CH.1

305 17 0
                                    

Angin berhembus kencang dikala malam yang dingin. Waktu menunjukan jam set 1 pagi. Terdapat seorang pria yang memegang satu puntung rokok di tangannya. Sambil berteger manis di atas motor harley kesayangannya.

Pria itu bernama Arsenio Natalio, kerap dikenal dengan Arsen. Tidak hanya Arsen seornag disana taoi juga dengan antek nya yang lain.

"Woy Arsen! Liat tuh..." himbau seorang antek Arsen menunjuk kesebuah mini market yang ada di ujung jalan.

"Ayok" tegas Arsen. Sembarang arah ia membuang putung rokok tersebut ke tanah.

Arsen yang notabenya seorang leader di sini tidak menerima satu pun bantahan. Dengan di pimpin oleh Arsen, mereka semua bergerak maju dengan motor masing-masing.

Di wilayah ini tidak ada yang tidak mengenal Arsenio. Seorang leader geng motor, The BigBear. Sala satu perkumpulan yang banyak di segani di wilayah kekuasaan dia. Arsen memang pembuat onar. Tidak ada hari satu pun ia tidak mengacaukan kota kelahirannya sendiri. Membuat semua masyarakat terganggu.

"Tunggu disini" perintah Arsen setelah memarkirkan motornya di belakang toko. Para antek Arsen hanya menurut menunggu disana.

Langkah kaki nya yang panjang segera memasuki mini market. Matanya yang tajam penuh dengan sidik mencari kesana dan kemari.

Ketemu! Pikirnya mendapati yang ia cari. Itu seorang gadis! Ya benar, yang di incar nya sadari tadi dengan anggota geng nya adalah seorang gadis.

Gadis tersebut sedang berdiri di depan kulkas toko yang berjejer memamerkan beberapa merek minuman dingin. Mata gadis itu penuh dengan selik memikirkan minuman mana yang akan ia beli. Gadis ini terlihat lugu, pasalnya ia hanya memakai kaos yang kebesaran dan celana pendek beserta sandal jepit.

Hari sudah melewati tengah malam. Apakah gadis ini tidak memiliki penjagaan terhadap dirinya sendiri? Tidak kah dia takut akan pelecehan di suatu tempat?

Tapi kini bukan waktunya memikirkan itu. Arsen berjalan tanpa suara mendekati gadis tersebut. Tidak lupa ia merogoh saku jaket kulitnya dan mengeluarkan sebuah sapu tangan putih yang terdapat bercak biru. Jika kalian pikir itu obat bius maka benar!

Sambil memperhatikan sekelilingnya aman, ia segera membekap hidung gadis tersebut. Sekuat mungkin Arsen mengunci pergerakan gadis di dekapannya ini yang meronta.

Selang 2 menit tenaga gadis itu mulai melemah dan kini terkuai lemas. Memastikan gadis itu sudah pingsan segera lah Arsen gendong bagaikan karung beras. Tanpa ada kesulitan Arsen keluar menuju pintu darurat yang terhubung ke belakang toko.

Dia memang pantas untuk diakui sebagai leader. Buktinya kini dengan waktu singkat Arsen sudah membawa gadis itu. Sebelum ada yang curiga mereka semua pun pergi meninggalkan lokasi kejadian.

Dari yang Arsen tangkap mengenai informasi para antek nya. Gadis di dekapannya ini bernama Arasya. Adik dari musuh bebuyutannya Sean Dominic. Sebenarnya sudah sadari dulu pertikaian mereka ada. Hanya saja kini kian memanas.

Sean sendiri rival yang tangguh, dan Arsen akui itu. Jadi bagaimana pun caranya ia harus menjatuhnya Sean sebelum bertambah kuasa dan bisa mengancam teritori miliknya.

Setibanya di apartemen pribadi, Arsenio segera meletakan gadis itu di ranjang. Alih-alih membawanya ke bascamp mereka, ia malah membawanya ke apartment pribadi. Sekuruh antek Arsen menunggu di bascamp. Menunggu laporan dari Arsen.

Arsen sendiri sudah menyiapkan rencana kedua, yaitu mengancam gadis ini. Beruntung sedang di bicarakan, Arasya yang biasa dipanggil Ara ini pun mengeliat.

Ara merasakan pangar di kepalanya. Mata penuh selik Ara menatap sekeliling nya. Tempat asing! Itulah pertama kali terbesit di pikirannya.

"Bagus deh kalo udah bangun" Ara tersentak dan mulai terduduk. Ara sendiri baru sadar bahwa dari tadi ada seorang pria di dekatnya.

"Emm- siapa ya? Kok Ara ada disini?" Ucapnya bingung menerka nerka apa yang terjadi kepada dirinya.

"Gak penting ini dimana. Yang jelas lo disini lagi gw tahan" tutur Arsen to the point.

"Ehh? Emangnya Ara salah apa?" Walaupun Ara berumur 17 tahun, itu tidak membuat sifat kekanakan nya hilang. Ditambah pula dengan posture tubuh Ara yang mungil tidak seperti anak SMA.

Arasya dengan kakak kandungnya, Sean sangan bertolak belakang. Padahal mereka hanya beda setahun. Tapi perbedaan itu terlampau jauh bagi watak keduanya. Sean yang selalu urak-urakan dan membuat onar kesana-kemari. Maka Ara adalah adiknya yang paling manis.

Ara tidak pernah membuat onar, Arasya sendiri adalah anak yang lugu jika bisa dibilang. Jadi kadang ada saja yang tidak percaya kalo adik dari Sean yang bermuka sangar sangatlah manis.

Lihat saja dia! Seperti tidak tersentuh dunia luar. Rambutnya yang hitam panjang, kulit susu, bibir yang mungil bewarna merah cherry, pipinya yang ranum, dan jangan lupakan matanya yang bulat. Seperti mata anak kecil di tambah tatapannya itu!

Pasti saja orang tidak percaya dengan kedua saudara kandung ini. Awalnya pun Arsen tidak mau mempercayainya ketika sala satu anteknya menunjukan foto Arasya sebelum penculikan ini. Tapi itu benar adanya!

"Kenapa gak lo tanya Abang lo itu dimana letak kesalahan lo..." Arsen pun merogoh sakunya, dan melempar sebuah hp jadul kepada Ara.

"Lo telfon tuh Abang lo!" Perintah Arsen.

Tangan mungil Ara mengotak atik hp tersebut. Terpampang nama Sean Abang kandungnya segera ia melakukan sambungan. Tidak lama pun telefon Ara segera di angkat seberang sana.

"Hallo Abang?" Sapa Ara tanpa tunggu lama.

"Loh Ara?" Ucap pria tersebut di seberang telfon mengenali suara adik satu-satunya.

"Iya bang ini Ara..."

"Kamu ada dimana sekarang?"

"Ara di culik bang, katanya Ara disuruh tanya ke Abang apa salah Ara..." kelihatan bukan betapa lugunya gadis ini!? Arsen yang melihat gadis ini benar-benar tidak percaya ke luguan bocah ini.

"Kasih telfn nya ke orang yang culik kamu" perintah Sean yang di turuti Ara. Arsen segera mengambil alih telefon tersebut.

"Balikin Adek gw sinting!" Ucap Sean mulai memanas. Walaupun Sean itu preman, nyatanya bukan berarti ia tidak peduli dengan anggota keluarganya. Apalagi kedua orang tua mereka berada di eropa sehingga Sean memegang tangguh jawab penuh atas Adik polos nya ini.

"Lo kalo mau nih cewe balik..., copot dulu jabatan lo" tanpa basi basi Arsen mengutarakan maksud dan tujuannya.

"Lo tunggu aja! Gw bakal buat peritungan sama lo!" Ancam Sean

"Silahkan aja, cuma lo inget ya..., sedikit aja lo usik anggota gw, lo liat apa yang bakal gw lakuin ke Adek kesayangan lo!" Arsen tidak mau mengalah, mengancam balik Sean.

Segera Arsen memutuskan telefon tersebut. Dan kini mulai berjalan tanpa menyisihkan jarak di atara mereka berdua.

"Mulai sekarang lo tawanan gw" ucapnya sambil tersenyum penuh maksud.

Predator Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang