sudah seminggu kehidupan sehari-hari Haura dengan Kafka balik seperti semula. tak ada masalah satu sama lain, tak ada tegur sapa antara Haura atau Kafka.
Hari ini hari Senin, setiap pagi Senin diisi dengan upacara. tapi Haura tidak, ia merasa badannya lemas, mukanya pun pucat.
berjalan menyusuri koridor sekolah menuju ke ruang uks, sepi. hanya dirinya yang berada didalam area sekolah, yang lain jelas, dilapangan.
sebelum memutuskan untuk ke uks, Haura membelokan diri ke arah kantin, lanjut setelahnya ia baru menuju uks.
sepi. memang jarang sekali siswa beralaskan setiap senin untuk bolos upacara, jangan harap.
diluar ruangan Haura mendengar ada suara langkah kaki yang menuju uks, "siapa yang sakit juga?" batinnya.
tak memusingkan hal itu, Haura membuka layar handphone nya, ujung matanya melihat seseorang datang dari arah pintu uks.
jantung Haura berdetak lebih kencang dari biasanya karena yang masuk keruangan ternyata, Kafka.
Haura harus satu ruangan dengan Kafka, dan hanya berdua? b e r d u a catat.
biasanya Kafka kalau bolos upacara pasti dateng telat atau mengumpat dibelakang sekolah, hari ini kenapa di uks?
"Hai?" Kafka buka suara.
Haura mendongakan kepalanya melihat kearah Kafka. "Lo? tumben ke uks.." tanya Haura ragu-ragu.
"Gak boleh? ada larangan gue buat uks?" tanya Kafka balik.
Haura menggaruk tengkuknya, Kafka salah paham. "maksud gue, lo biasa bolos digedung belakang, kan?"
"Lo tau?"
"Lo biasa kegep dan berujung dihukum, gue juga tau."
Kafka melototkan matanya, dia sering merhatiin gue?
Kafka berjalan kearah ranjang untuk merebahkan tubuhnya, kedua tangannya ia lipat untuk ditumpu dan menjadi bantal untuk kepalanya.
"Lo sakit, Ra?" tanya Kafka yang sedang menatap langit-langit ruang uks.
Haura lagi-lagi mendelikan matanya melirik kearah Kafka, ia merasa canggung diposisi berdua hanya dengan Kafka.
"Ra?" panggil Kafka yang melihat Haura melamun tetapi pandangannya ke arah ia.
Kafka bangun dan memposisikan dirinya duduk diatas ranjang dan menghadap ke Haura, "Ra? lo terpesona sama gue? sampai melamun gitu."
"Hah?" tanya Haura yang sadar dari lamunannya.
"lo sakit? kok di uks?" tanya Kafka ulang.
"gue? emm iya, iya gue agak kurang enak badan gitu." ucap Haura terbata bata.
"sakit apa? keliatan muka lo emang agak pucet sih." tanya Kafka sambil memandang wajah Haura serius.
"biasa perempuan." tanpa Haura jelasin Kafka sudah mengerti arti dari biasa perempuan. keduanya hening kembali, tak ada pembicaraan.
"Ka, gue boleh minta tolong?" Kafka menaikkan alisnya isyarat apa?
"tolong ke koperasi buat beliin gue pembalut dan jamu pereda nyeri, mau?" sambung Haura. Haura mau tak mau minta tolong kepada Kafka, karna hanya dia yang bersama Haura sekarang.
Kafka lagi-lagi melototkan matanya, ia dimintai tolong untuk beli gituan? seumur hidup Kafka, ia tak pernah pegang barang wajib perempuan.
"lo gila? suruh gue beli gituan? muka gue mau ditaro dimana orang koperasi liat gue beli gituan?" tanya Kafka, "nyokap gue aja gak pernah nyuruh gue buat beli itu, lo siapa nyuruh gue beli pembalut gitu? cewe gue?" sambung Kafka.
deg. Haura tau Kafka akan nolak permintaan tolong darinya, tapi mau gimana lagi, Haura pun sangat malu tapi mau gimana lagi.
"gue kan minta tolong gak nyuruh, cuma lo yang ada sama gue sekarang. lo tega?" acting Haura merautkan wajah sedihnya.
" lo jadi cewe gue dulu gimana? gue gak nolak lo suruh beli barang gituan."
Haura tak menduga jawaban Kafka seperti itu. jantungnya lagi-lagi berdegup kencang mendengar ucapan yang keluar dari mulut kafka. bercanda doang kali, ya?
pipi Haura memerah,tak dipungkiri bahwa ia salting sekarang. "lo gila, gue minta tolong. imbalan lo kaya gitu."
Kafka tertawa terbahak-bahak. Kafka hanya bercanda tapi respon Haura kelihatan sekali bahwa ia menahan salting.
"gue bercanda!" ucap Kafka. "tapi kalo lo mau ya gue seriusin ucapan yang tadi." goda Kafka.
Haura diam sejenak, ia sudah lemas akibat rasa nyeri perut yang ia alami karna hari pertama red day. "gue gak ada energi buat ladenin candaan lo." ucap Haura sambil meremas perutnya.
Kafka ikut diam sejenak lalu ia malah keluar dari ruang uks. Haura tak memusingkan hal itu. ia merebahkan tubuhnya berusaha merilekskan badannya agar tak tambah nyeri pada perut nya.
---
Kafka berjalan terburu-buru tapi tetap berhati-hati agar tak ketahuan bahwa ia bolos upacara. Kafka berjalan kearah koperasi. ya, Kafka melihat Haura tak tega, ia mau tak mau mengorbankan rasa malunya didepan penjaga koperasi hanya untuk membeli barang yang dibutuhkan Haura sekarang.
"permisi kak saya mau beli itu, emm.." ucap Kafka terbata bata. bibirnya berat sekali mengucapkan dua barang yang sedang ia cari.Kafka menepuk mulutnya, ayo gapapa paling diketawain dikit, yo gas aja.
penjaga koperasi mengerutkan keningnya menunggu Kafka melanjutkan omongan yang tadi. "emm itu saya mau beli pembalut sama obat pereda nyeri perut, kak." Kafka menetralkan nafasnya sejenak, tujuannya sudah ia lakukan.
penjaga koperasinya hanya mengangguk kepala dan langsung menyiapkan barang yang mau dibeli Kafka. " mau yang sayap apa tidak?"
mampus gue, batin Kafka. "hah? saya bukan mau beli ayam goreng, saya juga sukanya yang paha, kak." jawab Kafka polos.
penjaga koperasinya ikut bingung dengan Kafka, ia terpekik mendengar jawaban Kafka. "maksud saya pembalutnya yang biasa atau yang bersayap?" tanya ulang.
"yang sayap aja kali, ya? apa aja terserah deh."
Kafka mengambil barang yang sudah ia beli lalu mengeluarkan uang sebesar 20.000 ribu, dan langsung meninggalkan koperasi tanpa menunggu uang kembaliannya.
"ternyata jadi cewe ribet juga ya. ini pertama kalinya gue beli barang ginian, apa kata orang-orang kalo ngeliat gue bawa ginian." gumam Kafka sepanjang jalan menuju ruang uks.
"gapapa pengalaman buat bekal nanti klo gue udah punya cewe." sambung Kafka. "assalamualaikum." ucap Kafka sambil membuka pintu uks.
Kafka melihat Haura yang tengah berbaring diatas ranjang uks, Kafka menjulurkan tangannya memberi sesuatu yang tadi ia abis beli untuk Haura.
Haura bangun dan mengambil barang dari tangan Kafka, yang ternyata isinya adalah yang tadi Haura pinta.
"eh gue kira lo beneran gak mau beliin. makasih ya, jadi berapa? ni gue ganti uang lo." ucap Haura.
Kafka menggeleng kepalanya, tanda ia menolak uang dari haura. " gue lagi baik aja, makanya mau nolongin lo."
"aduh gue ngerasa gak enak." ucap Haura.
"iya makanya itu gue beliin lo obat! udah gausah banyak ngomong lo buru minum tuh jamu anti nyeri." jawab Kafka memotong omongan Haura.
lov
-hai, apa kabar?
segitu dulss, Yap!