Bintang semakin benderang, hanya ada suara ranting yang saling menyapa, angin yang jadi perlaku pun bergegas malu, para burung telah berpaling.
Mereka bertiga mematung, Hekko dan Yokina menatap ke arah yang sama, kecuali Hakai, ia masih menatap ke arah bukit-bukit di ujung mata.
"Apa yang kalian temukan hari ini?" tanya Hakai pemevah suasana.
Hekko dan Yokina diam sejenak
"Hekko, danau yang kau temui itu, belum juga kau selami?" tanya Hakai
Hekko tak menjawab.
"Yokina?" lanjut Hakai
Yokina tersenyum, pun dengan Hakai.
"Hahaha..." Yokina tertawa.
"Bulan-bulan ini ialah bulan terbaik buatku." lanjut Yokina.
"Kenapa?" tanya Hakai.
"Kau ingat danau yang kutemukan waktu silam?"
"Ya, aku masib ingat."
"Danau itu...." ucap Yokina terhenti.
Ia tak bisa menahan senyumnya.
"Cocok denganmu?" saut Hakai.
Senyum Yokina semakin lebar, senyum Hakai dan Hekko pun menyusul.
"Ya. Meski aku awalnya takut." ucap Yokina sembari menunduk.
"Aku sangat takut tuk menyelami danau tersebut" lanjutnya.
"Terlihat aneh, asing, dan tak terbayangkan bagiku."
Mereka bertiga terdiam.
"Tapi kau sekarang sangat senang" celetuk Hekko.
"Kau aelalu tersnyum dan tak bisa berhenti tertawa selepas menyelam" lanjutnya
"Jangan iri, Hekko." saut Hakai.
"Aku tak iri. Aku hanya bilang." balas Hekko kesal.
"Orang mana yang tidak senang ketika ia ketemu sama hal yang cocok sama dia, Hekko?" ucap Yokina
gurau.
"Ya ya ya ya, apapun itu, Yokina." balas Hekko jengkel.
Hening kembali menghampiri mereka.
"Hoi, Hakai. Kau esok pagi ikut atau tetap tinggal?" tanya Hekko.
Hakai yang hendak berdiri pun terhenti, terdiam sejenak.
"Lihat saja esok." jawab Hakai singkat.
Lalu Hakai berdiri dan pergi ke tendanya. Hekko dan Yokina saling pandang, Hekko menghela napas, Yokina menggeleng-gelengkan kepalanya. Mereka kembali menatap ke arah langit.
"Yokina." saut Hekko yang masih menatap langit.
"Ya?" Yokina tak menoleh.
"Menurutmu, kapan Hakai bisa kembali
menyelam?"
"Huft..." Yokina menghela napas.
"Sudah berapa lama dari kejadian terakhir?" tanya Hekko
"Cukup lama." jawab Yokina.
"Sudah hampir 4 bulan ia tak menyelam. Ikut bersama kita pun tidak." lanjut Hekko.
"Tapi memang keadaan dia gabisa dipaksakan."
"Engga bisa gimana? Kalo dia engga coba, ya engga bakal tahu." ucap Hekko sembari menoleh ke Yokina
"Hekko..." ucao Yokina menoleh
"Yokina..."
"Lebih baik kita tidur, kau ingin ke sana lagi, kan?" ajak Yokina.
Hekko tak menjawab, ia kembali menatap langit.
Yokina pun bergegas menghabiskan kopinya, ia langsung ke tenda ketika kopinya habis.
"Habiskan kopimu terlebih dahulu, Hekko." ucap Yokina sembari beranjak ke tenda.
Hekko membalas bisu, ia mematung menatap langit, seolah-olah ia sedang bertelepati dengan langit. Lama ia berdiam, kopi miliknya pun sudah tak lagi panas.
"Huft..." Hekko menghela.
"Hakai, Hakai. Kenapa kau begini." ucap Hekko sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.
Ia meminum kopinya dalam satu teguk, mematikan api unggun, dan beranjak ke tendanya.