6 - PESTA REUNI

642 53 21
                                    

"Zhan janji, tidak lebih dari jam sepuluh. Boleh, kan Pah?" Matanya memelas, mencoba peruntungan meluluhkan hati Tuan Xiao.

"Semua teman-teman Zhan datang. Tahun kemarin Zhan tidak datang, masa tahun ini juga tidak datang. Lagi pula ini cuma pesta reuni teman sekelas. Papah juga kenal teman-teman, Zhan 'kan. Jadi, boleh ya Pah."

"Ini malam natal, kamu lebih memilih berkumpul dengan teman-temanmu dibanding dengan keluarga? Apa itu pantas?" Tuan Xiao tidak acuh dengan rengekan putranya. Matanya tetap fokus membaca kabar terkini dari koran di tangannya.

"Lagian, nanti malam Papa sama Mama pergi ke Chongqing. Jie Jie juga masih ada di Korea. Apanya yang kumpul keluarga?" Bibir pemuda itu semakin maju.

Tuan Xiao menghela napas, meski yang dikatakan putranya itu memang benar, tetapi melepas putra bungsunya pergi ke acara reuni itu benar-benar berat untuknya. "Di mana tempatnya?"

"Di restoran milik Yang Yang ge," jawab Xiao Zhan semangat.

"Sebelum jam sepuluh harus di rumah, mengerti?"

"Siap, Captain!"

Our Kid!

Suara musik berdentum keras memenuhi ruangan. Gemerlap lampu disko menambah semarak suasana di sana. Hari masih tergolong sore untuk sebuah pesta malam, tetapi bar itu sudah penuh dengan lautan manusia. Berbeda dengan lantai bawah yang penuh dengan manusia yang asyik menggoyangkan badan menikmati irama musik, di lantai dua, beberapa meja sudah penuh dengan kumpulan lelaki muda.

"Hei, Zhan! Ayahmu telepon!" teriak pemuda jangkung dengan garis wajah tegas. Satu tangannya terangkat, menunjukkan gawai yang menyala menampilkan sebuah panggilan.

Namun, pemuda yang menjadi atensinya tidak menunjukkan respon. Xiao Zhan terlalu fokus melihat suasana di lantai bawah. Jangan heran, itu karena Xiao Zhan sangat jarang pergi ke tempat hiburan seperti ini.

Akhirnya, pemuda itu bangkit, sedikit menjauh dari kerumunan orang. "Halo, Paman."

"Oh, Yang Yang, kamu ada di restoran sekarang?"

"Iya, Paman. Apa Xiao Zhan tidak bilang kalau acara reuni tahun ini di restoranku?"

"Tidak-tidak, Zhan sudah bilang. Paman hanya ingin memastikan saja. Kalau begitu Paman tutup teleponnya. Paman titip Zhan, ya." 

Setelah panggilan terputus, pemuda bernama Yang Yang itu berjalan menghampiri Xiao Zhan yang kini sudah bergabung bersama teman-temannya. "Dasar bocah gede!"

"Yang Yang, Ge!" teriak Xiao Zhan, "Ini sakit." Pemuda bergigi kelinci itu mengadu ketika tangan besar Yang Yang memukul pelan kepalanya.

"Kamu bohong lagi? Kenapa selalu aku yang jadi kambing hitam?" Yang Yang tidak habis pikir, bagaimana bisa Xiao Zhan berbohong dengan melibatkan dirinya dan tidak memberitahunya apa-apa.

"Kalau Zhan Ge tidak bohong, tidak mungkin sekarang dia ada di sini," celetuk seorang pemuda yang duduk di seberang Xiao Zhan. Kumpulan pemuda di meja itu tergelak, mengiyakan perkataan pemuda tadi.

"Diam kau, Haoxuan!"

Pesta reuni itu terus berlangsung, beberapa pemuda bahkan sudah turun ke lantai dansa, bergabung bersama para manusia yang sedang mencari kesenangan sesaat.

"Zhan Ge, sudah jam sembilan!" Haoxuan datang entah dari mana, menghampiri Xiao Zhan yang sedang asyik mengamati gelas kosong di tangannya. "Mau kuantar?"

"Eum, tidak perlu. Aku bisa naik taksi." Xiao Zhan bangkit dengan sedikit sempoyongan. Pandangannya menyapu ke seluruh ruangan, "Yang Yang Ge, Zhan pulang!"

"Uh, kenapa pusing sekali?" Xiao Zhan terduduk di samping pot bunga besar, menyandarkan kepalanya yang semakin terasa berat.

Ketika hendak melanjutkan jalannya, dalam pandangan yang samar-samar, Xiao Zhan melihat bayangan hitam berjalan ke arahnya. Satu, dua, tiga. Ada tiga orang. Semakin dekat, terlihat sosok pria yang sedang diseret oleh dua pria di sampingnya.

"Penculikan!"

"Kenapa tidak ada orang? Kenapa sepi sekali?" Xiao Zhan mengerjabkan mata berulang kali, berusaha menfokuskan netranya. Di lorong itu benar-benar tidak ada orang."Bagaimana ini? Apa mereka benar-benar penculik?"

Sosok-sosok tadi berhenti dan masuk ke dalam ruangan di samping tempat persembunyian Xiao Zhan. Entah keberanian dari mana, dengan mengendap-endap Xiao Zhan mengikuti sosok-sosok itu masuk ke dalam. Ruangannya gelap membuat Xiao Zhan menhembuskan napas lega. Memanfaatkan kesempatan itu untuk bersembunyi di bawah meja yang berada di dekat pintu masuk.

"Uh, berat sekali."

"Cepat hidupkan dupa!"

"Bodoh! Jangan injak kakiku!"

"Di sini terlalu gelap, apa kita tidak bisa menghidupkan lampu sebentar?"

"Jangan bodoh!"

"Jangan terus-terusan mengataiku bodoh, cepat nyalakan dupanya!"

Xiao Zhan tidak mengerti dengan percapakan dua orang itu. Untuk apa menyalakan dupa di ruangan gelap seperti ini? Apa mereka mau berdoa?

Tidak lama, dua orang itu terburu-buru keluar. Setelah memastikan keadaan aman, Xiao Zhan keluar dari tempat persembunyiaannya.

"Kenapa harus menyalakan dupa di tempat gelap seperti ini?"

Dengan penuh hati-hati, pemuda bergigi kelinci itu meraba tembok. Setelah menemukan saklar listrik dan menyalakannya, terlihatnya kamar yang cukup luas. Di atas kasur, tergeletak sosok yang Xiao Zhan yakini adalah orang yang tadi diseret penculik. Tubuhnya terikat dan matanya tertutup kain.

Begitu kakinya masuk ke area tempat tidur, semerbak dupa langsung menyambangi penciumannya.

---

"Dari mana kamu tahu mereka penculik?"

Xiao Zhan terdiam. Berpikir lagi, mengingat bagaimana dulu dirinya yakin jika orang-orang yang menyeret Wang Yibo adalah penculik. Di sebuah club malam yang cukup besar, bukankah tidak aneh jika ada yang menyeret-nyeret orang mabuk. Bahkan dirinya juga sedang mabuk saat itu. Kalau dipikir lagi, Xiao Zhan merasa dirinya memang benar-benar bodoh.

"Aku ... hanya mengira."

Wang Yibo benar-benar tidak mengerti jalan pikiran pemuda di depannya. "Bagaimana jika orang yang kamu kira penculik itu adalah temanku?"

"Tapi, untuk apa mereka menyalakan dupa dan meninggalkan kamu dalam keadaan terikat dan mata tertutup?" lirih Xiao Zhan.

"Bukan kamu yang sengaja menaruh obat perangsang?"

Pertanyaan menohok yang Yibo ucapkan sedikit menyakiti perasaan Xiao Zhan. Bukankah, dirinya korban? Kenapa pemuda bertampang datar itu malah menuduh Xiao Zhan sengaja melakukan hal kotor seperti itu. Bahkan jika saja Xiao Zhan tahu takdir apa yang akan menemui dirinya, dia akan dengan senang hati membiarkan Yibo dibawa oleh orang-orang jahat. Dia tidak akan membiarkan hidupnya hancur hanya karena kesalahan satu malam.

Xiao Zhan menunduk, berusaha mengontrol emosinya yang mulai tidak stabil. "Kita bahkan tidak saling mengenal. Dan aku bukan penyuka sesama jenis."

"Aku juga belum pernah jatuh cinta."

Setelah mengatakan itu, Xiao Zhan bangkit, "aku masuk dulu."

Sepeninggal Xiao Zhan, Yibo masih bertahan di tempatnya. Menelaah cerita yang baru saja didengar. Yibo ingat, malam natal tahun lalu dia memang pergi ke club malam untuk menemui rekan kerjanya. Yibo sempat mabuk dan tidak ingat dengan kejadian apa pun, tapi Yibo ingat betul saat dirinya terbangun dia ada di kamar tidurnya, di mansion Wang.

Menurut cerita ibunya, orang suruhan Nyonya Wang menemukan Yibo pingsan di meja VIP club itu. Bahkan rekan kerjanya masih ada di tempat dan dia juga yang menghubungi Nyonya Wang untuk menjemput Yibo.

"Apa benar sebelumnya ada kejadian itu?"

Kedua tangannya mengepal, "mereka benar-benar berani bermain kotor dengan Wang."




***

21.02.2024
Fiuuh, satu chapter akhirnya publish juga😪



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Our Kid! | YiZhan Vers.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang