Gaza sedang berada di lapangan SMA Galaxi untuk menghukum semua siswa yang terlambat.
"Sudah saya peringatkan setiap hari untuk berangkat tepat waktu. Dan kenapa sekarang harus terlambat lagi hahh!? Kalian ini sudah SMA bukan anak TK lagi. Mau saya samakan sama anak TK." Semuanya menggeleng.
"Apa pantas kalian di anggap anak SMA kalo perperilaku seperti ini??."
"PANTAS ??." Teriak Gaza dengan nada bicara yang tegas.
"Dan di antara kalian semua. Kamu Fanya kenapa terlambat. Kamu itu anak pendiam, terkenal disiplin di sekolah ini dan pandai juga. Tapi kenapa terlambat. Mau jadi penerus generasi macam apa kalau seperti ini." Fanya hanya tertunduk malu. Lagi-lagi hancur sudah harga dirinya di depan seorang Gaza.
"Saya gak mau tau dan gak akan terima alasan dari kalian. Dan yang saya tau, sekarang kalian harus lari mengelilingi lapangan sepuluh kali putaran. Tidak ada yang boleh protes dan mengeluh. CEPAT !!."
Semuanya berlari tak terkecuali dengan Fanya. Sesampai lima putaran Fanya merasa berat di area kaki dan kepala. Perutnya terasa nyeri. Tak lama kemudian ia jatuh tersungkur di lapangan. Dan terakhir yang ia dengar dan rasakan, banyak orang yang berteriak lalu tubuhnya merasa melayang.
Fanya menggerakkan jarinya perlahan. Dan di susul matanya yang mulai membuka perlahan lahan, menandakan bahwa dirinya sudah sadar dari pingsan.
"Aku dimana?." Fanya membuka keheningan di UKS, ia bertanya dengan nada lemah.
"Lo di UKS Nya, tadi lo pingsang. Kata dokter lo belum sarapan. Padahal kan tadi Tante Meira udah masakin buat kita semua. Tapi lo malah gak sempetin sarapan dulu. Trus tadi Tente Meira juga bawain bekal, tapi kok lo gak makan sih. Padahal tadi lo berangkat lebih dulu dari gua tapi kok malah terlambat." Cerca Syifa. Memang benar tadi pagi Fanya berangkat lebih dulu dan meninggalkan Syifa yang sedang sarapan, dengan alasan ada keperluan. Dan Syifa juga berangkat belakangan dengan Dave.
"Maaf tadi gak sempet sarapan dulu." Fanya benar-benar merasa bersalah karena dirinya sudah membuat sahabatnya cemas.
Fanya mengalihkan pandangannya ternyata ada sosok Gaza yang duduk di kursi sebelah kanannya. "Maaf kak, karna sudah ngerepoti kakak."
"Hmm." Tak lupa Gaza juga menganggukkan kepalanya ringan. "Gua mau keluar sebentar."
Fanya menatap Gaza yang sedang beranjak dari tempat duduknya. Ia juga merasa bersalah kepada Gaza karna merepotkannya. Padahal tadi ia di hukum, bukan menyelesaikan hukumannya malah merepotkan Gaza dengan acara pingsangnya.
Kalau pingsangnya bisa di tunda pasti Fanya ingin menunda pingsangnya setelah hukumannya selesai atau bahkan tidak usah pingsan saja.
"Lo gak papa kan Nya? Ada yang lecet atau kepala lu masih sakit?." Tanya Syifa memastikan sahabatnya baik baik saja.
Fanya menggeleng. "Enggak kok aku baik baik saja. Kamu jangan khawatir."
"Hufft. Syukurlah kalau begitu." Sahut Syifa, "Kalo dipikir-pikir lo apes banget deh Nya, baru masuk sekolah setelah izin ehh malah telat dan akhirnya kena hukum manusia es itu."
Terdengar suara pintu terbuka. Sehingga membuat Fanya dan Syifa menoleh kearah pintu.
Tak di sangka-sangka ternyata yang datang adalah Gaza. Padahal Fanya mengira Gaza sedang marah kepadanya. Tapi ternyata Gaza kembali lagi membawa bingkisan plastik di tangannya.
Gaza berjalan masuk mendekati ranjang Fanya. Ia menyodorkan bingkisan tersebut.
"Nih buat lo."
"Maksudnya kak?."
"Buat lu."
"Apa ini kak?."
"Buka saja."
Fanya ingin membuka mulutnya untuk bertanya kepada Gaza tapi di sela oleh Syifa. "Sini gua aja yang bukain biar gak banyak drama." Syifa merebut bingkisan tersebut. Dan mengeluarkan isinya.
"Ini kok banyak kak? Mana mungkin Fanya bisa habisin."
"Satunya lagi buat lo."
Mata Syifa berbinar. "Beneran buat gua? Aaaa sayang banget sama Kak Gaza yang super duper nyebelin. Gini dong baik sama gua tiap hari biar guanya gemoy."
"Berisik." Jawab Gaza ketus.
Sedangkan Fanya. Jangan di tanyakan lagi. Pipinya sudah bersemu merah seperti tomat. Baginya Gaza sangat sweet banget. Baru kali ini Gaza berbuat semanis ini pada dirinya. Dan benar saja hanya gara-gara Gaza memberikan sebungkus nasi goreng plus jus jeruk makanan dan minuman kesukaannya sudah membuat dia baper.
Syifa menyenggol lengan Fanya. "Tuh kan sepupu gua aslinya baik tapi dianya aja yang gengsian." Fanya hanya tersenyum malu.
***
Malam ini Gaza sedang menginap di rumah Meira. Ia berjalan ke arah dapur karena merasa sangat lapar. Padahal ini sudah hampir jam 11 malam. Ia membuka kulkas tetapi tidak ada makanan. Mungkin Mamanya sudah membagikan kepada tetangganya.Salah satu kebiasaan Meira adalah membagikan masakannya kepada tetangganya. Karna ia tidak suka kalau melihat makanan yang tidak langsung habis. Dan harus di simpan di kulkas yang ujung-ujungnya akan basi.
Gaza menghela nafas berat. Ia sangat lapar karna dari tadi dirinya tidak sempat makan siang dan makan malam. Ia sangat ingin memesan makanan lewat online, hanya saja ia tak mau boros dan terlebih lagi makanan dari luar sangat tidak sehat.
Akhirnya ia memutuskan untuk memasak mie instan saja. Sekali-kali boleh lah makan mie instan asal gak keseringan.
Gaza mulai mengambil panci lalu mengisi air. Setelah panci terisi air ia menaruh di atas kompor lalu menyalakan kompor.
Di lain tempat Fanya sedang gusar karna kebelet buang air kecil. Ia ingin ke kamar mandi hanya saja ia takut gelap di tambah lagi rumah Gaza selalu gelap pada saat malam hari. Karna Meira selalu mematikan lampu supaya menghemat listrik.
Memang keluarga Gaza adalah keluarga yang lebih dari kecukupan. Tetapi walaupun begitu keluarga Grane tidak malu untuk melakukan hidup hemat. Karna menghargai nilai uang.
Fanya terus saja menggoyangkan badan Syifa, tetapi Syifa tak kunjung bangun. "Syif bangun dong, aku kebelet nih. Antarin aku ke kamar mandi dong." Syifa ya Syifa. Kalau tidur sudah kayak orang mati.
"Duh gimana dong. Kalau aku gak ke kamar mandi nanti ngompol dong." Fanya terus saja merasa gusar. "Kalau ngompol malu sama Tante Meira sama Kak Gaza. Ya kali aku ngompol."
Setelah mempertimbangkan lumayan lama. Akhirnya Fanya keluar dari kamar dan langsung berlari ke kamar mandi yang ada di dapur sambil menutup mata. Memang ada-ada saja pikiran Fanya. Ya kali orang lari dengan menutup mata.
Bruk.. Prank..
Badan Fanya menghantam kerasnya lantai. " Aduhh. " Gaza terperanjat karna ia baru saja ingin membawa mienya ke meja makan tetapi sudah jatuh terlebih dahulu ke lantai sebelum ia memakannya.
TBC
Btw makasih ya yang udah kawal cerita Gaza ini plus yang udah mau apresiasi cerita Gaza ini dengan vote.Ohh iya satu lagi jangan lupa tandai typo di setiap partnya ya biar nanti aku ganti :-*
👇🏻👇🏻👇🏻
JANGAN LUPA VOTE, KARNA VOTE ITU GRATIS PAKEK BANGET ‼️
DAN JANGAN LUPA FOLLOW IGKU @ARNYNZ_053
THANK YOU.SEE YOU.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gaza
Teen FictionWARNING ⚠️ • Tidak menerima SILENT READERS. • Tidak menerima plagiat berupa apapun. • Membaca WAJIB VOTE dan KOMEN. ================================ Mustahil jika semua orang tak mengenal sosok Gaza. Ya, Arasha Gazava Grane. Laki laki penuh miste...