"Gue tau kita mungkin sering disebut jenius dan gue juga mengetahui itu. Tapi baru kali ini gue merasa bodoh banget"
Kaina berkali-kali menghembuskan nafasnya kasar karena tidak tahu apa yang sedang mereka diskusikan kali ini.
Jenan menjambak rambut nya sendiri dengan gemas, "kita gak bisa gali aja kuburan dia terus kita lakuin autopsi?"
Ale yang awalnya ingin mendengarkan dengan seksama langsung memukul bagian belakang kepala Jenan.
"Jangan bikin emosi deh Jen" ucapnya setelah berhasil melayangkan pukulan yang tidak bisa dibilang lembut itu.
Jenan mengerutkan keningnya menatap tak suka sambil mengelus kepala bagian belakang nya yang terasa seperti barusan ditimpuk batu.
"Nath seriously, lo punya cara buat selidiki ini?" Tanya Ale tidak menggubris lirikan maut dari Jenan.
Yang dipanggil hanya terdiam sambil berusaha memikirkan apa yang bisa mereka lakukan.
Mereka masih belum bisa terbilang cukup jenius untuk langsung menyelidiki kasus yang sangat tidak bisa dikatakan mudah.
"Kita bisa temui keluarga nya gak?"
Kaina yang daritadi diam membuka suara nya membuat ketiga kerja otak teman lainnya sedikit terbantu.
"Kak... aku minta maaf karena gak bisa lindungi kakak. Aku minta maaf karena gak berusaha mencegah kakak untuk pergi ke acara malam itu"
Adik Giselle berlutut didepan makam Giselle sambil terus menerus mengeluarkan air mata dan kata maaf yang sudah tidak dapat dihitung berapa kali Ia mengucapnya.
"Aku janji kak, aku pastikan bahwa mereka yang ngebunuh kakak bakalan menderita selama sisa umur hidupnya"
"Terutama four knights aku gak bakalan maafin mereka. Kakak ngelihat aku dari atas sana kan? Semoga kakak menikmati pembalasan dendamku ya kak?"
"Aku bukan kakak yang bisa sabar sama orang yang selalu ngeremehin, ngejelekin kakak. Aku gak bisa kayak kakak"
"Pegang janji ku kak, mereka gak bakalan hidup dengan tenang setelah ini"
Kaina memfokuskan dirinya pada laptop yang berada didepan tubuhnya saat ini.
Ia hanya sedang mengerjakan beberapa tugas sekolah mereka yang deadline nya mungkin sekitar seminggu lagi.
Namun tetap saja, Kaina tidak akan seperti orang lain yang selalu menunda-nunda tugasnya.
Bukannya lebih baik jika diselesaikan langsung agar kita tidak merasa terbebani?
Pranggg
Kaina berjengit kaget saat suara sesuatu yang menimpuk jendela kamar nya memecah keheningan di kamarnya.
Tidak ingin larut dalam ketakutan lebih lama, Kaina berdiri dari tempat duduknya untuk mengecek apa yang barusan mengenai jendela kamarnya.
Sebuah batu dan kertas yang terikat dengan karet asal.
Kaina membuka kertas itu untuk melihat isi nya dan yang terjadi selanjutnya adalah hal yang tidak pernah terpikirkan oleh kaina sama sekali.
Dikertas itu hanya terdapat sebuah gambar, gambar yang mungkin dilukis dengan tinta merah.
Tidak ada warna lain di kertas itu, hanya warna merah dan putih yang sangat kontras.
Kaina tentu saja tau siapa yang ada di lukisan ini. Itu adalah dirinya, tidak mungkin dia tidak mengenali nya.
Namun yang Kaina bingungkan, siapa yang melempar nya ke jendela kamar Kaina? Mengingat bahwa kamar Kaina—
—berada di lantai dua.
TBC
10.09.2022ada yang bisa nebak siapa adiknya Giselle???
KAMU SEDANG MEMBACA
ÆDREAM : The Rank [END]
FanfictionSMA Pelita Nusantara- SMA favorit nomor satu di Indonesia karena tiga peringkat pertama angkatan terakhir di sekolah tersebut akan mendapatkan kesempatan untuk kuliah di luar negri gratis dengan segala fasilitas disana. Four Knights- Circle paling t...