24 ÷ 1 - 0

405 56 0
                                    

Omongan Jenan soal luka di punggung nya ternyata tidak bohong. Luka memanjang di punggung Jenan terlihat sangat menyakitkan.

Kaina mengobati luka Jenan dengan hati-hati takut menambah sakit pada punggung lelaki itu, sesekali ia ikut meringis saat mengusap luka itu dengan salep.

"Ini kena apa sih, kok bisa sampai gini?" Tanya Kaina yang tak tahan melihat luka itu.

Jenan terkekeh pelan, padahal ia yang terluka tapi kenapa seperti Kaina yang kesakitan.

"Lo harus tau betapa hebatnya Papa gue main golf" ucap Jenan membuat Kaina mengernyit bingung.

"Gue tanya tentang luka ini Jen—" Kaina membulatkan mata nya, "ini? Tongkat golf?" Tanya Kaina terkejut.

Jenan terkekeh pelan. Meskipun kini Ia tengah membelakangi Kaina, tapi Ia sudah sangat hafal dengan ekspresi perempuan itu ketika terkejut.

"Papa sama Mama lo dimana?" Tanya Jenan menyadari bahwa rumah besar ini terlalu sepi.

"Papa lagi ada urusan perusahaan di luar negri, kalau Mama gue kurang tau" ucap Kaina yang masih sibuk membersihkan luka Jenan.

Jenan mengangguk tanda Ia mendengar, "Kalau gitu tinggal kita berdua nih di rumah?" Tanya Jenan dengan nada mengejek

Kaina menghela nafasnya lalu tanpa aba-aba Ia menekan luka Jenan lebih kuat.

"Anjing! Kaina!"
"Apa lo setan?!"

Matahari mulai terbit menampakkan sinarnya yang berusaha memasuki cela-cela jendela yang masih tertutupi gorden

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Matahari mulai terbit menampakkan sinarnya yang berusaha memasuki cela-cela jendela yang masih tertutupi gorden.

Kedua manusia yang masih tergelung di dalam selimut masih tidak menunjukkan adanya pergerakan dari keduanya sampai saat salah satu terbangun karena suara yang cukup berisik terdengar di telinga nya.

Nathan, Ia terbangun terlebih dahulu dibandingkan Ale. Setelah memastikan Ale yang masih nyenyak dalam tidur nya, Ia bangun dan keluar dari kamar Ale untuk melihat apa yang terjadi di luar.

Setelah turun dari tangga, Nathan melihat bibi yang selama ini bekerja dirumah Ale sibuk membersihkan lantai bekas serpihan kaca semalam.

"Bi?" Panggill Nathan membuat bibi itu terkejut sebentar.

"Eh Nathan maaf, Bibi membuat kamu terbangun ya?"

Nathan tersenyum lalu menggeleng, ia melanjutkan langkahnya menuju kearah bibi itu agar lebih dekat, "Maaf ya bi, semalam saya belum sempat membereskan nya" Ucap Nathan menatap serpihan kaca yang berlumuran darah.

Bibi itu hanya mengangguk, dengan ragu Ia bertanya, "Apakah Ale baik-baik saja?"

Nathan mengangguk mengiyakan. Namun seperti nya Bibi ini belum puas berbicara membuat Nathan menatap bibi tersebut, menunggu apa yang akan diucapkannya.

"Nathan udah tau belum? Ale belakangan ini udah mulai suka gores tangan nya lagi"

Kalimat yang barusan diucapkan Bibi kepada Nathan membuat Nathan langsung membulatkan mata nya, "Beneran bi?" Tanya Nathan dijawab anggukan mantap oleh Bibi tersebut.

Nathan dengan cepat menaiki tangga nya kembali menuju kamaer Ale yang barusan Ia tinggalkan.

"Bodoh" rutuk Nathan pada diri nya sendiri. Kenapa dia tidak menyadari Ketika membersihkan luka Ale kemarin.

Nathan dengan cepat membuka pintu kamar Ale, disana Ale rupanya sudah terbangun. Ia terlihat masih mengumpulkan nyawa sambal duduk di tempat tidurnya.

Nathan berjalan masuk, Ia kemudian menyibak selimut Ale membuat Ale kebingungan dan hanya terdiam ketika tangan kiri nya di ambil oleh Nathan.

"Ale? Sejak kapan?" Tanya Nathan menunjukkan pergelangan tangan kiri Ale kepada nya.

Ale yang terkejut langsung menarik tangan nya namun sia-sia karena kekuatan Nathan lebih besar daripada dirinya, "Nath, lepas" Ucap Ale masih berusaha memberontak.

"Bukannya lo udah janji sama gue Le? Lo janji gak bakalan kayak gini lagi kan?" Nathan masih berusaha bertanya kepada Ale.

Ale hanya menundukkan kepalanya, tidak berani untuk menatap lawan bicara nya.

"Lo ingkar janji lo Le. Lo tau gue gak suka banget sama orang yang ingkari janji dia" Nathan merendahkan suaranya berusaha meredam emosi nya.

"Gue gak bisa, jangan ajak gue bicara dulu beberapa hari. gue gak mau emosi gue lepas tiba-tiba dan malah rugiin Lo" Ucap Nathan lalu melepas genggaman tangan nya pada Ale dan pergi meninggalkan Ale yang masih terdiam.

 gue gak mau emosi gue lepas tiba-tiba dan malah rugiin Lo" Ucap Nathan lalu melepas genggaman tangan nya pada Ale dan pergi meninggalkan Ale yang masih terdiam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TBC

07.12.2022

ÆDREAM : The Rank [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang