𝐋𝐎𝐕𝐄 𝐒𝐈𝐆𝐍𝐀𝐋

𝐈 - 𝐕

｡ﾟﾟ･｡･ﾟﾟ｡
ﾟ。 ֙ ᳝ ⋆ 사랑 𖥻 ִ ۫ 𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐒𝐢𝐠𝐧𝐚𝐥！

Sehabis pemberitahuan dari salah seorang anggota OSIS selesai, bel sekolah berbunyi. Menandakan jam istirahat kedua telah berakhir dan jam pelajaran kembali di mulai.

Tidak seperti sebelumnya, Hari terlihat beberapa kali di sapa oleh kakak kelas maupun teman seangkatannya dari kelas lain. Awalnya sih Hari acuh, tapi makin kesini perlakuan yang didapat terlalu berlebihan untuknya. Apalagi banyak yang meminta nomornya setelah berbasa-basi dengannya.

Tolong kembalikan ketenangan ku yang dulu...

Yah, tapi ini bisa menjadi hal bagus bagi Hari juga sih. Dia setidaknya akan mendapat koneksi untuk pergi ke perguruan tinggi saat lulus nanti. Tapi apakah dia harus melewati penderitaan selama dua tahun terlebih dahulu? ㅠㅠ

『 ⇝ ♡ ↫ 』

Pekerjaan Hari sebagai sekretaris telah resmi dimulai. Dia harus datang setidaknya empat puluh lima menit sebelum waktu masuk sekolah. Hari juga wajib mengunjungi ruang OSIS untuk mengisi kehadiran. Setelah itu dia baru bisa menaruh tasnya di kelas. Setiap waktu istirahat, dia akan selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi ruang OSIS setidaknya lima menit.

Setelah menjabat sebagai Sekretaris selama dua minggu. Hari baru sadar bahwa kakak kelas yang pernah menolongnya waktu itu adalah salah seorang anggota OSIS senior. Shin Ryujin namanya, senior yang akrab dipanggil dengan sebutan Kak Ryu atau Senior Ryu oleh para adik kelas. Dia adalah salah satu anggota OSIS yang terkenal pada masa jabatannya di tahun ajaran lalu.

Hari baru mengetahui hal tersebut saat tak sengaja mendengar pembicaraan antara Kak Ryu dengan Kanglim di ruang OSIS.

The world is small, i guess(?) Semua orang yang datang di hidupku ternyata saling berhubungan satu sama lain...

"Hari."

"Koo Hari."

Kanglim melambaikan tangannya tepat di depan wajah Hari― memeriksa apakah Hari sadar atau tidak.

"Ah, maafkan aku," saut Hari tersadar dari lamunan.

Hari baru ingat bahwa sekarang ia sedang berhadapan dengan sang Ketos untuk menyampaikan berkas.

Kanglim menaikkan satu alisnya― tanda tak percaya.

"Jadi bagaimana, Kanglim?" tanya gadis bersurai biru tua yang tengah bersandar di sofa.

Kalian semua pasti mengenal gadis itu walau tak kuberitahu, kan?

"Ditolak," jawab tenang Kanglim.

"Sepertinya kita bisa menggertak mereka."

"Ryu-nim, idemu terlalu gegabah."

"Kan belum dicoba."

Kepala Hari terasa pusing mendengar obrolan yang sama sekali tidak dimengerti olehnya. Dari sependengaran Hari, sepertinya obrolan mereka berdua cukup berat untuk di cerna oleh kapasitas otaknya.

"Ehm...," Lin berdeham memberi isyarat.

Kanglim diam sejenak, memahami arti dari dehaman Lin. "Pekerjaan mu telah selesai. Kamu bisa kembali ke kelas. Terima kasih atas kerja keras mu, Koo Hari."

"Terima kasih kembali, Ketua."

Hari dengan segera keluar dari ruangan itu. Baginya, ruang OSIS sama saja seperti alam baka yang super panas. Perseteruan antar anggota sering kali terjadi disana, sampai membuatnya tercengang setiap harinya.