Part 1. Sang Pemain

19.3K 236 19
                                    

"Kita putus aja ya". Ujar seorang pemuda tampan kepada pemuda manis lainnya. Terlihat dua orang pemuda dengan paras yang mempesona dan saling bertolak belakang itu duduk berhadapan di sebuah teras cafe.

Pemuda tampan dengan alis tebal dan bulu mata lentik itu membuang wajah dari pria manis dengan rambut ikal dan tubuh berisi di hadapannya setelah ia berkata demikian. Hidung mancung dan bibir merah ranumnya membuat wajahnya tidak hanya terlihat tampan tapi juga cantik disaat yang bersamaan.

Ia segera berdiri dan bergegas pergi, walau kaos yang ia kenakan cukup besar, namun tidak mampu menyembunyikan tubuh tinggi dan bentuk otot dari perut dan lengan pemuda itu. Ia melirik sekilas pemuda manis bertubuh tambun yang baru saja ia putuskan, terlihat ekspresi datar dan kosong dari wajah pemuda manis itu.

Dengan cuek dan tidak peduli ia meninggalkan pemuda manis yang kini kedua bola matanya basah. Rambut ikalnya tertiup angin dan mengelus lembut dahi nya. Pipinya yang kemerahan itu menjadi semakin merah karena ia berusaha untuk tidak terisak di tempat umum.

Perlahan ia bangkit berjalan dan pergi, meninggalkan teras cafe dimana saksi bisu cintanya yang tumbuh sekaligus tempat dimana cintanya hancur dan padam.

Pemuda manis itu bernama Mizwar. Teman-temannya biasa memanggilnya Miza. Miza berjalan terus tanpa arah hingga akhirnya tak sengaja ia sampai di sebuah kos-kosan bertingkat. Ia segera nyelonong masuk tanpa mengindahkan sapaan Bibi Joe yang baru saja membuat kue.

"Pasti dia patah hati lagi" gumam bibi Joe yang kini sedang asik menghias kue keringnya dengan banyak sekali manisan, krim dan gula. Miza mendobrak masuk kedalam sebuah kamar. Membuat sang empunya kamar terlonjak kaget.

"Anjing Miza! Ketuk dulu kek, orang mau ngentot jadi gagal gara-gara lo nih!" maki sang empunya kamar. Terlihat disana dua orang pria yang sedang bertelanjang dada. Pria yang baru saja memaki Miza hanya mengenakan boxer pendek lucu bergambar pikachu sedangkan pria lainnya bertubuh tinggi dan besar dengan tato naga di bagian dadanya dan tindikan di kupingnya.

Pria besar itu masih menggunakan celana jeans panjangnya, hanya saja zipper dan kancingnya sudah tidak saling menggenggam membuat celana dalam dan rimbunan bulu lelakinya terlihat.

"Hehe, next time aja ya Bro, kayaknya temen lu lagi depresi deh, ga enak juga ngentot ditungguin sama orang depresi. Gue cabut dulu ya, see ya!" ujarnya saat melihat Miza yang sedang menatapnya dengan tatapan kosong dan air mata yang terus mengalir. Ia menangis dalam diam.

"Call me ya bro!" teriak pria bercelana boxer pikachu itu. "Heh! Kunyuk! Ngapain sih lu masuk kamar orang sembarangan?!" hardiknya kembali kepada Miza.

"Lu ga kunci pintu kamar" jawab Miza dengan polos. Pria boxer pikachu menepuk jidatnya. "Iya juga ya, gue juga sih yang salah" gumamnya kepada dirinya sendiri. "Lu memang ada apa sih ? seenaknya aja masuk kamar kos orang". Ujar pria boxer pikachu itu yang kini duduk didepan Miza, menarik kursi kerjanya dan duduk sambil menyilangkan kaki. Memasang wajah kesal dan betenya kepada Miza.

"Emil, si Valdo mutusin aku, hiks" adu Miza kepada pria kurus yang memiliki tato di bagian kiri perutnya. Perutnya terlihat ramping dengan sedikit otot sixpack yang terlihat samar. "Tuh kan apa gue bilang!". Emil bangkit dan menoyor kepala Miza.

"Udah gue bilang, jangan pacaran sama dia, dia itu Vers, Honey! Lihat aja huruf depan namanya aja V artinya Vers!!"

"Yeeee...apa hubungannya sih role dia sama kondisi saat ini? Lagian, kayaknya dia malu punya pacar gendut kayak aku, hiks"

"Helo! Vers itu ga ada yang setia, emang sih didepan lo dia gagah dan nyodok lo, tapi lo kan ga tau di belakang gimana ? siapa tau dia digangbang cowok-cowok kekar nan jantan? Terus dia baper sama salah satunya akhirnya mutusin lo deh, boty tengik yang ga guna, bisanya cuman mainin lubang pantat, iyeeuhh. Dan inget lo itu gemoy bukan gendut! Berhenti ngehina diri sendiri!"

"Aaahhh Emil, gue sedih. Kenapa sih gue ga pernah awet kalau deket sama orang"

"Ya kan gue bilang, jangan pacaran dan jangan lihat cowo dari tampilannya, liat dari kontolnya, honey!"

Sepanjang siang itu Miza hanya merajuk dan merengek kepada Emil. Emil hanya membalas sesekali dengan sinis tetapi ia tetap mendengarkan. Mereka berdua adalah sepasang teman yang akrab. Love language keduanya memang saling menghujat dan menghina.

Emil dan Miza adalah teman yang bertemu karena keadaan. Keduanya saling menyayangi dan melindungi layaknya saudara, lahir dari latar belakang keluarga yang berbeda justru membuat keduanya dekat dan saling melengkapi.

Karya ini bisa diakses secara lengkap pada akun karyakasaku ya teman-teman, berikut linknya : https://karyakarsa.com/june96/pelet-anus-season-2  atau bisa juga cek link pada bio ya geas ya hehe. 

Pelet Anus Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang