BAB 24: Keturunan Terakhir

50 5 0
                                    

Author lama banget baru nulis dan up lagi. Sorry kalo cara penulisannya agak kaku. 😅🤓😹

🌿🌿🌿

Ketika Alan dan yang lainnya berjalan ke dalam aula, tempat itu sudah dipenuhi dengan murid-murid yang berkumpul dalam kelompok-kelompok kecil, membicarakan sesuatu dengan seru dan sesekali tertawa.

Alan mendengar seorang murid dari asrama Avarean (seorang pemuda dengan jubah hitam dan sulaman benang oranye berbentuk rubah) berkata kalau pelajaran pertama mereka pagi ini sangat seru.

Berbeda dengan Lantorneas dan Vargareon yang mempelajari Ilmu Perubahan (transfigurasi) pada pelajaran pertama, Avarean dan Ralatheon mempelajari Mantra. Selanjutnya pada pelajaran kedua, murid-murid asrama Avarean dan Ralatheon akan mempelajari Ilmu Perubahan, sementara murid-murid asrama Lantorneas dan Vargareon akan masuk ke kelas Mantra. Pelajaran ini akan akan diajarkan oleh Profesor Kethra.

"Apa kalian ingin pergi ke asrama?" Thalia bertanya. "Kurasa kita bisa menunggu di sana."

Beberapa murid dari asrama mereka masuk dari pintu depan aula dan bergabung bersama yang lain. Beberapa sedang menyeka air hujan dari jubah mereka.

"Ide yang bagus," kata Ysmay.

Alan dan yang lainnya mengangguk menyetujui, lalu mereka kemudian berjalan ke lorong sebelah kanan, yang kemudian mengantarkan mereka ke gerbang masuk lorong asrama Lantorneas. Beberapa figur yang berada di dalam lukisan menyapa mereka, bahkan beberapa keluar dari lukisan dengan berwujud hantu keperakan seperti yang mereka lihat tadi pagi.

Mereka berjalan, sambil mendengar celotehan dari hantu-hantu lukisan yang sangat bersemangat dengan kedatangan murid-murid baru.

"Kurasa aku dulu berada di asrama Lantorneas, bukankah begitu Trely?" Seorang, atau sesosok hantu berwujud pria paruh baya bertanya kepada hantu wanita yang sejak tadi mengikuti mereka.

"Bukan, bodoh," cetus hantu bernama Trely itu dengan kesal.

"Lalu yang mana? Aku tidak bisa mengingatnya."

"Jangan bertanya padaku, aku juga tidak tahu. Dan namaku bukan Trely, Trely itu nama lukisan di sebelahku."

Hantu pria itu kelihatan sangat bingung. Ekspresinya seolah dia adalah anak-anak yang sedang diberi pertanyaan. Alan tidak tahu semua hantu seperti itu. Dia pikir hantu adalah sosok yang menakutkan dan kejam, seperti yang seringkali digambarkan pada film-film horor. Dan yang Alan lihat adalah hantu-hantu yang berperangai seperti anak kecil.

"Tapi bukankah lukisan disebelahmu bernama Gera?"

Kedua hantu itu kemudian terlarut dalam pembicaraan mereka mengenai siapa nama siapa, dan siapa nama mereka, karena mereka sendiri tidak ingat siapa nama mereka.

"Ingatan hantu memang sangat buruk," Ysmay berkata. "Hantu nenekku yang berada di Necrotown juga sama pelupanya. Dia bahkan tidak ingat kalau dia adalah hantu."

Necrotown. Alan pernah mendengar nama tempat itu. Sepertinya Ulric mengatakan itu untuk mengancam hantu di asrama mereka. Reislynn tak pernah menyebutkan nama tempat itu. Aneh sekali, karena Reislynn selalu menyebutkan nama-nama tempat di kerajaan itu. Bahkan Mortengard, yang dulu pernah disebut sebagai penjara para satyr.

"Tidak heran," timpal Gervis. "Mereka terbuat dari abu. Mereka bahkan tidak memiliki pikiran, hanya sebatas sihir yang digunakan untuk memunculkan mereka kembali. Aku pernah melihat saat mereka membangkitkan bibiku."

Pintu asrama mereka yang bergambar raven hanya berjarak beberapa meter ketika Alan tiba-tiba membuka suara,

"Kurasa Profesor Gisbert tidak menyukaiku," cetus Alan, membuat Thalia dan yang lainnya berhenti lalu menoleh kepadanya dengan bingung.

The Kingdom of AleasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang