bab 4

3.2K 16 4
                                    

***
Pagi ini sudah cukup baik ketimbang kemarin, rasa sakit ditubuhku pun juga sudah sangat berkurang karena Vika merawatnya dengan baik.

Lelaki yang kupanggil tuan itu juga belum menampakkan diri sejak kemarin. Ini lebih menakutkan karena mungkin ada suatu hal yang dia siapkan untukku nantinya.

"Sarapanlah!" Vika membawa senampan menu sarapan yang lumayan menggiurkan. "Tuan Marcell memintamu untuk memakainya nanti malam" dia juga meletakkan sebuah kertas kantong besar diatas ranjangku.

"Untuk apa?" Aku mendekati kantong tersebut untuk melihat isinya. Sebuah gaun berwana hijau dan sebuah heels yang tidak terlalu tinggi warna senada. Vika menatapku dengan tersenyum

"Gaunnya cantik sekali, pasti akan sangat cocok denganmu." Dirumah ini hanya Vika yang biasa berinteraksi denganku selain lelaki yang ternyata bernama Marcell itu.

Sembari memeperhatikan barang pemberiannya, fikiran burukku masih saja terbesit akan lelaki itu. Apakah sesuatu yang dia siapkan nanti akan membuatku merasakan sakit lebih dari malam itu?

"Vika, apakah tuan Marcell akan membunuhku?" Mendengar pertanyaanku malah membuatnya tertawa.

"Ya, dia akan membunuhmu malam ini." Vika mengusap lenganku lalu pergi keluar kamar. Benarkah itu? Apakah berarti malam ini adalah malam terkahirku?

Sepertinya aku memang harus mempersiapkan segala kemungkinan buruk nanti malam.

*
Aku terpaku menatap diriku sendiri didepan cermin. Gaun yang biasa kubayangkan kala menonton sebuah acara tv bertema putri tapi kali ini aku memakainya.

Apakah tuan menyiapkan segalanya ini untuk membuat akhir hidupku tak terlalu buruk? Seharian ini aku hanya memikirkan bagaimana nantinya tidak takut ketika mengahadapi takdir yang akan diakhiri oleh lelaki itu.

Suara pintu terbuka membuatku menoleh, seorang pria maskulin masuk kedalam lalu diikuti dua orang yang membawa kotak entah berisi apa.

"Wau, sangat cantik sekali." Ucapnya mendayu, aku hanya memicingkan mata menatap mereka bergantian.  "Hanya butuh sedikit polesan." Lalu dia memberi isyarat dua temannya yang sejurus kemudian mereka sudah menyeretku untuk duduk ditepi ranjang. Apakah tuan Marcell juga menyiapan tiga orang aneh ini untuk ikut mengakhiri hidupku.

"Apakah kalian perias jenazah?" Aku bisa menebaknya dari barang-barang dikeluarkan salah seorang dari kotak yang dibawanya. Ketiga orang tersebut langsung tertawa. "Apakah benar? Untuk merias jenazahku nanti?"

"Sepertinya begitu." Ucap si pria yang sekarang sudah mulai sibuk pada wajahku. "Tuan Marcell memang sudah siap membantaimu malam ini."



Lanjutin disini gak nih?

Budak HasratTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang