3

100K 848 13
                                    

"Istriku yang cantik." Niko singkirkan anak rambut Deya yang menghalangi wajah ayu istrinya. Tangan satunya ia daratkan pada pinggang Deya, di usap-usapnya pelan.

Deya mentap suaminya malu-malu. Setelah Niko mengatakan tidak tahan tadi, mereka langsung masuk ke dalam kamar. Belum sempat Deya menutup pintu, Niko sudah menciumnya dengan brutal. Setelah ciuman mereka terlepas Niko menatapnya lamat-lamat.

Tidak pernah terpikir oleh Deya jika akan menikah dengan Niko, si pujaan hati depan rumahnya. Sifat acuh serta dingin Niko dulu selalu membuat Deya minder. Selain karna memang rasa cintanya, Mama yang berharap Deya menjadi menantulah yang membuat Deya tebal muka. Deya selalu mengejar Niko tanpa mau mendengar penolakan lelaki itu.

Dulu Deya pikir Niko tidak akan pernah melirik ke arahnya, semisal menyapanya di pagi hari saja Deya sudah bersyukur. Tapi akhirnya sekarang Niko jatuh dalam pesonanya juga. Walapun dulu ia sempat menyerah, sekarang Deya merasa bahwa Niko sudah menjadi bucinya.

Tangan Niko merambat ke belakang, meyelip di balik celana piyam Deya. Di remasnya bokong Deya, kenyal, dan lembut. Sesuai dugaan.

"Sakit, ya, Mas?" tanya Deya ketika Niko merapatkan tubuh mereka.  Deya merasakan benda tumpul menghujam perutnya.

"Hemm.. Sedikit." jawab Niko. Di tatapnya sang istri dengan tangan yang semakin seduktif. Ia sendiri belum pernah merasakan apa itu berhubungan intim. Pacaran saja hanya sekali, jaman masih kuliah. Mereka tidak pernah melakukan apa-apa selain bergandengan tangan, selebihnya sibuk masing-masing. Kalau kata teman-temanya sih enak, apalagi waktu di jepit. Hemm..

Deya cemberut mendengar jawaban tidak yakin Niko. Lelaki itu kan dokter, masak seperti itu tidak tau.

"Tapi katanya bisa buat ketagihan. Waktu Mas sentuh begini rasanya gimana?" Niko memindahkan tanganya di bagian depan.  Ia mengelus milik Deya.

"Eeahmm.. Geli." Deya pasrah. Ia membuka pahanya, membiarkan Niko membelai miliknya.

"Tapi kalau masuk rasanya lebih enak." bisik Niko. Tanganya terus mengusap milik Deya. Terdengar desah nafas Deya yang mulai tidak beraturan. "Udah basah, Sayang. Sekarang, ya."

Deya yang merasa aneh dan juga terangsang tentu saja menurut. Apalagi saat Niko membuka seluruh pakaiannya.  Di susul lelaki itu sendiri.

Niko tersenyum penuh arti saat melihat tubuh polos istrinya. Walapun ia pernah melihat Deya hampir telanjang, tapi Niko tidak pernah melihat secara nyata milik gadis itu. Dada besar bulat dengan puting yang sudah tegak mengacung. Niko jawil itu, Deya tentu saja kaget dan langsung mundur berdiri.

"Mas!" kesalnya. Ia sangat malu tapi Niko malah mengodanya.

Niko terkekeh. "Lucu sayang. Gemes."

"Jagan gitu, ihh."

"Iya, maaf. Sini rebah." Niko tepuk-tepuk ranjang tidur.

Deya menurut. Ia rebahkan tubuhnya dengan kaki mengantung. Niko masih setia menatapnya, wajah lelaki itu bersemu dengan senyum cerah.

"Badanku nggak bagus, ya, Mas?"

Niko menggeleng. Ia daratkan kecupan-kecupan dia area leher Deya, di hisapnya kuat-kuat sampai terdengar pekikkan Deya. "Bukan nggak bagus. Tapi sangat bagus. Semok." Niko lumat bibir Deya yang akan mengajukan protes.

Deya merasakan deyutan hebat di seputar perutnya, di tambah Niko menyuruhnya lebih ke tengah. Lelaki itu kini berubah menindihnya. Ciuman mereka terus berlanjut. Seluruh area titik sensitif Deya, Niko raba-raba. Deya semakin mengelinjang saat merasakan ada yang menusuk-nusuk miliknya.

"Ehmm, Mas.." desahnya.

Niko tersenyum. Ia senang Deya menikmati sentuhanya. Di usap-usapnya paha dalam Deya, tangan lainya mencubit-cubit puting Deya. Deya semakin belingsatan menikmati rangsangan Niko yang begitu hebat.

Deya memekik dengan desahan ketika merasakan Niko menghisap putingnya bergantian. Apalagi lidah Niko bergerak cepat memainkanya.

"Mass.. Ehmm.. Geli, gatal."

Jilatan Niko menurun. Kini ia berubah mengecup-ngecup perut dan juga pusar Deya. Di bukanya semakin lebar selangkangan istrinya. Aroma kewanitaan Deya langsung semerbak menghantam indranya.

"Mass,.. Enak..." rancau Deya ketika merasakan Niko mulai meraup miliknya.

Lidah Niko bermain-main di seputar milik Deya. Ia jilat dengan berputar sampai eraman keenakan kembali keluar dari mulut Deya.

Deya remas Rambut Niko yang masih setia tertanam di area miliknya untuk menyalurkan rasa nikmat yang ia terima. Bibirnya tidak henti-henti mendesah dengan kepala mendongak. Ia tidak tau rasanya akan semenakjubkan ini, seperti melayang-layang.

Niko tertawa kecil mendengar teriakan tertahan Deya. Niko bisa merasakan jika istrinya itu akan segera sampai. Dan benar saja, tidak lama Deya berteriak kencang dengan kaki bergetar.

"Menu utama." bisik Niko. Ia arahkan kejantanya yang sudah mengacung sejak tadi.

"Mas, Mas." pekik Deya. Ia merasakan dorongan pada miliknya. Seolah tidak memberikan jeda istirahat. Tiba-tiba Deya merasa ingin berhenti.

"Rileks, Sayang. Rileks." Niko lumat bibir istrinya. Ia tau Deya ketakutan.

Niko menggigit bibirnya saat berusahan mendorong pinggulnya, ia tahan lutut Deya agar tetap terbuka. Niko pejamkan matanya denga leguhan ketika kejantannya sudah masuk sempurna.

"Mas...Akh!" Deya menangis kencang saat merasakan robekan pada miliknya. Rasanya amat perih. Sesak dada Deya ketika merasakan milik Niko memenuhi liangnya.

Niko ciumi seluruh wajah Deya sambil mengumamkan maaf dan terimakasih. Ia tanamkan miliknya sebentar sampai Deya tenang. Setelah Deya sudah mulai mengatur nafasanya, Niko mengeluarkan miliknya sampai setengah, lalu ia hentakan kembali.

"Masih sakit?" tanyanya.

Deya mengegeleng.

Niko mulai bergerak. Maju mundur perlahan. Ia ingin melihat Deya tersenyum dan menikmati permainan.

Deya menatap suaminya yang terus bergerak di atasnya penuh cinta. Rasanya sangat nikmat. Deya tidak pernah membayangkan berhubungan badan, apalagi sampai menyentuh tubuhnya sendiri. Tapi ini, Deya merasa melayang-layang karna ulah suaminya.

Deya mendongak sambil mengigit bibirnya saat Niko menghentak miliknya lebih cepat.

"Sayang.. Ahh... Deya.." desah Niko. Di lumatnya bibir Deya. Deya membalasnya.

Deya memejamkan matanya saat di rasa Niko semakin menekan pinggulnya, ia juga merasakan milik Niko berkedut-kedut lama di dalam tubuhnya. Bisikan-bisikan kata cinta selalu Deya dengar, rasanya semakin indah ketika ada yang pelepasanya akan sampai

"Ehmm.. Ohhhh.." lenguhnya.

Niko semakin keras memaju mundurkan miliknya ketika merasa Deya menjepit miliknya kuat. Istrinya itu sudah mencapai puncak lebih dulu, dan kini giliranya.

"Deyaa.. Ohhh.. Sayang.." Niko mengeram. Ia telah sampai.

Niko berguling kesamping setelah mendapat pelepasanya. Di tatapanya langit-langit kamar dengan nafas memburu. Di tariknya Deya yang masih terkulai masuk ke dalam pelukanya, di cium-cium kening istrinya memuja.

"Terimaksih, Sayang. Terimakasih."

Deya tersenyum dalam lelahnya. Di balasnya pelukan sang suami tidak kalah erat. Walapun tubuh mereka bermandikan keringat, tapi rasa puas tidak bisa terelakkan.

Setelah drama panjang kisah cinta mereka, kini Deya dan Niko akhirnya bisa merasakan menyatu. Melebur dalam puncak kenikmatan bersama.

"I love you, Istriku."

"I lovo you, Mas Suami."



Sorry for typo?

Dah Seger kan?


Luvvv💜💜

Mas SuamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang