4

859 82 11
                                    

Beberapa hari kemarin kalian rutin melalukan video call. Tidak selalu pemandanganmu hanya melihat johnny bekerja, kadang dia memasak, makan malam, juga kalian nonton film bersama secara virtual. Rasanya sudah seperti orang yang sedang LDR.

Johnny sering bercerita tentang sahabat juga problematika mereka masing masing. Mulai dari taeil yang belakangan dilema karena sang anak sebentar lagi menikah tapi dia tidak suka dengan calon mantunya, taeyong yang kesal karena sang anak kini tidak lagi seperhatian dulu sejak memiliki pacar, dan yuta yang hingga detik ini masih membujang karena dia tidak tertarik dengan komitmen.

"menurut aku sih ya om...wajar banget kalau om taeyong cemburu, apa lagi itu anak satu satunya"

"apa lagi sejak istrinya meninggal? Wajar banget kan kalau dia overprotective?"

Johnny menangguk paham.

"om sendiri? Dari kemarin rasanya om cerita soal temen temen om terus..."

"om sama anak om gimana?"

Tannyamu.

"heum...kamu mau tau?"

Kamu menangguk.

"ah...ok...karena kamu ingin tau, saya cerita tentang masa lalu saya"

"eh? Tapi kalau om gak nyaman jangan di paksa"

Katamu sungkan.

"enggak kok, udah gak sesakit dulu"

Kamu merasa sedikit tidak nyaman, merasa bersalah karena jujur tentang keingin tahuan masa lalunya.

"saya dulu punya pacar, dia pacar pertama saya"

"saat itu saya baru merintis karir, dan hidup sendiri sejujurnya bikin saya capek"

"terus gak banyak pikir saya ajak pacar saya itu untuk menikah"

"kok bisa segampang itu om?"

Tanyamu.

"saya naif, saya pikir semua perempuan senang di ajak serius"

"iya dia menerima saya dan akhirnya kita menikah"

"tapi setelah beberapa tahun menikah saya baru sadar..."

Raut wajah johnny kini berubah, sorot matanya terlihat begitu sedih dan kecewa.

"saya gak paham, apa saya kurang kasih perhatian atau bagaimana..."

"tapi yang saya tau, perempuan ini sudah main di belakang saya"

"bahkan sejak pacaran"

"kok? Om? Kok gitu sih?"

Johnny mengangguk.

"saya baru sadar kalau sebenarnya dia hanya mau status dan fisik saya, tapi untuk ikatan emosi dia tidak menginginkan saya"

Kamu terkejut mendengar penuturan johnny.

"dulu saya akui saya cinta sama dia, tapi saya rasa saya cuma denial aja"

"saya juga akhirnya tau kalau saya bukan cinta sama dia, tapi saya cuma merasa di khianati dan playing victim"

"dia akui kalau dia brengsek, apa lagi setelah beberapa tahun pernikahan dia masih berhubungan dengan pria lain selain saya"

"terus anak om?"

Johnny merapatkan bibirnya sejenak.

"dia bukan anak kandung saya"

Kamu yang mendengar hal itu kini tidak bisa berkata kata.

"mantan istri saya ini sudah berhubungan badan dengan laki laki lain"

"saya tau itu, tapi saya sudah terlanjur sayang dengan anak itu"

"saya merasa punya tanggung jawab entah kenapa"

"ya betul, saya tau saya tidak ada hak untuk itu"

"tapi ya...begitulah...kalau cerita detailnya mungkin suatu saat saya ceritakan"

Johnny berhenti sejenak sebelum melanjutkan ceritanya.

"malam itu, ketika saya memberikan hadiah yang kamu pilih"

"saya rasa keputusan saya sudah bulat untuk berhenti melakukan itu semua"

"saya harus ikhlas, saya gak bisa terus berlarut dan merasa paling disakiti"

Hatimu nyeri begitu mendengar cerita pria itu. Pria sebaik johnny harus mendapatkan pengkhianatan sebegitu menyakitkannya. Kamu malah sakit hati mendengarnya.

"sorry ya om, boleh saya bilang kalau dia berengsek gak sih? Maaf maaf nih om...kok saya jadi kesel?"

"hahaha, kenapa harus kesel? Kan saya yang ngalamin..."

Johnny tertawa renyah begitu melihat reaksimu.

"ya habis ya...laki laki sebaik om kok ya bisa sih?"

Johnny tersenyum melihat dirimu yang gemas dengan ceritanya.

🍀🍃🍀

"liburan?"

Saat makan malam tiba tiba saja ayahmu memberitahukan rencana liburanya. Ibu dan adik adikmu terlihat begitu senang, tapi bagimu rasanya sudah seperti neraka.

"aku gak bisa yah, masih banyak tugas di kampus..."

"bawa aja tugasnya"

Kata salah satu adikmu tanpa rasa bersalah.

"gak bisa gitu dong? Mending sekalian gak ikut aja kalau git-"

"jarang jarang kita ada waktu bersama, sekalinya ada malah kamu kayak gitu"

"jangan ngerusak mood gitu lah"

Kata ayahmu dengan nada yang begitu dingin.

"ya udah, udah terlanjur ngerusak mood juga kan? Aku gak usah ikut juga gak papa kok!"

"kak..."

Ibumu berusaha menenangkanmu.

"kamu tuh ya! Dari kecil emang paling  batu!"

"kan ayah yang ngajarin!"

plak!

Pria itu menamparmu, di depan adik adik juga ibumu. Setelah beberapa tahun ini dia tidak memukulimu. Tidak ada yang berniat melerai, mereka hanya menatap dirimu dengan tatapan dingin.

"masuk kamar"

Perintah ayahmu.

Kamupun masuk ke dalam kamar dan mengunci pintu. Tidak lagi menangis dan kembali menyakiti diri dengan caramu.

daddy issues Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang