Baik Duri maupun kucing tersebut masih saling bertatapan, sampai Duri sadar kembali dan memperhatikan bulu kucing yang masih dilumuri oleh lumpur. "Ah ya, kamu masih dilumuri oleh lumpur."
Duri mengangkat kucing tersebut. "Setelah Duri memandikanmu, Duri akan mengobati lukamu ya, kucing manis." Senyum Duri meletakkan kembali kucing tersebut ke kardus kembali selagi dirinya mengambil sebuah handuk dari dalam lemari.
'Tunggu, apa? Mandi?' pikir Kucing tersebut.
"Ketemu!" Seru Duri yang kemudian menghampiri kembali kepada kucing tersebut. "Ayo, kucing manis." Duri mengangkat kembali kucing tersebut dan berjalan menuju kamar mandi yang memang ada di dalam kamarnya yang satu kamar dengan Solar.
'A-Aku akan dimandikan?!' Pikir Kucing tersebut tetapi dia berusaha sebisa mungkin untuk tetap tidak panik atau semacamnya.
Lagipula beberapa kucing memang tidak terlalu suka terkena air meskipun mereka dimandikan oleh majikan mereka. 'Oke... tetap tenang. Tetap tenang...'
Duri membuka pintu kamar mandi tersebut lalu masuk ke dalamnya, tidak lupa untuk menguncinya terlebih dahulu bilamana Solar maupun salah satu saudara lainnya.
Pertama - tama Duri meletakkan kucingnya terlebih dahulu ke atas lantai kamar mandi, lalu dia mengambil hand shower. Tidak lupa dengan menggunakan air hangat pula. "Baiklah, Duri mulai memandikanmu sekarang."
Duri menyalakan airnya, perlahan - lahan dia mengusap - usap bulu kucing tersebut. Tidak lupa ditambahkan shampo yang sudah tersedia disana.
Meskipun yang digunakannya itu adalah shamponya yang selalu dia pakai karena kalau beli pun dirinya pulang bersama dengan Solar. Selain itu, Solar juga sudah pasti akan heran bilamana Duri tiba - tiba pergi ke toko hewan peliharaan hanya untuk membeli sabun maupun shampo untuk seekor kucing.
Setelah Duri memandikan kucing tersebut, dia segera mengeringkannya dengan handuk yang telah dia bawa sebelumnya dari dalam lemari tadi.
Dia melakukannya secara perlahan karena bisa saja luka kucing tersebut bisa semakin melebar jika Duri melakukannya terlalu cepat dan keras.
Lalu dari situ, Duri mengangkat kucing tersebut kembali menggunakan handuk itu dan meletakkannya ke atas tempat tidurnya. "Sekarang kamu sudah bersih---" ketika Duri selesai mengeringkan bulu kucing tersebut, dia terdiam.
Kedua manik mata dirinya dan manik mata kucing tersebut saling bertatapan kembali.
Kucing itu memiliki mata hazel dengan bulunya yang berwarna coklat yang begitu terang dan bersih.
Di mata Duri, kucing yang dia bawa ini terlihat benar - benar begitu manis meskipun dia memanggilnya dengan panggilan kucing manis. "Kamu terlihat begitu... man---"
Sebelum Duri menyelesaikan perkataannya, pintu ruangannya langsung terbuka. Spontan Duri langsung melirik ke arah pintu tersebut. "Kak Duri, apa kakak sudah---"
"Solar!"
Orang yang membuka sekaligus membuka pintu tersebut adalah Solar. Duri benar - benar terkejut karena Solar telah masuk ke dalam kamarnya dan juga Solar sendiri.
Tetapi bukan hal itu yang menjadi kekhawatirannya. Melainkan Duri telah ketahuan langsung oleh adik bungsunya.
Disisi lain Solar sendiri pun terkejut karena melihat ada seekor kucing di dalam kamarnya itu. "Ku-Kucing?!" Duri langsung berlari menghampiri Solar dan menutup mulutnya menggunakan telapak tangannya supaya teriakan Solar tidak terlalu terdengar oleh yang lainnya.
"Ssst! Solar, jangan berteriak. Nanti terdengar oleh yang lain." Ujar Duri sambil membungkam mulut Solar menggunakan tangannya.
"Mppfh taph ith mpfh!" Balas Solar sambil menunjuk - nunjuk jari telunjuknya ke arah kucing yang masih ada disana terduduk diam sambil memperhatikan mereka berdua seolah tidak terjadi apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Mysterious Cat [Boboiboy Elemental x Reader]
FanfictionHari yang normal merupakan hari yang biasa dijalani oleh ketujuh kembar laki - laki, baik itu dalam suka dan duka maupun dalam bahaya atau aman. Sampai di suatu tempat, salah satu dari mereka menemukan seekor kucing dalam keadaan dekil dan terluka...