"Kalah itu adalah pelajaran berharga, pengalaman baru, bukan berarti gagal."
···Ayah. Ibu. Kita akan bertemu. Kalian harus menyambutku.
Air mata jatuh ke atas kristal giok. Membasahi liontin perak yang digenggam oleh Jin Ling.
Motif gelombang pada giok liontin samar-samar memancarkan cahaya putih yang redup.
Cahaya putih itu mengalir ke tulisan yang ada di liontin. Tulisan 'Hati Jernih' yang terukir pada liontin mengeluarkan sinar yang menyilaukan.
Jin Ling tidak menyadarinya, matanya tertutup.
Sedangkan saat matanya tertutup, di sisi lain, mata orang lain justru terbuka.
Terbangun tanpa alasan, Jiang Cheng memijat pelipisnya, hatinya tidak nyaman, seperti ada sesuatu yang mengganjal di benaknya, sesuatu yang membuatnya tidak bisa tenang, terus menghantui pikirannya.
Tidak bisa lagi melanjutkan tidurnya karena gelisah, Jiang Cheng akhirnya memilih keluar. Di depan ruangannya, dua pasukan patroli di masing-masing sisi ambang pintu, yang bertugas untuk berjaga, melihat Jiang Cheng, mereka dengan sigap membungkuk memberi hormat.
Pengawal di sampingnya yang piket patroli, dengan sopan bertanya pada Jiang Cheng, "Pemimpin sekte Jiang, apa ada yang bisa kami bantu?"
Tidak biasanya Pemimpin sekte Jiang terbangun di malam hari.
Jiang Cheng menoleh ke lorong sebelah kanan, arah tempat dimana Jin Ling menginap. Di depan ruangan itu, memang ada dua penjaga yang berpatroli, tetapi, Jiang Cheng tetap merasa khawatir.
Jiang Cheng menghampiri ruangan itu, diikuti oleh pengawal yang menyusul di belakangnya. Penjaga yang berpatroli memberi hormat begitu melihat Pemimpin sekte. Mereka diam menunggu perintah.
"Bagaimana kondisi disini?" tanya Jiang Cheng pada kedua penjaga. Salah satu dari mereka dengan sigap menjawab, "Lapor, Pemimpin sekte. Tidak ada hal khusus yang terjadi. Semua berjalan tanpa masalah."
Namun, meskipun sudah di yakinkan oleh penjaga, Jiang Cheng tetap cemas. Akhirnya dibukanya pintu ruangan. Jiang Cheng berjalan ke dalam.
Mata Jiang Cheng disambut oleh sosok Jin Ling yang duduk menunduk seraya menggenggam erat liontin giok yang bersinarkan semburat emas yang menyala di tengah ruangan gelap.
Dada Jiang Cheng seolah ditimpa berjuta hujan batu, ketara air mata berlinang di pipi keponakannya. Bercak merah menunjukkan pecah-pecah di bibir Jin Ling.
Segera, Jiang Cheng memeriksa keadaan Jin Ling, Jiang Cheng hampir terperanjat saat jari Jiang Cheng menggenggam tangan Jin Ling, begitu dingin kulitnya yang pucat.
Suara rintihan lirih merebak menusuk kalbu Jiang Cheng. Ia buru-buru mentransfer energi qi kedalam saluran meridian Jin Ling.
Energi qi mengalir didalam meridian Jin Ling. Namun, Jiang Cheng merasakan perasaan aneh, seolah kekuatannya dihisab oleh Jin Ling, dengan cepat tubuh Jin Ling menyerap energi qi.
Cahaya bersinar menyilaukan mata Jiang Cheng, liontin giok tanpa henti mengeluarkan semburat, aura yang kuat merambat dari sana.
Jiang Cheng menduga ada yang janggal. Diraihnya liontin itu, tangan Jiang Cheng seakan ditekan oleh aura yang kuat, tangannya hampir menyentuh kristal liontin tersebut, sekejap, liontinnya bergeser, posisi Jin Ling berubah.
"Paman, apa yang kau lakukan?!," seru Jin Ling.
Jiang Cheng ternganga. Pasti keponakannya ini akan segera berpikir bahwa pamannya ini hendak berbuat hal yang tidak masuk akal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Licht the Peony
FanficApakah DUNIA ini ADIL? "...mati?" Takdir memang tidak terduga. Namun, setiap 'akhir' adalah 'awal' yang baru. 「 Licht The Peony 」 - original story by : @Arushi !ATTENTION ! - cerita ini adalah cerita fiksi penggemar dari novel Mo Dao Zu Shi karanga...