0,1

28 0 0
                                    

malam itu ponsel ku bergetar, aku yang semula menghadap laptop kini membalikan badan melihat notifikasi bahwa bunda sudah menelfon ku sebanyak empat kali.

"halo, kenapa bun" 

"mba kenapa? ko ga ada kabar?"

"ga papa bun lagi ga mau megang hp saja" alibi ku karna keadaan kami memang sedang berjauhan.

"mba kenapa ko lemes gitu" 

"engga bun ni senyum biar ga kelihatan lemes" ku tunjukan deretan gigi ku ada secuil gisul di sana.

"bunda lihat lihat mba udah ga pernah ngobrol sama aksara, aksara juga kaya nya udah ga pernah main ke rumah, kalian ga papa kan mba?"

"biasanya mba paling eksaited kalo lagi ngomongin soal aksara sambil senyum senyum sampe bunda cape denger nya"

damnn aku ga tau mau jawab apa

"a-anu bun, mba sama aksara" belum selesai semua terucap isak tangis lolos dari mulut ku.

"mba sama aksara berhenti iya?" suara itu lembut sangat lembut hingga tangis ku makin pecah menyadari bahwa aku dan aksara bukan lagi kita.

"mba, liat bunda sini" aku menatap mata nya dari layar ponsel ku, ada sendu di dalam mata bunda.

"mba tau kenapa aksara mutusin hal yang seharus nya ga ada, aksara mau lihat mba seberapa besar rasa suka mba sama aksara" 

"mba, untuk saat ini biarin aksara tenangin diri, bunda juga pernah di posisi mba, biarin dia selesaikan masalah dia dulu, setelah masalah pribadi kalian selesai kalian berhak memilih melanjut kan semua dengan rasa yang sama atau berhenti atas dasar kekecewaan, maaf bunda belum bisa peluk mba, tapi pas mba pulang nanti bunda bakal peluk mba seerat erat nya"

"tapi bun, mba sayang sama aksara, mba bunda juga sayang mba tapi bunda izinin mba pergi selesaikan pendidikan mba di sana, ibarat nya tu kaya kuliah itu masalah mba dan mba pergi selesaikan masalah itu di sana sedangkan bunda nunggu mba di sini lama atau sebentar itu tergantung masalah mba kan, tapi titik akhir nya mba bakal pulang lagi ke bunda, sama mba aksara juga butuh waktu selesaikan masalah nya kalo udah selesai aksara bakal pulang ke mba" 

bunda terus saja menenangkan ku, terus saja meredakan tangis ku, ah bunda sangat hebat perihal ini, namun aku teringat akan satu dua hal yang terus saja mengganjal perasaan ku.

"bunda kemaren mba liat aksara, ada wanita yang duduk bersama nya yang jelas itu bukan mbaa, apa aksara udah gantiin mba ya bun" tatapan ku kembali sendu.

"mba belum tentu yang mba lihat itu benar sudah mba jangan di fikirkan, bunda ga yakin aksara gantiin mba secepat itu, kalau pun iya berarti mba tahu kan maksud bunda"

"aksara brengsek?" bunda tertegun mendengar ucapan ku

"bunda kaget mba bilang kasar tapi ya hampir seperti itu maksud bunda, tapi bunda rasa aksara bukan orang yang seperti itu"

akhir nya malam itu kembali ku habis kan mengobrol tentang mu, tentang hari ini, tentang bunda yang mengatakan bahwa kamu akan kembali secepat nya, ntah lah biar menjadi rahasia semesta, kapan dia akan mengembalikan mu pada ku.

"bun udah jam sepuluh mba lanjut nugas ya" ucap ku pelan 

"ya udah mba jangan lupa istirahat, bunda doain mba dari sini sholat jangan di tinggalin" 

tak berselang lama telfon itu di matikan sepihak oleh bunda, sedangkan fikir ku sudah tak ragu lagi atas mu, bunda meyakin kan aku bahwa yang aku lihat itu belum tentu seorang pengganti ku, ya aksara aku masi mencintai mu sedalam ini, layak nya samudra yang memeluk misterinya aku pun akan memeluk erat dirimu sampai semesta sudi mempertemukan kita.

*******

"permisi permisi" triak ku sedikit jauh dari arah raksa berjalan, di depan sana dia membalikan badan nya menghadap ku dan mengembangkan senyum nya, mau tahu itu adalah senyum termanis yang aku tau. 

"hai ca, selamat pagi" tangan nya mengusak puncak kepala ku

"hai pagi bestii, mau makan apa hari ini" aku sedikit berjinjit dan membisikan itu di telinga raksa. 

"si caca lagi mau apa?" 

"mau apa ya" aku mengetuk ngetukan telunjuk ku di dagu layak nya orang sedang berfikir.

"mau aksara pulang aja boleh ga" ucap ku sambil cengengesan

"ca" raksa terus berkacak pinggang memarahi ku karna terus memikir kan aksara.

"hehe iya iya" tak selang lama berjalan ku lihat aku berpapasan dengan nya dia seperti biasanya menggunakan setelan hoodie hitam dan celana panjang serta sepatu kets pemberian ku di hari ulang tahun nya tahun lalu, dia menoleh kearah ku, sedang aku segera mengalihkan pandangan ku berpura pura membenah kan kaca mata ku,

"kenapa ca" tanya raksa pada ku sembari membenar kan jilbab yang ku kenakan.

"engga aku mau pulang saja" ucap ku lesu

"loh kenapaa"

setelah berhasil meyakin kan raksa kini aku pulang, melangkah kan kaki memasuki sebuah bangunan usang yang sudah satu tahun ini menjadi tempat ku berteduh. 

hati ku hancur, melihat dia tidak seperti biasa nya, fikir ku melayang saat pertama kali pertemuan kita,

"hai" ucap pria itu ntah lah aku tak mengenalinya, sedang aku hanya mendongak kan kepala ku dan melanjut kan membaca buku

"aku aksara" pria itu menyodorkan tangan nya ke arah ku, lama tak mendapat respon dari ku dia menarik uluran tangan nya.

"kamu suka membaca buku?" aku hanya menangguk lagi lagi aku sedang tidak memiliki daya sekedar hanya untuk membalas ucapan nya.

"bukunya punya misteri ya" aku tertegun dan kembali mendongak.

"bagaimana kamu tahu"

"setiap buku memiliki misterinya masing masing mba" 

"dan membaca buku di pinggir pantai seperti ini jauh menambah kesan misterinya" tambah ku

"kamu suka kepantai?" 

"suka, termasuk misteri di setiap pantai, bayangan akan hal yang mampu di buat oleh nya" 

sore itu berlalu pembicaraan pasal pantai dan misterinya serta buku yang menambah rasa itu. 

aku tersenyum getir mengingat bagaimana manis nya kamu, apa? aku tidak salah bukan termasuk saat kamu bilang "duh, mending kita tuker kontak whatsaap aja ga si"  sembari memamerkan deretan gigi, za kamu manis, kamu bagian semesta terbaik yang aku temukan, memiliki mu adalah sebuah usaha dan keinginan serta menjadi tujuan ku, jika di kehidupan ini kamu bukan miliku maka izin kan aku memiliki mu di kehidupan selanjut nya, aku menangis memeluk erat diriku dan bayang mu dalam dekapan yang sama.

dekapan yang bisa saja memudar namun lihat apa yang ku temukan semakin ingin ku pudar kan ternyata dekapan itu erat bayang mu mulai mengkabur tapi ku paksa untuk terus bersama.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 18, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

AKSARAWhere stories live. Discover now