay sembari menyeruput susu almond-nya.
"Benarkah?". Sahutnya yang mendapat anggukkan cepat dari pemuda Park itu.
"Ada perubahan jadwal ekskul-ku".
"Baiklah. Kalau begitu, kabari saja aku saat sudah waktunya pulang. Ayah yang akan menjemputmu ke sekolah".
Jay dengan cepat menggeleng. "A-tidak perlu! Aku akan pulang sendiri saja. Lagipula kau kan sudah lelah dengan urusan kantor jadi tak perlu untuk menjemputku. Aku bisa naik bus".
Pria manis itu hanya dapat menghembuskan nafasnya perlahan. Putranya itu memang selalu menolak jika ia ingin menjemputnya ke sekolah. Bukan tanpa alasan. Jay memang sangat tak ingin merepotkannya. Padahal sebenarnya, ia sama sekali tak masalah di repotkan karena bagaimanapun Jay adalah putranya.
"Hhh.. yasudah. Kalau begitu aku buatkan bekal saja ya?".
Jay hendak kembali menolak namun Ayahnya kali ini bersikap tegas.
"Makanan yang kau beli di kantin belum tentu higinies dan sehat. Ayah tak ingin kau sakit. Jadi lebih baik kau bawa bekal buatan Ayah-mu ini. Kalau kebanyakan, nanti kau bisa berbagi dengan teman temanmu. Kudengar mereka juga sangat menyukai masakanku kan?". Celotehnya dengan panjang lebar.
"Nah, sekarang kau habiskan sarapanmu dulu. Aku juga akan pergi ke kamar untuk bersiap. Setelah ini kita berangkat bersama, okay?". Ucap sang Ayah yang mendapat anggukkan samar dari putranya.
**
"Aku akan masuk. Ayah berhati hatilah dan jangan mengebut. Mengerti?".
"Iya iya. Aku akan berhati hati. Dan kau, belajarlah yang rajin ya?". Sahut sang Ayah yang segera saja mendapat kecupan di pipinya.
Setelahnya Park muda itupun berlalu memasuki gedung sekolah. Sementara pria manis itu hanya dapat mengulas senyum kecilnya.
Tepat ketika ia hendak masuk kedalam mobilnya, terdengar sebuah suara yang menginterupsi.
"Yang Jungwon!".
Sontak iapun menoleh kearah suara tadi. Seutas senyumanpun perlahan terukir di wajah cantiknya. Ia lantas melambaikan tangannya pada sosok pria berkulit tan yang terlihat gagah dan rapih dengan balutan setelan kemeja putih terbalut oleh jas berwarna hitam senada dengan sepatu pentopelnya sambil menenteng sebuah tas jinjing hitam ditangannya.