🌵TENTANG MALAM DAN MASA LALU🌵

3 0 0
                                    

"Masa lalu selalu punya tempat tersendiri. Dia selalu menjadi pemenang dalam halaman nya, dan selalu punya tempat tersendiri di halaman berikutnya.”
-dari aku yang merindukan masa lalu






Sebuah motor memasuki pekarangan rumah yang sangat luas, nampak laki-laki yang bertubuh tinggi baru saja pulang sekolah.

"Azka pulang!" seru laki-laki itu membuka pintu rumahnya.

"Den Azka udah pulang?" ujar Bi Mira pembantu di rumahnya. Ya, kebanyakan pembantu kan emang suka pangil 'Den' sama anak majikannya. "Bibi sudah siapkan makanan untuk Den Azka di meja.” ujarnya.

"Makasih Bi, aku ke kamar dulu." Azka sudah terbiasa dengan kedua orangtua nya yang jarang ada di rumah, karna urusan pekerjaan. Tenang Azka bukan seorang anak yang manja, yang benci terhadap kedua orangtua nya yang sibuk dengan pekerjaan. Azka menaiki anak tangga satu persatu, membuka pintu kamarnya yang mewah. Lalu melemparkan tas nya kesembarang arah dan merebahkan tubuhnya diatas kasur king size miliknya itu.

"Heran, kenapa mood gue bisa sebagus ini? Kenapa juga cewe tadi bisa jadi pasangan gue?” suara notifikasi ponsel milik Azka berhasil membuyarkan lamunanan Azka.

Chrline
“Ka, lagi sibuk gak? Jalan yuk! Udah lama aku gak ngobrol sama kamu
Azka mematikan ponselnya. Rasanya menyesal membuka room chat itu. Dia memilih untuk tidur sebentar. Tidak peduli jika nanti ada yang membangunkan karena pesan itu hanya Azka baca saja. Tanpa dia balas tidak atau ya pun, dia sudah tau apa yang akan terjadi.

**

Senja sore itu datang dengan indah, menghiasi langit Jakarta. Seorang wanita cantik sedang menggerutu tak jelas di depan cermin. “Kemana sih ni anak? Pesan Gue cuman dilihat, jam segini belum datang juga, kayaknya harus Gue samperin deh ni anak.” Seraya membawa kunci mobil yang tergantung dekat lemarinya. Bergegas pergi membelah jalanan sore kala itu.

Laki-laki yang diharapkan datang, malah sedang asik menonton tv dengan ditemani kue buatan sang pembantu. Menulikan pendengarannya atas telpon yang sedari tadi masuk. “Kalo Gue gak sayang sama ni handphone, Gue tendang ke mars kali ya. Berisik banget! Di silent, takut kang kurir nelpon lagi,” gerutu laki-laki itu.

“Den Azka, ada non Charline di depan. Katanya mau jalan-jalan sama Den Azka.”

Azka melepar bantal sembarang. “Gue bilang apa, tu cewek satu pasti datang. Terus gunanya dari tadi nelpon Gue apa?” ujarnya masih menggerutu.

“Kamu belum siap-siap?!!” tanya Charline setelah Azka berada di teras luar. “Kamu tuh niat jalan-jalan sama aku gak sih?”

Azka menjawab dengan datarnya. “Gak.”

Sikap Charline yang keras kepala membuat Azka mengalah setelah pertengkaran yang terjadi. Akhirnya, mereka memutuskan untuk pergi ke pantai bersama.

Di waktu yang sama, namut tempat berbeda. Dira sedang menyusun puzzle ditemani boneka kesayangannya. Menikmati langit jingga di upuk barat yang amat sangat dia sukai. Bercerita pada capung bahkan burung-burung yang berterbangan menghiasi langit sore itu. Berkata lirih tentang keinginannya. “kenapa semesta mempertemukan aku kembali?”

**

Malam telah tiba, langit sudah terhiasi oleh taburan bintang serta cahaya rembulan. Nampak dua orang gadis yang tengah duduk di balkon kamarnya.

"Ka Dara, liat deh bintang yang itu!" Ujar Dira menunjuk bintang yang paling terang.

"Terang banget yah, cantik kayak gue." Ujar Dira dengan PD nya.

"Aku beruntung bisa lahir di keluarga ini."

"Gue lebih beruntung, bisa punya kembaran kayak lo, Dir." Ujar Dara membawa Dira kedalam pelukannya.

MY TWINS BROTHER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang