Pusaka bangsa

42 9 0
                                    

Sewaktu bumi masih ramai
_
_
_

Pusaka Bangsa
Namanya mentereng ke seluruh penjuru ibukota, sekolah menengah atas yang berdiri tahun 1996 itu berdiri dengan angkuh di kawasan Jakarta Pusat, namanya sering menjadi alasan ribuan murid untuk meneruskan jenjang SMA. Di antara hiruk pikuk itu, Rana dan Azizi salah satunya. Rana sulung dari tiga bersaudara dengan rentan usia 2 tahunan, membuat gadis itu betul-betul belajar untuk mendapatkan beasiswa penuh di sekolah ini. Sementara Azizi, perempuan bergigi gingsul itu, merupakan anak tunggal dari orang tua yang betul-betul mendukung apapun keputusan anaknya.

Keduanya penuh ambisi prihal agama, namanya mentereng di berbagai komunitas agama, di satu sisi. Pusaka Bangsa adalah sekolah bertaraf internasional yang melegenda, entah mereka harus mengikuti arus ini dengan legowo, atau menentang dengan penuh resiko.

Selepas percakapan tadi bersama Ray, keduanya berakhir pada lantai dingin di pelataran mushola, di samping gedung itu, ada sebuah gereja yang berdiri kokoh.

"Gue Araya, kalian bisa panggil gue Ray" Laki-laki dengan gaya cukuran mirip artis korea itu, membuka sesi perkenalan. Setelahnya pemuda itu menepuk pundak sahabatnya dengan keras, sementara laki-laki yang sedari tadi diam itu mendengus pelan.

"Afan, Affandra" Ucapnya, kemudian bergilir sampai kemudian tibalah Rana.

"Aku Rana Jafiera"

Suasana berubah canggung, seolah ada sesuatu yang membungkam mulut keempat remaja itu, merasa bahwa situasi benar-benar aneh. Ray berdecak malas.

"Jadi gimana?"

"Kita ngajuin buat ekstra baru ke pak kepala sekolah?" Tanya Zizi, Ray mengangguk pelan. Sementara itu Rana masih memicingkan matanya, kemudian gadis itu berdehem pelan.

"Aku mau tanya, tujuan kalian apa?. Kenapa tiba-tiba ngajakin kita buat ekstra rohis?" Ucapnya kemudian.

Ray hendak menjawab, namun terhenti saat tiba-tiba Afan menyeletuk tiba-tiba.

"Lo salah satu pendiri lentera perempuan kan Rana Jafiera. sebelum masuk SMA ini pasti lo udah searching kan?" Tanya laki-laki bernama Afan kepada Rana.

"Tau dari mana informasi itu?"

"Mufaza, ketua lentera perempuan uminya Ray" Zizi dan Rana membelalakkan matanya, umi Mufaza adalah ketua lentera perempuan. Sebuah komunitas kajian remaja perempuan di seluruh , penjuru Ibukota.

"Lo anaknya umi?" Ray mengangguk dengan tampang songong.

"Oke lanjut yang tadi, kalian pasti tau kalau tahun kemaren, Pusaka Bangsa sempat gempar karena puluhan muridnya hamil di luar nikah. Tapi berita itu nggak terlalu ke up, karena setelah kejadian itu pihak sekolah bener- bener gila-gilaan nutup berita itu dengan puluhan prestasi yang di capai sekolah ini, yang tersebar keluar cuma prestasi Pusaka Bangsa. Bukan sisi keruh sekolah ini"
Tahun lalu memang sempat terdengar mengenai puluhan pelajar yang hamil di luar nikah, namun tidak di sebutkan berasal dari sekolah yang mana. Karena yang tersebar di publik justru tentang betapa membanggakannya prestasi murid Pusaka Bangsa.

Rana mengangguk paham, gadis itu sempat mengedarkan matanya sekilas. Lalu memandang sekumpulan remaja yang lalu-lalang dengan tawa riang.

"Gue sama Ray tau kalian dari tante Mufa, pendidikan dunia tanpa ilmu agama itu kosong, gue tau kalian punya misi yang baik, kita juga sama. Jadi gimana kalau kita kerja sama, kita buat keseimbangan pendidikan di sekolah ini"

Al Jabbar (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang