Hari ini tahun ajaran baru resmi dimulai. Beberapa siswa mengerumuni papan pengumuman yang berisi dimana letak kelas baru mereka.
"Lo cuma mau lihat pengumuman kelas, Run." Kiran menyodorkan tissue ke arah Aruni. "Sampai keringetan gitu."
"Ran, gimana kalau ternyata kita gak sekelas lagi?" ucap Aruni terdengar seperti merengek.
Bagi Aruni mendapatkan satu teman saja sudah susah, apalagi kalau kelasnya harus diacak lagi. Dia ketakutan kalau kejadian saat kelas sepuluh saat dirinya tidak punya teman terulang kembali.
"Ya...ya...ya gak papa?" balas Kiran kaget karena perubahan sikap Aruni yang drastis. Biasanya Aruni sangat kalem, tapi sekarang rewel banget.
Aruni kembali mengigiti kukunya.
"Run, jangan digigiti ah itu udah tipis banget kuku lo."
Aruni menoleh lalu mendecak kesal. "Ck."
Tahu-tahu Giyan sudah berdiri disampingnya.
"Udah lihat pengumuman lo, Yan?" tanya Kiran. Karena sudah berteman dengan Aruni, otomatis Kiran kenal sama Giyan.
Giyan menggeleng. "Belum. Rame bener kayak mau lihat apaan. Padahal gue sengaja ke kantinnya lama eh ternyata masih rame."
"Nah, 'kan sama banget! Sebenarnya gue mau ke kantin dulu, tapi cewek lu ini maksa banget mau lihat pengumuman kelas sekarang." Kiran iseng.
"Ran, ih!" Aruni mencubit pinggang Kiran pelan.
Dari kerumunan itu, Giyan melihat Adam dengan raut wajah sumringah menghampiri Aruni.
"Run, kita sekelas lagi!"
Ekspresi wajah Aruni yang awalnya lesu mendadak jadi semangat. Bagi Aruni ada satu orang yang dikenalnya dengan baik di kelas baru membuatnya sudah sangat bersyukur.
"Apaan sih," kesal Giyan lalu dengan cepat maju ke depan. Kedua matanya terlihat mengeluarkan laser untuk scan satu-satu dari setiap nama yang ada. Pertama-tama dia mencari nama Aruni, lalu Ia menoleh ke Adam dengan masam, lalu melihat Kiran, dan terakhir....
"WOHOOO!!!! ARUNI LAKSITA KITA SEKELAS!" teriak Giyan heboh lalu berlari ke arah Aruni dan mengangkat tubuh mungil perempuan itu.
"GIYANNNNNN APAAAN SIH!? TURUNI GUE SEKARANG JUGA!"
Giyan masih semangat menggendong Aruni bak mengangkat karung beras.
"Cuy." Kiran menyenggol Adam yang masih bengong.
"Ha?"
"Enek gue lihat lo mulu," kata Kiran.
Adam masih belum ngeh, "Hah?"
"Kita sekelas lagi, tapir."
"Nih salah nih yang ngacak kelas. Kayaknya gue harus protes. Gak... gak bisa nih," oceh Adam sambil jalan duluan.
Kiran diam-diam tersenyum.
🥳🥳🥳
"Praktik tradisi nikahan Jawa?"
Adam mengangguk. "Bu Nabel minta kita tentuin peran. Nah kebetulan kelas kita kebagian praktik nikahan adat Jawa Tengah."
Ya, ketua kelas 11 IPS 3 dipegang lagi oleh Adam. Itu cowok kayaknya udah langganan jadi ketua. Berawal dari ketua kelompok dan selalu ditunjuk sebagai bapaknya satu kelas.
"Gue jadi tamu aja deh," kata Aruni.
"Iya gue juga. Males banget dah ribet-ribet. Lagipula gue ogah pake kebaya. It's not my style!" tolak Kiran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ekstrovert vs Homebody
Fiksi RemajaAruni merasakan bahwa tempat ternyaman di dunia adalah di balik selimut alias di dalam kamarnya. Ia merasakan dunia sangat berbahaya di luar sana sehingga sebisa mungkin Ia membatasi diri untuk berlama-lama berinteraksi dengan orang lain. Sedangkan...