Trigger Warning: Kekerasan.
***
Mata Jeno menatap kosong ke depan, rambut hitamnya sudah berubah menjadi pirang, membuat Jeno merasa bodoh. Jaemin benar-benar membawa Jeno keluar, bahkan lebih jauh dari sekadar keluar kamar yang selama ini jadi tempatnya disekap.
Jeno tidak habis pikir bagaimana bisa sebuah unit penthouse di salah satu kondominium elit di distrik Gangnam bisa luput dari pencarian polisi. Bagaimana bisa polisi tidak menemukannya disekap di sana selama hampir empat musim?
Jeno ingat betul, ketika ancaman pertama mendatanginya adalah ketika akhir musim dingin, dan kini ketika Jaemin membawanya keluar, saat ini sudah pertengahan musim gugur. Nyaris kembali lagi ke musim dingin. Itu artinya sudah lama sekali Jeno disekap, kulit putih Jeno jadi semakin pucat karena kurangnya paparan sinar matahari.
Dan selama itu pula, Jeno merindukan Mark.
Berbagai ancaman sudah Jaemin deklarasikan sebagai pengganti kebebasan Jeno yang bahkan hanya sekejap. Dan di sinilah Jeno dan Jaemin berada, duduk di meja yang terletak paling pojok di kedai kopi kesukaan Mark. Sama seperti waktu pertama kali mereka bertemu di tempat yang sama, ada pistol yang terarah ke Jeno, bersembunyi di balik serbet.
Dengan Jeno yang penampilannya sudah berubah, rambutnya kini pirang dan di lehernya ada balutan scarf, "Udara dingin musim gugur dan untuk menutup luka di leher," begitulah yang dikatakan Jaemin.
Tak lupa kacamata hitam, dan masker untuk menutupi bentuk bibir Jeno yang Jaemin yakini pasti mudah dikenali oleh Mark.
Jaemin bilang, setiap hari Jumat atau tepatnya seperti Jumat hari ini pada jam dua siang, Mark dan Renjun akan mampir ke kedai kopi ini hanya untuk sekadar mengobrol dan berkencan.
Ya, Jaemin benar, tepat jam dua siang, Mark datang ke kedai kopi dan duduk di tempat kesukaannya di dekat jendela – datang bersama Renjun.
Satu sayatan telah menggores hati Jeno saat melihat Mark dan Renjun datang bersama, walau Jeno senang bisa melihat Mark dalam keadaan baik-baik saja, tidak seperti pada rekaman video yang waktu itu Jaemin tunjukkan padanya.
"Liat sendiri, kan? Baru kamu tinggal pergi hampir setaun, Mark udah cari pengganti kamu," ujar Jaemin dengan angkuh.
Jaemin hanya bisa mendengar isak tangis Jeno, tapi tidak bisa melihatnya dari balik kacamata hitam dan masker yang Jeno pakai.
"Ya karena kamu!" ujar Jeno.
Jaemin tertawa meremehkan, "ini semua buat kamu loh."
"A-aku mau pergi dari sini," walau Jeno sadar, tidak baik baginya untuk menyimpulkan bahwa Mark telah berpaling darinya, walau Jeno telah meninggalkan kekasihnya bahkan tanpa sepatah kata ucapan selamat tinggal.
Jeno mencoba untuk berpikiran positif, tapi tetap saja sakit rasanya melihat itu semua dengan matanya sendiri, belum tentu saat ini Mark dan Renjun sedang berkencan, bisa saja mereka sedang membahas urusan pekerjaan, kan?
"Pertunjukan puncaknya belum mulai, Jeno sayang," ujar Jaemin dengan suara tenang sambil menggenggam erat tangan Jeno.
Jeno sama sekali tidak tahu apa maksud dari ucapan Jaemin barusan, dia hanya sibuk melepaskan genggaman tangan Jaemin yang terlalu erat, dan bertambah erat saat dia mencoba lebih keras lagi untuk melepasnya.
"Liat tuh!" tukas Jaemin tiba-tiba ketika Jeno berusaha untuk melepaskan tangannya dari genggaman Jaemin.
Apa yang ditunjukkan Jaemin saat ini benar-benar membunuh perasaan Jeno.
KAMU SEDANG MEMBACA
Casually Cruel | Markno-Jaemjen
FanfictionJaemin mencintai Jeno, Renjun mencintai Mark, Jeno dan Mark mencintai satu sama lain. Lalu, bagaimana kesimpulannya?