𝐈𝐈 - 𝐕𝐈𝐈

217 16 4
                                    

【 𝐏𝐡𝐚𝐬𝐞 𝟐 : 𝐌𝐞𝐦𝐨𝐫𝐢𝐞𝐬 】

゚゚・。・゚゚。
゚。 ֙ ᳝ ⋆ 사랑 𖥻 ִ ۫ 𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐒𝐢𝐠𝐧𝐚𝐥!

Ini kan ...

Hari membuka buku usang tersebut.
Ah, ternyata diary masa kecilku.

Dia membaca cerita yang di tulisnya dahulu dengan saksama benar-benar dicermati sedemikian rupa tanpa terlewat sepatah kata pun. Berbagai reaksi terjadi ketika Hari membaca cerita-cerita lucu yang tertulis pada buku itu, walau dirinya tidak terlalu mengingat momen dan kejadian yang tertulis, tapi dia bisa membayangkan betapa lucunya kejadian sebenarnya.

Tertulis disana bahwa Hari mengunjungi tetangga sebelah apart yang baru saja pindah, lalu disana dia mendapat teman bermain baru. Sayangnya Hari tidak mengingat hal itu. Dia kemudian lanjut membaca diarynya karena sudah terlanjur penasaran serta malu saat melihat tulisan masa kecilnya dulu, jujur saja tulisannya sangat berantakan.

Sekiranya dua puluh menit telah dia habiskan untuk membaca buku diarynya. Setelah membaca isi diary sampai selesai, Hari menaruh diary tersebut pada kotak kecil berwarna putih melanjutkan kegiatan bersih-bersihnya.

Selama bersih-bersih, pikirannya terus bertanya-tanya mengenai baris terakhir dari buku diarynya yang mungkin sengaja digantung. Kata-kata dalam diary itu membuatnya kepikiran terus menerus.

Bukan hanya satu dua hari, selama sebulan penuh Hari terus memikirkan kata-kata terakhir itu. Sebenarnya apa yang ingin dia tulis dulu?

***

Seperti biasanya, Hari kembali ke rumah pada pukul lima lewat empat puluh lima. Sesampainya di rumah, dia disambut oleh seorang wanita berusia antara empat puluh sampai lima puluh tahun yang baru saja mau keluar dari rumahnya.

Hari membeku seketika, wajah wanita tersebut sepertinya mirip dengan seseorang yang dia kenal.

"Pas sekali," ucap Ibu Hari senang. "Hari, kamu masih kenal beliau?"

Hari menggeleng,

"Beliau adalah salah satu tetangga kita di apartemen dulu. Sapalah ibu Choi."

"Ah, halo, sudah lama kita tidak bertemu," ujar canggung Hari.

Wanita tersebut tersenyum sayu.

"Hari sudah besar, ya. Anak ku juga umurnya sama seperti Hari. Tingginya sudah melebihi ku sekarang."

"Seperti apa tampangnya sekarang ya? Sedari kecil wajahnya sudah tampan, bukankah dia sudah punya pacar sekarang?"

"Dia itu, tidak terlalu tertarik dengan percintaan. Hidupnya benar-benar datar, dia sekarang tengah di masa sibuk karena menjadi ketua organisasi."

"Wah, sepertinya dia seorang anak yang pintar dalam akademik."

"Iya, aku sangat bersyukur dia selalu berada dalam peringkat satu."

Dan masih banyak lagi rumpian antara Ibu Hari dengan wanita dengan marga Choi itu. Karena tidak ingin mengganggu, akhirnya Hari harus menunggu sampai setidaknya obrolan mereka berakhir.

"Ah, sudah jam segini saja." Wanita itu melihat jam di tangannya. "Seharusnya anak ku sudah pulang sekolah. Aku pamit dulu, Ibu Yoo, Hari. Semoga kita bisa bertemu kembali dalam waktu dekat." Dia pamit pergi, berjalan kaki meninggalkan rumah ku.

"Hati-hati di jalan, Ibu Choi."

Setelah penantian lama, akhirnya Hari bisa masuk ke rumah dan beristirahat dengan tenang.

𝐋𝐎𝐕𝐄 𝐒𝐈𝐆𝐍𝐀𝐋 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang