09

882 189 7
                                    

Kami bertiga berada di lobi, tepatnya di sebuah kedai kopi. Hirofumi-san duduk disampingku, sedangkan wanita itu duduk di seberang kami. Tidak ada yang berbicara hingga minuman pesanan kami datang. Es kopi macchiatto terlihat begitu menggoda, namun aku tak berani minum duluan. Kulihat, dari tadi wanita itu terus menatapku. Tatapannya membuatku gugup.

Aku menelan ludah. "Ka-kalau ada sesuatu yang ingin kau katakan padaku, maka katakan saja...," ujarku padanya setelah memberanikan diri.

"Masih teringat jelas Hirofumi-san berkata jika wanita ini sebenarnya iblis itu sendiri. Tapi, kalau dilihat-lihat ... dia terlihat seperti manusia biasa—lebih tepatnya, seorang wanita cantik.

"Namaku Makima, senang bertemu denganmu, Y/N-san." Dia kemudian tersenyum. Seketika, ketegangan yang ada disini merenggang.

"Ba-bagaimana kau tahu namaku?"

"Yoshida yang memberitahuku."

"Oh...," kulirik dia, pria itu malah menyeruput kopinya. Kalau memang wanita ini berbahaya, mengapa dia malah memberitahu namaku?

"Dia yang bertanya duluan. Jadi jangan salahkan aku, Y/N-san," bantah Hirofumi-san.

"Aku mengerti."

Makima-san terlihat seperti memelototi Hirofumi-san, pria itu hanya mengalihkan pandangannya. Lalu, wanita itu kembali menatapku.

"Apa kau butuh uang?"

"Uh ... ya?" Kenapa tiba-tiba?

"Kalau begitu, bergabunglah dengan organisasi pemburu iblis. Gaji-nya diatas UMR lho," tawarnya.

"Tapi, aku tak punya kemampuan bertarung. Bagaimana bisa aku bekerja di bawah organisasi seperti itu?" Bukankah itu mustahil?! Aku hanya bisa melanjutkannya di dalam hati.

"Tenang saja. Ada satu iblis yang akan bersedia berkontrak denganmu. Tapi, kau harus memberinya sesuatu yang menurutnya berharga."

Aku hanya diam. Sejujurnya, aku sangat membenci iblis. Entah apa yang harus kukatakan, lebih baik kudengarkan dulu penjelasannya.

"Dia cukup kuat. Aku jamin orang yang sangat payah bertarung sepertimu menjadi salah satu ahli petarung jarak jauh. Setidaknya, kau tidak mati sia-sia."

Kata 'mati' atau 'kematian' terdengar seperti sudah biasa terjadi. Setelah berkata demikian, Makima-san menyeruput kopi cappucino-nya dengan asap yang mengepul. Apa lidahnya tak kepanasan?

Melihat mereka berdua yang menyeruput kopi dengan damai, aku jadi semakin haus. Kuminum kopi pesananku yang dibayr oleh Hirofumi-san. Rasanya, tenggorokanku menjadi segar setelah meminum es kopi ini.

Pekerjaan yang ditawarkan Makima-san sungguh rumit. Tapi kurasa, mengingat biaya hidupku yang akan semakin membengkak dari tahun ke tahun, sepertinya tidak ada pilihan lain.

"Kalau boleh tahu ... apa yang diinginkan iblis itu dariku?"

Makima-san berhenti menyeruput kopinya. "Dia menginginkan kedua bola matamu."

"Mataku?!"

"Jika iblis konttrak milik Yoshida berjenis gurita, maka iblis yang akan menjadi milikmu ini berjenis elang. Dengan matamu, dia bisa menambah ketajaman matanya, yang berarti itu juga akan menguntungkan bagimu. Apalagi, iblis itu juga bisa mengubah dirinya menjadi senjata laras panjang." Makima-san menjelaskan. "Tapi, sebagai gantinya, kedua matamu hilang. Meski begitu kurasa kau masih bisa melihat dengan penglihatan iblis itu. Dan jika kontrakmu sukses, kusarankan kau memasang bola mata palsu jika masih ingin bersekolah dengan damai."

"Aku mulai ragu dengan ini. "Tapi ... bagaimana jika dia tiba-tiba pergi atau memutuskan kontrak secara sepihak? Apakah mataku akan kembali?"

"Yah, itulah resikonya."[]

-ˋˏ ༻❁༺ ˎˊ-

Makima sebagai karakter pembantu aja ya gaes

Jangan lupa vote yaa-!💓

Jangan lupa vote yaa-!💓

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Not ExistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang