0,3

28 0 0
                                    



dering ponsel itu atas nama mu,

"halo" aku antusias saat mengangkat panggilan telpon mu

"hai apa kabar" 

"aku? aku baik, kamu apa kabar" ucap ku pada aksara, 

"haha", tawa itu sangat renyah.

"engga jalan emang?"

"jalan?" 

"iya malem mingguan sama pacar mu" 

"pacar?" ada jeda aku sejenak berfikir di sana

"siapa" 

"raksa" haha aku hanya mampu tertawa tawa yang sendu, 

"kamu tau za apa yang paling menjijikan dan aku takut kan selain kecoa terbang, kehilangan kamu dan diri ku, setelah satu tahun kamu menghilang dan menggantikan aku kamu memancing ku dengan pertanyaan yang tak seharus nya, aku sangat takut kehilangan mu pasti kamu tahu itu, tapi kamu menghilang tanpa tau rasa sakit nya aku, kamu hilang tanpa menyelesaikan apa pun" aku sedikit menangis di sana dan kamu hanya mengucap kata maaf

"maaf" ucap mu lirih "maaf aku menghilang tanpa menyelesaikan apa pun, dan sumpah aku pun tak mampu menggantikan mu di sini" 

"lantas siapa wanita di kedai cepat saji yang aku lihat beberapa hari yang lalu"

"oh dia riska, saudara ku, apa kau masi merasa cemburu" konyol bisa bisa nya kamu menanyakan hal itu

"TENTU" aku sedikit menaikan nada bicara ku, ah persetanan dengan rasa sungkan aku merindukan dia yang seperti ini, setahun bukan  waktu yang sebentar.

"aksara apa kau tau apa yang paling aku benci" 

"aku benci atas kehilangan mu, bagaimana bisa aku terus menerus merasa bahwa kamu manusia terbaik" 

"lantas kalau aku bukan yang terbaik lalu apa" 

"kau jauh dari kata baik za" 

"aku bukan manusia yang baik ya ca" 

"serius kamu mengatakan itu"

"hai benar benar mengatakan hal demikian za?" 

"jelas jelas kamu manusia terbaik yang aku temukan manusia yang kehadiran nya selalu aku pastikan dimuka bumi" 

kamu menatap ku sangat sendu tersirat rasa bersalah di sana, kenapa za? aku tidak apa apa, seharus nya rasa itu tidak perlu kamu tunjukan di sana. 

"aku mau tanya boleh?"

"iya tanya lah" kamu tidak mengal

"apa kau sudah baik baik saja tuan?, apakah aku sudah tergantikan?, dan apakah perempuan itu menyuguh kan kebahagiaan jauh dari apa yang aku suguh kan".

kamu diam hanya ada gumaman di sana, 

"kamu bodoh, bisa bisa nya padahal aku sudah bilang bahwa aku enggan menggantikan mu, jelas saja tak ada orang yang menggantikan mu" 


*****

pagi ini surabaya di guyur hujan, menyisakan sebuah kenangan yang melekat di dada, waktu semalam kita habis kan untuk melepas rindu, aku  tak henti hentinya tertawa melihat tingkah mu, lucu, mampu membuat senyum ini tanpa pudar, waktu berlalu hingga hujan pun mereda. 

sebuah motor berhenti di sana, aku menatap nya dari balik tirai jendela dari lantai dua.

"ka caca, ada yang nyariin" dia gisela, maba angkatan tahun ini, 

aku mengambil sling bag ku, merapikan sebentar baju ku, dan melangkah kan kaki keluar kamar yang bercorakan coklat itu. 

"hai" ucap ku yang hanya mengenakan midi dress bermotif bunga dengan warna dominan hitam, sepatu putih, hijab pasmina yang hanya aku slempangkan sebelah, menggunakan kacamata, dan sling bag cream. 

kamu melihat ku dari atas sampai bawah terlihat sangat takjub atas penampilan ku hari ini, 

"cantik" tatapan itu sangat lekat sembari menurunkan footstep, 

"naik putrii" dia yang hanya melihat ku terdiam menyuruh ku untuk segera menaiki motor itu.

motor itu melaju membelah jalanan yang terlihat sangat padat minggu ini.

"za, kita mau kemana" tanya ku sedikit membungkukan badan agar kau mendengar ucapan ku.

"ketempat dimana hanya kita, tempat dimana kita punya ruang tersendiri" 

aku hanya diam dan membenar kan duduk ku sambiil melihat lihat jalanan yang semakin padat itu,

kamu memberhentikan motor mu di sana, di tempat parkir dekat pantai yang belum pernah kita datangi,

"tadaaaa, aku punya janji kita bakal ke pantai bersama sama, sekarang aku mau tepatin janji itu" sembari menyelesaikan ucapan mu kamu mengeluarkan beberapa kantong plastik yang berisi makanan, kamu menggandeng ku, kamu tahu aku sangat terkejut za, 

di tepi pantai itu kita duduk berdua  dengan senyum yang terus mengembang, hai aksara kamu tahu, aku bersyukur atas semesta, mengirimkan manusia sebaik kamu,

"tuan, selama bersama ku dulu, apakah kau memiliki rasa penyesalan?" tanya ku padamu dann hanya kau tanggapi dengan senyuman.

"tidak mungkin aku merasa menyesal bertemu dengan mu" ucap mu sembari mengusak puncak kepala ku.

"kenapa"

"karna kamu caca"

"kalau aku bukan caca, maka apakah kamu akan tetap jatuh cinta"

"maka aku akan mengemis pada semesta untuk tidak terlahir sebagai aksara reza rahmadan" 

kamu selalu bisa membuat ku tersenyum rasa itu terus mengembang beranak pinak menjadi rasa yang akan terus abadi. 

aku berdiri menyipratkan sedikit air laut ke arah mu, 

"caca" kamu berdiri berniat membalas apa yang ku lakukan, sedang aku berlari jauh ke pantai kaki ku tenggelam selutut di air nya, lalu aku kembali berlari ketepi pantai,

"sudah sudah aku menyerah piss" ku tunjukan dua jari telunjuk dan jari tengah, 

kamu mendekap ku dari arah belakang, dasar curang!, kamu memutar ku, ah kepala ku sangat pusing

"sudah aksara turunin huaaaa" teriak ku sambil tertawa tawa,

****** 

senja mulai nampak, baskara yang bersinar kini tenggelam perlahan, aku menyandar kan kepala ku di pundak mu, pundak yang sangat kokoh, pundak yang mampu menenang kan.

"za tolong jangan kembali tinggalkan aku" 

"iya tuan putri aku akan di sini" 

"janji?"  aku mengulurkan jari kelingking ku kearah mu.

"janji" kamu menautkan jari mu, kita beranjak dari sana, berniat ingin pulang karna hari semakin gelap.

"ca mau liat sesuatu ga?" 

"apa" tanya ku singkat tak ingin basa basi

kamu membawa ku ke sebuah rooftop milik sebuah cafe yang sengaja di desain untuk melihat city night lights, 

"kamu suka banget lihat lampu lampu malam gini jadi aku bawa aja ke sini hehe" cengiran itu menunjukan deretan gigi yang tersusun rapi" 

AKSARAWhere stories live. Discover now