Kegiatan di dapur pagi ini super sibuk; rice cooker yang menunjukkan lampu berwarna merah tanda nasi sudah matang, coffee maker yang sudah mengisi penuh satu cangkir dengan kopi hitam, meja dapur yang dihiasi banyak jenis sayur dan daging ayam yang mengantre untuk dipotong dan diolah.
Dan tentu saja, sepasang tangan yang membuat dapur menjadi sesibuk itu sekarang sedang memotong kentang menjadi dadu kecil.
Jeno menyenandungkan lagu kesukaannya saat dia sudah selesai memotong kentang lalu ganti memotong wortel. Saking seriusnya memotong wortel, Jeno tidak tahu bila ada sesosok yang sedang berjalan ke arahnya hingga dia merasa ada tangan yang memeluknya dari belakang.
Tanpa perlu menoleh, Jeno sudah tahu siapa pelakunya kemudian tersenyum manis hingga matanya menghilang.
"Tidur nyenyak?" tanya Jeno sambil terus memotong wortel.
"Ho'oh," lalu orang itu – Mark lebih tepatnya – kekasih Jeno lebih tepatnya lagi, mengecup leher Jeno.
"Duduk sana, terus kopinya diminum," pinta Jeno karena lama-kelamaan dia merasa kesulitan untuk melakukan kegiatannya saat Mark memeluknya dari belakang.
"Ho'oh," tapi Mark tetap tidak bergerak.
Jeno tertawa kecil lalu membalikkan badannya hingga dia berhadapan dengan Mark, "aku nggak bisa masak dong kalo kamu kaya gini terus. Aku mau kamu sarapan pagi ini."
"Tenang aja, aku bakal kenyang kalo makan kamu," lalu Mark menyeringai sambil mengeratkan pelukannya pada pinggang ramping Jeno.
Jeno merasa dalam bahaya, jadi dia mendorong Mark menjauh sebelum masakannya terbengkalai.
"Mark, lepas," sahut Jeno pada kekasihnya yang tidak juga menjauh.
"Hyung," sahut Jeno lagi sambil berusaha mendorong Mark.
"Ma–hmmp!"
Tanpa pikir panjang, Mark langsung saja mengklaim bibir Jeno, bibir yang tak pernah puas untuk dia kecup.
Kecupan itu tidak buru-buru, juga tidak membuat pagi hari yang dingin ini menjadi panas, kecupan kali ini begitu manis tapi Jeno belum balas mengecup Mark.
Jeno tidak membalas kecupan itu sebagai hukuman bagi Mark karena sudah mengganggunya memasak, berprofesi sebagai model membuatnya jarang berada di rumah, dan hari ini ketika Jeno tidak memiliki jadwal untuk bekerja dan sengaja menyempatkan diri untuk memasak bagi Mark, kekasihnya itu malah mengganggunya.
Beda halnya dengan Mark yang sudah kecanduan terlalu parah pada Jeno, ada kesempatan di rumah tentu membuat Mark menginginkan Jeno seutuhnya, Mark bahkan tidak terlalu memedulikan isi perutnya, toh Mark nyaris tidak pernah sempat untuk sarapan.
Mark tidak menghentikan ciumannya hingga akhirnya Jeno mengalah tanpa perlawanan yang berarti dan membalas ciuman Mark, kedua tangan Jeno yang sedari tadi memukul pelan dada Mark pun kini mengalung di leher Mark.
Kecupan itu tetap berada di batas aman tanpa melibatkan lidah, kecupan yang terasa begitu manis dan waktu seolah berhenti di antara Mark dan Jeno. Mark lebih mengeratkan pelukannya di pinggang Jeno dan Jeno pun mengeratkan kedua lengannya pada leher Mark tanpa perlu membuat kekasihnya tercekik.
Tinggi badan yang sama tidak perlu membuat Jeno berjinjit kaki, tapi lama-kelamaan Jeno merasa salah satu tangan Mark turun untuk menyentuh bokongnya, meremasnya pelan dan berpindah ke belakang pahanya, mengisyaratkan Jeno untuk menggantungkan badannya seperti koala pada badan Mark.
Dengan begitu, Mark berniat untuk membawa Jeno kembali ke kamar mereka lalu mengulang kembali kegiatan seksi tadi malam.
Jeno melenguh ditengah-tengah kecupan untuk protes pada Mark ketika dia merasa sudah tidak berada di dapur lagi, namun yang Mark tangkap dari lenguhan Jeno adalah sebagai undangan terbuka untuk bercinta lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Casually Cruel | Markno-Jaemjen
FanfictionJaemin mencintai Jeno, Renjun mencintai Mark, Jeno dan Mark mencintai satu sama lain. Lalu, bagaimana kesimpulannya?