Sebuah sinar mentari telah muncul dan juga menerpa wajah dari kucing yang telah Duri temukan pada hari sebelumnya.
Kucing yang tidur di dalam sebuah kardus itu perlahan membuka kedua matanya begitu sinar mentari mengenai wajahnya.
Dia menguap lebar dengan pandangannya yang masih buram, mengumpulkan nyawa - nyawa untuk benar - benar bisa bangun.
Tanpa dia sadari pun sebuah wajah dengan senyuman lebar nan ceria tepat ada di hadapannya. "Selamat pagi, Kucing Manis!" Seru Duri dengan nada semangat.
Karena Duri tiba - tiba ada di depannya ditambah lagi suaranya yang cukup keras itu telah membuat kucingnya benar - benar terkejut.
'Akh!' Kucing tersebut melompat sampai kepalanya terjedot meja yang ada di atasnya. 'Aduh...' Kucing tersebut meletakkan kedua kaki bagian depannya di atas kepala miliknya.
"Opps hehe. Maaf ya, kucing manis. Duri membuatmu terkejut sampai terjedot meja." Kekeh Duri mengelus - elus kepala kucing tersebut dengan lembut.
"Meong! Purr..." Meskipun marah karena terkejut oleh tindakan dari Duri, dia menikmati elusan pada kepalanya.
Duri tersenyum ceria melihat kucing tersebut suka di elus pada kepalanya. "Kak Duri."
"Hm?" Duri menghentikan kegiatan tersebut sambil menoleh kepada Solar yang terlihat sudah bersih, rapi, dan siap untuk berangkat ke sekolah. "Ayo bersiap, kak. Sebelum kak Gempa mengamuk nanti karena yah kak Duri tahu kan."
Duri menggaruk pipinya canggung. "Hehe, oke." Lalu dia menatap kembali kepada si kucing. "Kucing manis, Duri mandi dulu ya. Habis semuanya selesai, Duri akan memberimu sarapan nanti."
Duri berdiri dari sana, berjalan menuju kamar mandi yang ada pada ruangan itu juga.
Sementara itu si kucing menatap kepada Solar yang kelihatannya sedang memasukkan beberapa buku yang menurutnya penting.
'Apa yang dia lakukan?' Si Kucing melompat naik ke atas tempat tidur untuk memeriksanya.
Merasakan adanya tatapan dari si kucing, Solar membalas tatapannya. "Ada apa?"
Si kucing memberikan respon berupa suara khasnya. "Kalau kamu lapar, tunggu sampai kami sarapan." Balas Solar.
'Padahal aku tidak meminta sarapan secepatnya.' Si kucing mengeong kembali kepada Solar sambil menatap buku - buku yang ada di sekitar mereka berdua.
"Oh, ini semua buku. Yah kamu tahu," Solar memasang sebuah senyuman miring nan percaya diri. "Aku ini yang paling jenius diantara kakak - kakakku. Bahkan paling jenius di sekolah. Ah, mungkin saja di seluruh dunia." Solar menaik - naikkan alis matanya.
Si kucing memberikan ekspresi datar kepadanya. 'Percaya diri sekali dia.' Walaupun dengan suara mengeong untuk meresponnya.
Solar terkekeh kecil sambil masih memasang senyuman miring tersebut. "Hehe. Aku tahu, aku tahu kalau aku ini jenius. Bahkan seekor kucing di hadapanku ini mengakuinya." Ujar Solar dengan rasa percaya diri.
'Aku tidak mengatakan itu...' Si kucing memberikan ekspresi sweatdrop.
Lalu mereka berdua mendengar suara kekehan kecil dari belakang. Ternyata Duri kelihatannya mendengar percakapan Solar dan si kucing meskipun Solar sendiri tidak tahu apa yang si kucing katakan. "Solar berbicara dengan seekor kucing, Solar."
Solar langsung membalikkan badannya dan memberikan Duri sebuah tatapan. "Kak Duri sendiri saja melakukan hal yang sama kepadanya." Solar sedikit mengembungkan kedua pipinya.
Duri tertawa kecil. "Kalau memang Solar jenius, apa Solar tahu arti apa yang kucing manis itu katakan?" tanya Solar.
'Pfft-- geh.' Si kucing berekspresi ingin tertawa karena pertanyaan dari Duri mungkin saja menjebaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Mysterious Cat [Boboiboy Elemental x Reader]
FanfictionHari yang normal merupakan hari yang biasa dijalani oleh ketujuh kembar laki - laki, baik itu dalam suka dan duka maupun dalam bahaya atau aman. Sampai di suatu tempat, salah satu dari mereka menemukan seekor kucing dalam keadaan dekil dan terluka...