Second

36 10 3
                                    

Typo berterbaran!!!

Mata Seokjin membelalak, napasnya menderu lebih cepat, jantungnya seakan ingin melompat dari rongganya. Seokjin terkejut, sekaligus gugup.

Rasa dingin menjalari leher Seokjin hingga ke tulang belakang, membuatnya semakin menegang. Rupanya, pria itu menekan pisau lipatnya lebih kuat.

Seokjin memejamkan mata, mengatur napasnya, berusaha menenangakan diri. Tidak, dia tidak bisa menghadapi seseorang yang mengancamnya dengan sembarangan. Ia harus tenang.

Perlahan, tangan Seokjin menggenggam tangan pria di depannya. Menurunkan tangan yang memegang pisau itu perlahan. Tatapan Seokjin fokus pada mata di depannya.

Dragon eyes, tajam sekali. Hingga membuat merinding.

"Hei, tenanglah. Aku bukan ancaman." Bisik Seokjin mendayu. Ya, memang bukan. Pria di depannya lah yang merupakan ancaman.

Mereka berdua berdiri berhadapan dengan sangat dekat. Tangan Seokjin masih menggenggam tangan pria yang lebih tinggi darinya itu.

"Siapa namamu?" Tanya Seokjin pelan.

Pria di depannya tetap diam dengan tubuh menegang waspada. Terlalu waspada, seakan-akan ia merasa bisa terbunuh kapan saja. Seakan-akan ada seseorang yang memburunya.

Pandangan pria itu mengedar ke sembarang arah dan berhenti tepat ke arah mata Seokjin, "Namjoon."

Seokjin mengerjab, "oke, Namjoon. Kau bisa memanggilku Seokjin. Bisakah kita duduk? Kurasa kita harus bicara. Dengan santai. Dan tanpa pisau di tanganmu." Ucap Seokjin lembut, sambil melirik pisau lipat yang masih digenggam oleh Namjoon. "Aku bukan ancaman, oke?" Sambung Seokjin meyakinkan.

Namjoon menganggguk kaku, menghela napas sambil menggumamkan kata maaf karena merasa telah menakuti pria di depannya. Namjoon ingat, pria cantik itu adalah pria yang dilihatnya sebelum ia tidak sadarkan diri. Malaikatnya.

Kedua pria itu duduk di tepi ranjang, berusaha membuat diri mereka tenang. Walaupun jantung mereka masih berdetak lebih dari yang seharusnya. Efek dari keterkejutan sebelumnya.

Namjoon mengernyit, baru menyadari rasa sakit yang menyerang seluruh tubuhnya. Nyeri, hingga kepalanya berdenyut pening.

Seokjin berdeham, "kau baik-baik saja?" Oke, Seokjin merasa salah karena melontarkan pertanyaan yang sudah jelas jawabannya. Tentu saja Namjoon tidak baik-baik saja. Dia terluka parah, dan terlalu banyak luka di tubuhnya.

Pria cantik itu menggelengkan kepalanya pelan, "maksudku, apa yang membuatmu terluka? Kau pingsan di depan tokoku siang ini. Dengan banyak darah."

Namjoon menatap Seokjin lekat. Cantik. Astaga, lihatlah bibir itu.

"Namjoon?" Suaranya lembut sekali.

Namjoon menghendikkan bahu, "beberapa orang mengejarku, mereka memukuliku. Dan mereka melayangkan beberapa tembakan" Jawab pria itu seadanya.

"Apa kau membuat masalah? Apa kau pencuri atau perampok sehingga mereka mengejar dan melukaimu? Apa kau seorang kriminal?" Tanya Seokjin beruntun, nada suaranya terdengar lebih panik. Taehyung benar, mungkin saja Namjoon orang jahat.

"Hei-hei, tenanglah. Kenapa kau menjadi panik sendiri setelah menyuruhku tenang? Dan tentu saja aku bukan orang seperti itu. Aku bukan seorang kriminal. Kurasa, mereka hanya salah paham." Jawab Namjoon cepat, terdengar kurang yakin pada kalimat terakhirnya.

Seokjin tahu, seharusnya dia tidak terlalu cepat percaya pada orang ini. Sebenarnya Namjoon terlihat agak mengerikan, dia tampan tapi tetap mengerikan. Namun, kata-kata Namjoon berhasil membuat Seokjin lebih tenang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 16, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Magic Florist | NAMJIN |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang