Enjoy 😊
.
.
.Gracio berada disalah satu cafe yang terletak di Jakarta, bukan di cafe wind cup milik Anin, ini karena Cindy tak mau kesana lagi, anggaplah for the first and last time. Padahal grenya sudah begitu nyaman dengan cafe itu.
Berbagai alasan kenapa dia lebih menyukai cafe Wind cup. lihatlah cafe ini! Pelayannya tak secantik Anin, dia terlihat lebih berumur. warna temboknya juga terlalu mencolok mata. yang bisa dibilang pria ini menyukai warna gelap seperti hitam, coklat dan mungkin abu abu. Segala pikiran menyarang diotak pria tampan ini, hingga tak peduli lagi siapa pelayannya, nyaman tidaknya, dan apapun. Ini semua pilihan Cindy, mau tak mau dia harus mengiyakan saja.
Gracio melirik jam yang melingkar ditangannya, sudah terhitung 25 kali ia lakukan. Manusia tak berakhlak itu tak kunjung ia lihat di pintu. Tidak tahukah dia? Gracio harus berbohong ke Shani dulu? Hanya untuk bertemu dengannya.
Kopi yang dipesannya juga terlihat tinggal seperempat akibat ia minum. "Lama banget sih knalpot motor!" Gumamnya, ia lihat pintu itu sekali lagi, namun tak kunjung terbuka. Rasanya kepala pria itu tak kuat diangkat, diselonjorkanlah sikepala pada meja didepannya, dengan mata yang otomatis tertutup karena ngantuk, iyalah udah sejam si Cindy gadateng Dateng.
"AYAMM AYAM!!" kaget gracio. Cindy menepuk bahu gracio, yang langsung membuatnya terkejut. kurang ajar nih Cindy, baru juga selonjoran, udah dikagetin aja. "Bangun! Ini siang bukan malem!!" Lihatlah tampang tak berdosa itu menganggapnya sebagai sapaan, ia duduk tanpa bersalah.
"Hooooaaaam" gracio menguap sangat lebar, hasil dari ia menahan kantuknya selama satu jam "lama amat si tuan putri" sambil mengucek matanya yang mulai berair.
"Yamaap, tadi gue jadwalnya dosen gila, waktunya pulang dia malah curhat depan kelas" perkataan jujur Cindy itu sangat tak sebanding dengan apa yang gracio lakukan, apakah tidak bisa ia bolos, atau kabur?. Gracio bahkan bolos hari ini hanya untuk Cindy seorang. eh gak deh, gre bolos karena merasa gak pernah bolos. Kalo bahasa singkatnya gre pengen coba coba.
"Yaudah mau ngomong apa? Buru!" Suruh Gre Berakting seakan akan tidak ingin berlama lama dengan cindy
"Bentarlah! Gue belom mesen nih!" Orang yang berada didepannya juga tak kalah nyolot.
---
"Gue dilabrak lagi Ama Chika" ucapan itu dilontarkan Cindy, bersamaan dengan bagaimana tangannya terampil mengaduk aduk kopinya yang beberapa menit lalu telah diantar salah satu pelayan "gimana dong? Gara gara Lo nih" ia salahkan lagi manusia didepannya.
"Kan udah saya bilangin nonaa Cindy, dia tidak perluh kau gubris" enak saja mulutnya berkata seenteng itu, tidak tahukah Cindy mulai berasap jika ketemu Chika dikampus.
"Ya kalo tiap saat dia datengin gue, ya gue males lah!" Cindy ungkapkan kekesalan yang bersarang di kepalanya, jika tidak diberhentikan sekarang, si chikacang mungkin bakalan mirip mba mba sales, ngejar dia Mulu.
"Masalahnya apaan sih? Lo bikin masalah baru kali ke dia" jawaban spontan gre membuat mata Cindy membelalak seperkian detik, kenapa celetukannya sangat menyebalkan, ia menuduh Cindy bikin masalah?. Tidak! Si chindo ini harus tau, kalau sumbernya adalah dia.
"Gara gara Lo ini,monyed!" Cindy tak tahan untuk tak menggeplak kepalanya, ya meskipun gak keras keras amat.
"Ya sekarang hamba ini harus gimana Cindy?" Terlihat gre sangat amat malas membahas hal tak berfaedah ini. Meneguk kopi ternyata lebih menarik untuknya saat ini.
"Gimana kalo gue turutin dia, gue mau Lo jangan Deket Deket gue" sebenarnya Cindy tak tega melontarkan kata kata yang maha kejam itu, seumur umur dia tidak pernah menyuruh orang menghindar. Bagi Cindy itu lebih ke mengusir, dan itu sangat tak punya hati. Cindy bahkan tak berani menatap mata Gracio, biarkan saja telinganya yang berkerja mendengar jawaban.