•••
"Aku yakin alamatnya disekitar sini."
Lisa bicara sendiri, didalam mobil, bersama Jennie disampingnya. Lisa adalah Sang pengemudi-nya, lantas Ia nyaris kebingungan. Lalu, tiba-tiba saja ia membenturkan kepalanya ke kaca mobil, tidak hanya sekali, itu berulang. Demikianlah Jennie yang terkejut sontak menghentikan aksi Lisa dengan memegang kepalanya, "Apa yang kau lakukan?!"
Lisa menoleh—lantas tersenyum, "Akhir-akhir ini aku pelupa," ujar Lisa, yang masih sempat-sempatnya tersenyum diujung kalimat.
Jennie merasa heran, terlebih aneh dengan sikap Lisa. Ia benar-benar membenturkan kepalanya hingga meninggalkan jejak memar disana, "Hyak, beri tahu aku apa yang kau cari?"
"Appartemen-ku, konyol bukan?" Ia menarik nafas berat.
"Aku tak tahu dimana letak tempat tinggalku sendiri," keluh Lisa terkekeh miris. Jennie menangkap mimik frustasi di wajah Lisa. Itu adalah wajah yang sepertinya akan menangis sebentar lagi."Kita ke Rumah-mu saja ya?" usul Lisa. Jennie Kim tidak setuju. Ada Kim Taehyung disana, dan itu akan menjadi situasi yang cukup aneh.
"Berikan alamat Appartemen-mu," pinta Jennie.
"Kau akan mencarinya?"
"Untuku?" tanya Lisa, seolah matanya berbinar sekarang."Tidak," ujar singkat mulut Jennie.
"Mobil mewahmu ini yang akan mencarinya untukmu, kau hanya perlu memasukan alamatnya disini, itu mudah, dan kau tak tahu," ujar menohok mulut Jennie. Ia memijit beberapa tombol di mobil Lisa, dan itu berhasil.Mereka baru saja sampai di lift. Lisa bilang ia tinggal di lantai 20, unit 2027. Jennie mengerti dan menggenggam tangan Lisa, seolah ia seorang anak yang tersesat dan butuh bantuan.
"Tiga lantai lagi," ujar Jennie pelan. Lisa mengangguk, sedang Jennie khawatir bocah disampingnya akan membenturkan lagi kepalanya saat keluar dari lift, lantas ia bingung perihal lorong mana yang harus ia telusuri.
Sampai didepan pintu Appartemen, "Kau tidak lupa password-nya bukan?" tanya Jennie dengan nada waswas.
"Mereka bilang password-nya ulang tahunku," ujar mantap mulut Lisa.
"Oh, dan jangan bilang kau lupa tanggal ulang tahunmu?" khawatir Jennie dengan nada pelan.
"Aku hanya tinggal menelpon Kim Jisoo jika lupa, tapi sayangnya aku ingat," ujar Lisa sambil memijit angka-angka ulang tahun-nya.
Jennie dan kepalanya mulai mengingat Kim Jisoo saat Lisa menyebut namanya, "Ah, kakak tirinya yang pendiam.." gunam pelan mulut Jennie.
"Ya?" tanya Lisa.
"Tidak, aku hanya bergunam sendiri," ujar Jennie.
Lisa berhasil membuka pintu Appartemen-nya. Hampir saja Jennie refleks bertepuk tangan. Lantas mereka masuk, dan seperti kebiasaan-nya, Lisa langsung berlari melompat ke Ranjang tidur.
"Appartement-mu luas," gunam Jennie.
"Dekorasinya sangat mirip seperti kamar-mu dahulu, dan sama-sama mewa—""Hyak, jadi kau ingat?" tanya Lisa. Ia berhasil membuat wajah kikuk Jennie menjadi merah.
Jennie mulai mengutuki mulutnya. Ia benar-benar malu setelah pura-pura lupa tak mengenal Lisa di Minimarket.
"Dimana makanan yang kau bilang lebih layak dari sosis itu?" tanya Jennie mengalihkan pembicaraan. Ia langsung menyeret kedua kaki-nya ke arah dapur. Lisa tertawa nyaring—masih merebahkan dirinya di Ranjang tidur, "Aku yakin mereka mengisi penuh lemari es-nya," ujar enteng mulut Lisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
G(O)OD GIRL (God Girl)
FanfictionJennie terlalu naif untuk mendapat julukan jahat. Sementara Lalisa tak senaif itu untuk melulu bertingkah polos. Mereka bertemu, berkata-kata manis, saling menyanjung-dan percayalah tak hanya itu. Ada dua sampai tiga alasan mengapa mereka tak layak...