To Mas Almost
Ini surat ketiga yang coba kutulis untukmu. Dua surat sebelumnya tak pernah bisa kulanjutkan. Semoga kali ini sanggup kuselesaikan.
Ini tanggal 11 kelima dan mungkin terakhir kalinya ada kamunya. Bukan waktu yang singkat juga untuk saling menemukan kekurangan. 11 September 2022 menjadi tanggal yang kau pilih untuk pamit. Yang pada akhirnya kusadari, aku tidak bisa memaksamu untuk tetap tinggal, sekalipun aku mau.
Jalan di depan terlalu terjal ya, mas?
Dan aku tak cukup meyakinkanmu itu akan mudah jika kita lalui berdua. Tak masalah. Mungkin memang bukan aku. Mungkin memang tidak harus denganmu. Jalan terjal itu akan sama-sama kita lalui, tapi tidak kita lalui bersama. Kita akan berjalan dengan cara masing-masing. Yang nantinya akan menemukan akhir masing-masing.Ini tidak mudah bagiku, tak akan segampang itu. Karna kita pernah saling merencanakan masa depan; pernikahan yang tak mencolok, rumah di dataran tinggi dan penuh tumbuhan seperti maumu, dengan banyak jendela seperti inginku. Kau bahkan tak ingin aku satu rumah dengan ibumu, sebab katamu mertua perempuan dan mantu perempuan itu tidak akan bisa akur. Ah, kamu memang terlalu jauh, bahkan sampai saat kita memilih saling meninggalkan pun, aku tak pernah bertemu ibumu.
Take care always ya mas, dikurangi rokoknya, aku yakin perempuanmu nanti juga akan mengomel masalah itu. Jangan lupa istirahat kalau ngerjain kerjaan. Maaf ya, kamu ketemu akunya bukan dalam versi terbaikku, tapi aku kira, sekalipun dalam versi terbaikku itu tidak akan sesuai ekspektasimu. Jadi aku pikir memang jalan tengah ini yang terbaik. Bukan kau yang meninggalkanku atau aku yang meninggalkanmu, kita hanya sepakat berlawanan arah.
Dariku,
seseorang yang HAMPIR kau pilih menjadi pendengar terbaik sampai akhir.
YOU ARE READING
Surat-surat yang Tak Terbaca
Randomkumpulan surat yang mencoba membawamu hanyut tapi tidak sampai kehilangan arah.