chapter 4

1.7K 217 61
                                    

Weekend adalah hari dimana bagi anak sekolah memanfaatkan waktunya dengan sebaik mungkin untuk bermalas-malasan.

Sama halnya dengan Jay.

Pemuda tampan itu lebih memilih untuk tetap berada didalam rumah. Ia bahkan menolak ajakkan Jisung untuk pergi bersama teman-temannya. Alasannya hanya satu, apalagi jika bukan karena sang Ayah.

Jay sangat menantikan hari ini untuk ia habiskan bersama Jungwon. Setelah sarapan pagi tadi, pria manis itupun kembali masuk ke dalam kamarnya dan belum juga kembali hingga saat ini.

Sambil bersandar pada sofa ruang keluarga, ia lantas menyalakan televisi dan menggonta-ganti channel tanpa minat.

"Jay..". Sebuah suara terdengar menginterupsi.

Dengan cepat pemuda itupun menoleh dan mendapati sosok sang Ayah yang sudah mengganti pakaiannya.

"Aku mau pergi berbelanja sebentar. Kau tunggu dirumah ya?".

Jay segera beranjak dari duduknya, "Aku ikut".

"Aku hanya akan pergi sebentar--".

Namun belum sempat si manis dapat menyelesaikan kalimatnya, pemuda itu sudah lebih dulu menyela. "Aku tidak mau menerima penolakan apapun, Ayah. Aku akan ikut denganmu!".

Ya, bagaimanapun juga Jay tak akan membiarkan sang Ayah untuk pergi sendirian. Terlebih lagi pria manis itu memakai short pants yang membiarkan kaki jenjangnya ter-ekspos.

Tidak.
Tentu saja ia tak akan rela orang lain melihatnya.

Dengan bergegas, Jay berlalu menuju kamar hanya untuk mengambil sebuah jaket denim lantas melingkarkannya tepat di pinggang ramping milik si manis.

"Hey, apa yang kau lakukan?".

Jay hanya dapat menyunggingkan senyum tipisnya sembari menggenggam jemari sang Ayah dengan erat.

"Menyembunyikan aset berharga milikku".

















**





Jungwon berjalan mengelilingi rak demi rak minimarket sambil mendorong troli belanjaan. Ia tampak sibuk memilah-milah kebutuhan apa saja yang hendak dibelinya.

Tak jauh dari tempatnya berdiri, tiba-tiba saja terdengar suara riuh yang memekakkan telinga. Merasa penasaran dengan hal itu, ia lantas membawa langkahnya menuju sumber suara tersebut.

"Jay?". Ujarnya begitu mendapati putranya yang tengah di kerubungi oleh beberapa gadis.

Sontak semua orang yang berada disana pun mengalihkan atensi padanya.

"Hai Sayang!". Sahut Jay dengan sedikit memekik lantas membelah kerumunan tersebut. Pemuda tampan itu menghampiri sang Ayah yang tampak tertegun di tempatnya.

"Maaf, apa aku membuatmu menunggu?". Ucapnya lagi sembari mencuri kesempatan untuk merengkuh pinggang ramping itu.

Helaan nafas yang berat beserta tatapan kecewa bercampur iri dari para gadis itupun tersirat dengan jelas begitu melihat perlakuan manis yang Jay berikan pada Jungwon.


.


















.



"Apa yang sudah kau lakukan? Kenapa kau malah memanggil Ayahmu dengan panggilan seperti itu?".

Sementara itu, Jay hanya dapat tertawa dengan rikuh sembari menggaruk lehernya yang tak gatal.

"Maaf, Ayah. Aku hanya mencoba untuk menghindari gadis-gadis itu saja".

"Apa kau mengenal mereka?".

"Aku tak terlalu mengenal mereka tapi yang kutahu mereka adalah teman-temannya, Oh Haewon".

"Siapa itu, Oh Haewon? Apakah dia gadis incaranmu hm?".

Namun Jay tak menyahut. Ia hanya dapat mendengus sebal.

"Kau pasti merasa malu ya? Baiklah.. lain kali kau harus mengenalkannya juga padaku".

Sesampainya di sebuah halte bus, keduanya pun memutuskan untuk beristirahat sejenak.

Untuk beberapa saat, Jay tampak terdiam memperhatikan bagaimana paras rupawan si manis.

"Ayah..".

Pria manis itupun menoleh.

"Kau pasti memanipulasi usiamu ya?".

Kekehan kecil pun terdengar setelahnya. "Apa yang sedang kau bicarakan?".

"Aku hanya merasa sedikit tak percaya. Kau masih terlihat sangat muda tapi sudah punya seorang anak delapan belas tahun sepertiku. Ayah.. Apakah aku ini benar-benar putramu?".

Seketika senyuman di wajah si manispun lenyap. Jungwon memilih untuk bungkam tanpa menjawab pertanyaan dari putranya barusan.

Merasa atmosfer diantara keduanya yang tiba-tiba saja berubah menjadi canggung, Jay pun mencoba untuk mengalihkan topik pembicaraan.

"A-ayah... Maaf. Aku sama sekali tidak bermaksud untuk menyinggungmu. Maafkan aku". Ujarnya dengan nada penuh penyesalan.

Helaan nafas panjang pun terdengar setelahnya. Jungwon lantas menangkup wajah milik sang putra sembari memberikan usapan lembut di pipi tirusnya.

"Lupakan saja. Kita pulang sekarang ya?".

















***

see u next chapter sayangkuu~~

unholy | jaywonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang