06

1.4K 73 10
                                    

Trigger Warning: Hasutan bunuh diri. Kematian. Kekerasan. Adegan seks eksplisit. Baca dengan bijaksana.

***

"Mark," panggil Jaemin sambil membuka pintu rumah Mark tanpa mengetuk atau permisi terlebih dahulu.

Tidak menemukan Mark untuk menyambutnya di depan pintu, Jaemin membawa dirinya masuk lebih dalam ke rumah kakak sambungnya itu, lalu menemukan Mark sedang duduk lemas seolah tak punya tenaga di atas sofa yang ada di ruang TV.

"Eh, Jaemin? Dari mana aja?" tanya Mark begitu melihat sosok adiknya berdiri di hadapannya tidak ada rasa curiga sedikit pun.

"Kamu kacau banget," alih-alih menjawab, Jaemin malah berkomentar mengenai keadaan Mark.

Mark tertawa kecil, "Jeno, aku kangen banget sama dia," lalu air mata Mark mengalir begitu saja.

"Tapi tadi kamu cium Renjun."

Mark mengerutkan keningnya, matanya menatap Jaemin penuh tanda tanya, "kamu liat?"

"Jeno juga liat."

"Jeno ada sama kamu?" suara Mark terdengar sedikit lebih bertenaga dan sedikit senang mendengar Jeno ternyata ada bersama Jaemin, Mark belum terpikir terlalu jauh kenapa Jeno justru ada bersama adiknya.

"Jeno ngeliat kamu cium Renjun dan sekarang dia gak berhenti nangis karena itu," ujar Jaemin dengan suara tinggi.

Mark langsung panik, "itu di luar kendali aku, Jaem. Aku masih cinta banget sama Jeno, serius. Bilangin ke Jeno, aku cuma cinta dia," Mark memohon.

"Cih, kamu bukan pacar yang baik buat Jeno."

Mark terdiam mendengar kalimat itu, dan dia merasa bila apa yang dikatakan Jaemin memang benar adanya.

"Kamu lebih baik mati, kamu udah nyakitin Jeno dengan cium Renjun di depan matanya."

Tanpa sadar, Mark menganggukkan kepalanya pelan lalu berjalan ke kamarnya, dia menuliskan sesuatu di kertas kemudian berjalan ke dapur dan mengambil pisau.

"Aku cinta banget sama Jeno," itu adalah kalimat terakhir sebelum Mark akhirnya mengiris nadinya dengan pisau dapur – terjadi begitu saja. Mark merenggut nyawanya sendiri mengikuti kemauan Jaemin, Mark seolah berada di bawah pengaruh hipnotis adik sambungnya itu.

Mark mengerenyit saat rasa sakit dan perih menjalar ke seluruh badannya, tapi dia bisa terima karena dia tahu rasa sakitnya pasti tidak sebanding dengan rasa sakit Jeno ketika melihatnya mencium Renjun. Dirinya telah mengkhianati cinta Jeno di saat akhirnya kini sang pujaan hati telah diketahui keberadaannya. Dirinya memang layak mati.

Pandangan Mark mulai mengabur, badannya terasa begitu ringan, hingga akhirnya dia merasakan hembusan napas terakhir yang keluar dari hidungnya.

Jeno adalah orang terakhir yang ada di pikiran Mark.

Jaemin tersenyum puas, menunggu beberapa saat lagi untuk memastikan bila Mark benar-benar sudah tidak bernyawa. Jaemin menyentuh leher Mark dan tidak merasakan ada denyut nadi di sana.

Sepintas, Jaemin membaca apa yang Mark tulis sebelum mengakhiri nyawanya, dan Jaemin memutar bola matanya jengah membaca tulisan Mark.

Aku nggak sanggup hidup lebih lama lagi tanpa Jeno di sisiku.

Itulah 'surat bunuh diri' yang Mark tulis.

Jaemin tidak lupa untuk membersihkan sidik jarinya di kenop pintu rumah Mark, dan pergi dari sana begitu saja untuk kembali pada Jeno.

Casually Cruel | Markno-JaemjenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang