Mas, annyeong!
Sudah dua hari sejak pesan terakhir darimu sampai padaku, kau tak sakit, bukan?
Sengaja kutulis surat ini tepat di ujung Juli, mas.
Agar Agustus bukan lagi tentangmu, bukan tentang tangis, bukan tentang kecewa, bukan tentang takdir yang tak kuasa kuubah.Aku berhenti, Mas.
Aku perempuan yang mudah menyerah jika menyangkut ibumu.
Jika aku memang bukan yang ibumu tunggu, aku tak kan berusaha mendatanginya.
Ku biarkan keyakinannya menang.Terimakasih sudah pernah hadir, menemaniku sembuh sampai tumbuh.
Sayangnya, Tuhan belum mengizinkan kita berada dalam situasi yang kita mau.Tolong ikhlaskan doa-doa kita yang kalah.
Jangan merasa tak adil.
Berhenti terlalu mengkhawatirkanku.
Akan ku lewati perpisahan yang paling dewasa ini dengan tenang, tanpa terlalu banyak air mata yang tumpah.Mari kita rayakan patuh yang paling jatuh ini dengan perlahan saling melepaskan.
Dariku,
perempuan yang tidak ingin ibumu sakiti bahkan sebelum ia kenali.
YOU ARE READING
Surat-surat yang Tak Terbaca
Randomkumpulan surat yang mencoba membawamu hanyut tapi tidak sampai kehilangan arah.