Flummox

211 23 5
                                    

Sebuah mobil melaju, menyisiri jalan sepi di tengah malam. Dengan kecepatan yang tidak pelan dan juga tak cepat.

Sepi menemani dua insan di dalam mobil tersebut. Lalu terdengar helaan napas dari si surai pirang, Aether. Kepalanya menoleh pada sang kekasih yang sedang fokus menyetir.

"Sho, aku mau ngomongin sesuatu." Dia membuka suara. Xiao memelankan laju mobilnya.

Hening kembali menyelimuti. Dengan susah payah Aether menelan ludah. Rasanya tak bisa ia ungkapkan hal ini. Mereka sudah 5 tahun berpacaran, tahu-tahu malah begini.

"Aku dijodohin, sama cewek." Aether berucap pelan. Sontak Xiao membelalakan matanya terkejut, tangannya meremat setir dengan cukup kuat sampai uratnya terlihat.

Xiao menepi ke pinggir jalan. Setelah itu ia menyalakan lampu yang ada di dalam mobil.

"Kenapa gak kamu tolak aja perjodohannya?" Xiao bertanya. Ia tatap iris emas milik kekasihnya yang meredup.

"Kamu tau sendiri, kan? Kalo aku gak bisa bantah kata orang tuaku." Tersirat tatapan bingung, sedih, dan hancur di dalamnya.

"Terus kamu seenaknya memutuskan buat kita udahan? Demi perjodohan itu?" suara Xiao meninggi. Tak percaya pada keputusan Aether.

"Kamu egois, Alatus."

"Kamu yang egois! Kita udah 5 tahun pacaran. Aku ngorbanin segalanya demi kamu biar kita bisa bareng!" Napas Xiao mulai tersenggal. "Aku berjuang demi kamu, Aether." Suaranya mulai memelan lemah. Ia tak sanggup.

"Kamu anggap aku gak berjuang, gitu? Dari awal hubungan kita gak direstuin karena kita laki-laki! Aku ngelawan orang tuaku demi kamu. Lari dari segala aturan dunia yang membuat kita harusnya gak bersama." Begitu pun pada Aether. Vokalnya bergetar hendak menangis.

"Kalo dari awal kamu gak direstuin, kenapa gak dari awal aja kita udahannya?" Sakit. Dada Xiao terasa sesak.

"Aku mau! Tapi, aku sukanya sama kamu. Aku nyaman dan sayang sama kamu, Sho." Aether mengepalkan tangannya, bentuk menahan rasa sedih yang berkecamuk.

Aether meraih kedua tangan Xiao. Dielusnya pelan punggung tangan kekar itu. Dapat Aether rasakan bagaimana kasar telapak tangan orang yang akan menjadi mantan kekasihnya.

"Maaf, ya Xiao. Kayaknya kita gak bisa terus-terusan menentang aturan dunia." Perlahan Aether menarik Xiao agar bisa menuturkan salam perpisahan.

Setelah mempertemukan bibir mereka, Aether memejamkan matanya. Buliran kristal bening jatuh membasahi pipinya.

Masing-masing menuangkan segala emosi mereka. Mengucapkan rasa sayang untuk terakhir kalinya. Terasa berat, pilu, dan menyakitkan.

Setelah melepas ciuman mereka, Xiao mendekap tubuh Aether. Dikecup pucuk kepala yang bermahkota pirang itu. Terdengar isak tangis dari bibir ranum milik Aether. Kembali melepas emosi mereka.

Setelah keduanya rela untuk melepas, mereka saling bertatapan.

"Apa kita harus benar-benar mengakhiri hubungan kita?"

"Semoga kamu dapet yang lebih baik lagi, Xiao. Percayalah, selama ini rasa cintaku terus bertambah. Tapi sayangnya harus aku stop dan aku tahan entah sampai kapan."

Aether memegang gagang pintu mobil bagiannya. Lalu dengan segera Aether keluar dari mobil. Kakinya melangkah menjauh untuk mencari taxi yang tersisa agar dapat mengantarkannya ke tempat tinggalnya.

Xiao meremat baju bagian dada kiri, terasa sesak dan sakit. Giginya menjepit bibir bawahnya dengan cukup kuat. Tangan kanannya mengepal lalu memukul setir dengan kuat, melampiaskan amarah dan rasa sedihnya.

CARAPHERNELIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang