06

988 196 0
                                    

"Kita sampai."

Akhirnya, kami tiba di depan sebuah gedung yang besar dan menjulang tinggi. Aku ternganga. Jadi, aku akan tinggal disini sekarang?

"Apa kau yakin? Ini terlihat seperti hotel bintang lima!" pekikku dengan kagum.

Hirofumi-san berjalan memasuki area hotel, aku mengikutinya. Halaman depan saja sudah begitu luas dan terlihat indah. Apalagi, terdapat taman bermain kanak-kanak. Para anak kecil terlihat begitu riang disana. Entah mengapa, aku menjadi prihatin.

"Semua yang ada disini adalah korban dari musibah yang diakibatkan oleh para iblis liar. Mereka yang kehilangan rumahnya akan dipindahkan, sama sepertimu," ujarnya sembari berjalan.

"Bagaimana dengan anak-anak itu?"

"Mereka tinggal di panti asuhan yang ada disini, pemerintah juga yang membuatnya."

"Itu hal yang bagus...."

"Apa kau percaya pada mereka?"

"Sepertinya, belum."

"Nah, pertahankan itu. Maka kau akan selamat."

Entah mengapa, kurasa ... Hirofumi-san membenci orang-orang dari pemerintahan? Dari ucapannya sejak tadi, dia terdengar tak suka. Mungkin, ada baiknya jika aku mengalihkan pembicaraan ini.

Tapi sebelum itu, kami sidah berjalan memasuki pintu utama hotel. Di lobi terlihat ramai. Bahkan disini pun ada beberapa lansia.

"Akan kuantar ke kamarmu."

"Ah, mohon bantuannya."

Hari ini, aku banyak berbicara dengan Hirofumi-san. Agaknya, kami menjadi sedikit lebih dekat. Melihat sekitar, kuhilat terdapat beberapa toko dan kedai makan layaknya lobi di mall, dan kolam berenang yang tak terlalu besar terletak di ujung sana. Lalu, stand makanan yang menyediakan burger menarik perhatianku. Terlihat sangat menggiurkan hingga perutku bergemuruh. Kuharap Hirofumi-san tak mendengarnya.

"Kau lapar?"

"Eh?! Tidak sama sekali!"

"Omong-omong, aku mendengar sesuatu."

"A-apa itu?"

"Suara cacing yang kelaparan."

... Matilah aku.

Karena perut tak bisa berbohong, kuputuskan untuk berterus terang bahwa aku menginginkan dua hamburger ukuran besar. Setelah mengatakan itu, dia segera pergi dan membawa tiga hamburger ukuran besar lalu memberikannya padaku.

"Bukankah aku bilang hanya dua?" tanyaku ragu. Tapi jika dikasih lebih, tentu aku senang.

"Memang dua untukmu, satu untukku. Kau yang membawanya, tidak berat 'kan?"

Kesalahpahaman ini sungguh telah menghancurkan harapanku. Tetapi, aku tak boleh protes karena dia sudah memberiku dua.

"Tentu saja. Terimakasih sudah membelikanku makanan ini, Hirofumi-san."

Aku benar-benar tulus mengataknnya. Dia lalu tersenyum hingga matanya menyipit.

"Tidak masalah. Lagipula, makanan yang ada di beberapa stand gratis untuk pendatang baru. Tapi hanya berlaku satu hari," ujarnya. "Lain kali jangan malu lagi, Y/N-san."

Sepertinya, aku salah paham lagi.[]

-ˋˏ ༻❁༺ ˎˊ-

Yoo minna ore wa mada kokoni iru🤸‍♀️

Jangan lupa vote yaa-!💓

Jangan lupa vote yaa-!💓

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Not ExistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang