Air Mata

6 1 0
                                    

"Mohon maaf apabila saya datang pagi-pagi sekali"

"Tapi maksud kedatangan saya adalah untuk melamar anak bapak, saya sudah mencintainya dan ingin menikahinya"

Bagai di sambar petir di siang hari, padahal ini masih pagi.

Seseorang datang melamarku.

Aku tidak tahu harus berbuat apa.

Sepertinya bapak ku juga bingung.

"Wah ini sangat mendadak sekali, bapak tidak tau harus berkata apa, bapak sudah tua, bapak serahin semuanya sama Nita"

Semua mata tertuju padaku.

Bukan hanya bapakku.

Tapi semua orang yang ada di ruang tamu pagi itu.

Kenapa bapak menyerahkannya padaku?

Biasanya dia langsung mengusir orang yang datang.

Padahal ini bukan pertama kalinya.

~~

[Masa Kuliah]

Dari dulu semasa kami sekolah sampai masa kuliah ini, kami sudah sering bertemu dan saling berbagi cerita dengan Arman.

Malam ini aku memanggilnya untuk bertemu, tepatnya di pukul 11 malam, aku ingin bercerita padanya.

Dan dia tetap datang.

"Ada apa sih malam-malam gini ngajak keluar?"

"Kemarin ada orang datang ke rumah, terus ngajakin gua nikah"

"Lagi? Ini sudah berkali-kali, kenapa sih ada yang mau nikah sama lu"

Aku terdiam.

"Entahlah gua juga gak ngerti, padahal gua kan gak cantik, galak, suka ngerepotin, emang ada yang mau ya, mungkin orang dateng buat iseng aja ajak nikah, haha.." kataku.

"Ah maaf bukan gitu maksud gua, harusnya orang yang nikah sama lu itu orang baik yang mau nerima kekurangan lu"

"Lu gimana?"

"Apanya gimana?"

"Kalo misalnya lu nikahin gua"

"Hahaha.. Becanda aja lu, kita kan sahabatan"

Sahabatan ya?

"Terus gimana? Jadi lu terima orang itu?" kata dia lagi.

"Gak, bapak gua ngusir dia"

"Hahaha.. Bagus pak, bapak lu emang the best"

Aku tidak tau apa maksudnya.

"Kalo misalnya ini ya, gua nikah duluan, lu gimana?" Tanyaku.

"Gimana apanya? Pasti gua seneng banget lah, terus dateng ke acara nikahan lu"

"Oh.. Gitu ya, lu gak galau atau sedih gitu?"

"Haha.. Buat apa gua galauin lu, gak lah, pasti gua yang paling seneng"

Dasar pembohong.

~~

"Loh Nita ngapain di depan teras malam-malam begini? Belum tidur?"

"Oh Bapak, belum pak, Nita belum ngantuk"

Bapak menemuiku yang sedang duduk termenung di teras depan rumah, tengah malam.

"Kenapa? Kamu masih mikirin yang lamaran kemarin"

Aku menghela nafas sebentar.

"Iya pak Nita masih bingung, lagian bapak kenapa sih nyambut banget, biasanya kan bapak usir"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 07, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kata Tak TerungkapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang