𝐈𝐈 - 𝐈𝐗

209 16 1
                                    

。゚゚・。・゚゚。
゚。   ֙  ᳝ ⋆ 사랑  𖥻 ִ ۫ 𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐒𝐢𝐠𝐧𝐚𝐥!

#

Setelah bercerita, jujur sekali aku sangat lega. Akhirnya kesalahpahaman delapan tahun lalu terselesaikan. Kami akhirnya berbagi cerita setelah terpisahkan oleh jarak di masa kecil.

Kanglim bercerita, setelah aku pindah, dia jadi jarang bermain dengan kak Sarang mungkin juga karena mereka sama-sama semakin sibuk dari waktu ke waktu untuk karena kegiatan sekolah. Tiga tahun setekah kepindahan ku, kak Sarang ikut pindah, dia tidak bilang akan pindah kemana, tapi dia berjanji akan menemui kami kembali saat sudah besar nanti. Dan jika di antara kami melihat orang dengan gelang mutiara itu, panggil saja, kemungkinan besar itu adalah Sarang.

"Apakah dia masih memakai gelang itu sampai sekarang?" tanya ku.

"Entahlah, setelah dia pindah kami putus kontak. Setahun setelah kak Sarang pindah, aku juga ikut pindah ke rumah yang sekarang."

Hari mengangguk paham, "begitu ya."

"Bagaimana wujudnya sekarang ya." Hari memikirkan wajah kak Sarang versi dewasa sembari menyeruput minumannya yang kebetulan sudah habis.

"Kamu mau beli minum lagi?"

"Hah? Gak usah. Aku mau ngabisin macaronnya aja."

"Selama delapan tahun selera mu masih sama saja." Kanglim kini memangku dagunya dan memandangi wajah Hari.

"Itu karena macaron tidak terlupakan di memoriku."

"Unik sekali."

***

Pagi ini Hari kembali beraktivitas seperti biasa. Namun, ada suatu perbedaan besar di dalam aktivitasnya itu, sekarang tidak ada lagi jaim-jaiman. Ngobrol di cafetaria pas istirahat? Go. Jalan bareng sambil ngobrolin hal random? Oke. Pulang bareng walau jalan beda arah? Gas gak sih.

Kehidupan Hari semakin berwarna, sebab orang yang berarti dihidupnya kembali ada di sisinya. Orang-orang disekitar mereka sampai terheran-heran melihat interaksi mereka berdua yang tiba-tiba jadi over, padahal beberapa hari sebelumnya masih less.

Mereka udah baikan?

Semua orang pasti berpikir begitu jika melihat interaksi terang-terangan yang mereka tunjukkan. Salah satu contohnya, saat di ruang OSIS tadi.

"Kanglim, menurut ku bukankah anggaran untuk event ini dapat diperbesar? Dengan permintaan siswa yang complicated begini, sepertinya kita bisa meminta satu per empat lagi deh?"

"Aku juga tengah memikirkan masalah itu. Bagaimana menurut kalian?" tanya Kanglim melirik pada Lin dan Kak Ryu.

"Bisalah," jawab kak Ryu menggampangkan.

Sedang, Lin hanya mengangguk untuk memberikan jawaban. Dia sedang makan snack ngomong-ngomong.

"Kalau gitu, anggarannya jadi xxx.xxx won." Hari mengeja sembari menuliskan nominal pada kertas baru.

"Hm ... Kayanya udah semua. Ya gak?" Kali ini Lin yang bertanya.

"Iya."

𝐋𝐎𝐕𝐄 𝐒𝐈𝐆𝐍𝐀𝐋 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang