"Lo sama Atan deket ya?" tanya Dina. Aku menatap Dina. Tau darimana dia?
"Enggak." Aku mengambil kotak bekal dari dalam tas sambil melirik bangku kosong di sebelahku, bangku Selatan.
"Oh. Bagus deh." ucap Dina.
"Kenapa? Lo suka dia ya?" tanya ku ngasal.
"Gak ada yang gak suka dia sih kayaknya." jawab Dina. Yah, masuk akal.
"Tenang aja, gue gak deket kok sama Atan." jawabku langsung. Takut Dina salah paham.
"Gak gitu. Sebenernya, ada gosip tentang lo dan Atan." Dina memulai pembicaraan saat aku mulai menyuapkan nasi.
"Gosip apaan?" Aku menyuapkan nasi. "Oh mungkin gara-gara kemarin." Aku mencoba bersikap sesantai mungkin. Padahal dalam pikiran sudah menerka-nerka gosip apa yang ada.
"Pulang sekolah lo bareng Atan. Ada juga yang lihat lo dibonceng dia pulang."
"Oh, kebetulan aja kadang gue ketemu dia terus nawarin. Yah kayaknya cuman dua kali deh." jawab ku sok mengingat-ingat.
"Lo tau kan, Atan gak pernah ngajak cewek di motornya?"
"Emang iya?" tanyaku balik. Fakta yang aku baru tau mengenai Selatan.
"Fix sih, Atan lagi ngedeketin lo Rin."
Kayaknya aku harus jaga jarak sama Atan.
"Tapi hati-hati deh. Takutnya lo cuman dimanfaatin, lo kan pinter. siapa tahu niatnya cuman jadiin bahan nyontek doang."
Rasanya, aku ingin sekali membela Selatan atas prasangka Dina. Karena pernah aku menawari jawaban tugasku, dia selalu menolak dan mengatakan, alah gampang. Walaupun nyatanya nilai-nilai tugasnya biasa saja dan banyak jeleknya.
"Ngomongin apaan nih?" Aku dan Dina terkejut. Baru juga diomongin. Selatan datang dengan menggendong tas. "Wih, bawa bekal." Selatan berlari ke arahku lalu melemparkan tasnya ke atas meja. Ia mencomot ayam yang ada di dalam kotak bekalku.
"Gue belum makan ayamnya, malah lo duluan setan!"
"Pelit banget lo Rin."
"Gue ke kantin dulu deh." Dina pergi. "Lo jangan sering telat Tan."
"Siap ketua kelas!" Selatan memberikan penghormatan kepada Dina hingga Dina menghilang dari balik pintu.
"Lo belum makan ayamnya kan? Nih rasain." Selatan menarik daguku dan aku menahan nya, melotot. "Sepi." bisik Selatan sambil kembali mendekatkan bibirnya ke bibirku. Ia mengecup lama hingga kecupannya berubah menjadi emutan.
"Mmh..." Aku tak sengaja mengeluarkan desahan dan Selatan langsung menjauhkan diri.
"Morning kiss." Selatan nyengir.
"Udah siang, bego."
****
Aku memandang Selatan yang terus tertidur sejak jam pelajaran terakhir berlangsung. Aku ikut menjatuhkan kepala di atas meja, menatapi Selatan. Apa dia secape itu?
"Tariana, kamu boleh membangunkan temanmu, tapi tidak boleh ikut tidur." Ucap pak Romi, guru bahasa Indonesia. Aku terkejut karena tiba-tiba nama ku disebut.
"Eh, enggak pak." Sahutku kembali duduk tegak.
"Enggak mau dibangunkan?" Seisi kelas menantapku. Aku melirik Selatan yang masih tertidur. Kebo banget sih.
"Enggak mau tidur." Jawabku lagi.
"Baiklah. Saya yang akan bangunkan." Ucap pak Romi. Aku menendang-nendang bangku Selatan berharap ia bangun sambil menatap langkah pak Romi yang semakin mendekat.
"Saya bangun sendiri aja pak." Selatan mengangkat badannya yang tadinya menempel di meja menjadi duduk tegak.
"Cuci muka sana!" Usir pak Romi galak. "Kamu juga Tari!"
****
"Ngapain juga lihatin aku tidur." Selatan tertawa.
"Dih, gue bilang ngadep lo soalnya kalau ngadep Dina gak enak mukanya serius." Elakku.
"Muka aku enak?" Tanya Selatan masih tertawa.
Aku berbelok ke toilet wanita yang ternyata Selatan ikut masuk.
"Ngapain?" Tanyaku. Bibirku dikecup Selatan dan ia menarik ku ke dalam sebuah bilik toilet paling ujung.
Selatan menutup toilet dan mendudukinya. Menepuk-nepuk pahanya agar aku ikut duduk. Aku menurut. Ia mendekatkan bibirnya dan langsung melumat bibirku.
"Mmhh Ataannn..." Bibirnya turun menjilati leherku. Tangannya mencoba memasuki baju seragam ku, menggapai sesuatu di dalamnya dan meremasnya.
"Umm... Mm..."
"Uhh... Ahh..." Aku mengeliat sambil menggesek milikku yang masih berada dibalik celana dalam ke atas resleting celana Selatan. Dan entah sejak kapan dia telah menjilati lalu menghisap payudara kiri ku dan meremas payudara kananku. "Ahhh... Tan... Ahhh..."
"Mmh... Lo mau gak?" tanya Selatan sambil membimbing tanganku ke celananya. Aku merasakan miliknya yang menonjol. Entah aku sangat bernafsu atau gila karena menatap matanya yang sayu, aku mengangguk.
Dengan bantuan Selatan, aku membuka resleting celananya. Terlihat milik Selatan telah mengacung gagah, berdiri.
"Bentar aja yah?" aku berjongkok di depan Selatan. Mengeluarkan miliknya dari balik celana dan langsung melahapnya.
"Mmh... Mmm..." Mengulum milik Selatan yang besar. Selatan mendorong-dorong kepalaku.
"Ahh... Hhh..."
"Mmmhh... Hhhk..." Saat aku hendak tersedak, ia menjambak rambutku ke belakang. Lalu mendorong kepalaku untuk maju kembali. Selang berapa detik aku memundurkan majukan mulutku di milik Selatan dengan tangannya yang masih memegang kepalaku.
"Ouhhh... Emhh... terus Naaa... Ahh... Ahh..." Ia terus mendesah. "Aku mau ahh..."
"Ummhh... Mmm..."
Crooot croot crooot
Selatan memuncratkan spermanya di mulutku, membuat aku terkejut dan melepaskan miliknya yang sedang aku kulum. Dengan terpaksa aku telan.
Crooot crooot
Belum tuntas keluar, wajah dan dadaku ikut terkena. Aku menatapnya.
"Atan!"
"Na, kamu jadi makin seksi gini." Selatan nyengir. "Aku bantu bersihin deh." Selatan memasang kembali celananya lalu menjilati wajah dan dadaku, mengambil kembali sperma yang ia muntahkan. Setelah selesai Selatan membantuku merapikan baju. Rasanya masih terasa lengket. Baik di wajah ataupun badanku.
"Cuci muka sana." Suruh Selatan dan aku hanya menurut.
Keluar dari toilet, Selatan menggandeng tangan ku tapi aku melepaskannya perlahan.
"Nanti kalau ada yang lihat gimana?" Tanyaku pelan. Selatan menghentikan langkahnya membuat aku ikut berhenti.
"Kenapa?" Tanyanya lembut.
"Nanti digosipin." Sahutku melirik sekitar.
"Kalau takut digosipin, kenapa kita gak sekalian pacaran aja?" Tanya Selatan.
Benar juga sih, kalau pacaran bukannya gak akan ada gosip? Dan aku tidak perlu merasa was-was dengan sekitar jika bertemu dengan Selatan.
Tanpa sadar kami bertatapan lama.
"Dicari pak Romi." Entah sejak kapan Dina berdiri di depan kami. Buru-buru aku berjalan mendahului mereka menuju kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
KELAS KHUSUS [18+]
Roman d'amourKamu tahu seberapa jeniusnya aku? Kamu tahu berapa penghargaan akademik yang sudah ku dapatkan? Lalu kenapa aku berada di kelas terburuk di sekolah ini??! Ini cerita ku bersama Selatan, siswa bandel dan bodoh di kelas.