Bukan Dia

3 1 0
                                    

Kara memarkirkan mobilnya depat di depan rumahnya. Sudah ada satu mobil disana, tapi milik siapa?

Ia dan ibunya berjalan masuk ke dalam rumah. Tak lama, kedua matanya melihat tiga orang yang duduk di sofa ruang tamu rumahnya. Mereka tampak asing baginya, tapi Kara hanya acuh pada mereka. Dia berjalan mendekati ayahnya yang sedang asik mengobrol dengan laki laki di sebelahnya, mungkin tiga orang itu keluarga?

"Ada apa Pa?" tanya Kara saat sudah ada tepat disamping ayahnya.

Ayahnya mengengok, menghentikan sejenak perbincanganya sebelum menjawab, "Ini papa mau kenalin kamu sama keluarga pak Hartanto" jawab ayahnya sambil melihat kearah laki laki yang tadi ia ajak bicara. Kara tak menjawab dia hanya mengikuti arah mata ayahnya.

Seorang perempuan yang cukup cantik dengan pakaian yang bisa dibilang minim sejak tadi fokus melihat kearah Kara, benar apa yang dikatakan ayahnya. Kara sangat tampan.

Kara duduk disamping ayahnya. Berusaha ramah, tapi dia malah merasa tidak nyaman karena selalu diperhatikan oleh perempuan itu.

"Kara kenalkan, ini pak Hartanto" ucap ayah Kara sambil sedikit menunjuk kearah laki laki didepannya, "ini buk Prisilia, istri pak Hartanto" kali ini ayah Kara menunjuk perempuan paruhbaya disampig laki laki tadi, "dan ini Keysia, putri pak Hartanto dan bu Prisilia" sambung ayah Kara sambil menunjuk perempuan yang sejak tadi memandang Kara.

"Senang bertemu dengan Anda, perkenalkan saya Kara Utama Kusuma" ucap Kara berusaha bersikap ramah dan sedikit tersenyum.

"Senang juga bertemu dengan nak Kara" pak Hartanto menanggapi. Kara hanya tersenyum.

"Maaf saya tidak bisa lama, saya harus ke sekolah sekarang. Ada acarayang harus saya urus" ucap Kara bangun dari duduknya.

Ayahnya yang mendengarnya dan melihat putranya pergi begitu saja hanya terdiam, dia tahu putranya cukup sibuk sebagai ketua OSIS disekolahnya.

"Yah pergi lagi orangnya" guman Keysia.

Kara yang sudah ada digarasi mengeluarkan motor KLXnya lalu pergi. Sebenarnya tidak ada acara yang harus ia urus, dia hanya merasa tidak nyaman dekat dengan wanita itu. Hampir semua wanita seumurannya yang ia temui, Kara selalu begini, tidak nyaman dan risih.

******

Sekolah berjalan dengan normal, Kara yang baru saja luar dari ruang OSIS melihat seseorang yang tidak lagi asing baginya. Sedikit senyuman terukir dibibirnya. Seseorang itu adalah laki laki yang sekarang tengah berjalan ke perpustakaan.

Kara yang sudah selesai dengan tugasnya ikut berjalan kearah perpustkaan, semoga dia bisa bertemu dengan orang itu lagi.

Gana masuk ke perpustakaan. Dia ingin mencari buku untuk tambahan tugasnya dan juga ingin melihat lihat buku buku baru yang katanya hari ini baru saja datang.

Rak demi rak buku Gana lewati, sampai akhirnya ada di depan rak buku khusus cerpen. Setelah beberapa saat memilih ada satu buku yang baginya menarik tapi tempatnya terlalu tinggi. Beberapa kali dia melompat lompat kecil tapi sama saja dia tidak bisa mengambil buku itu.

Kara yang selama beberapa lama mencari keberadaan Gana, akhirnya menemukan laki laki pendek itu. Tapi dia malah tertawa kecil saat melihat orang yang di cari melompat lompat meraih buku tapi tak kunjung didapatkannya.

Gana kali ini mengambil ancang ancang untuk melompat tapi ia urungkan saat satu suara yang cukup berat terdengar, "Mau buku yang mana?" Gana menengok kesamping, ternyata suara itu milik laki laki yang lebih tinggi darinya, dan itu Kara.

Gana terdiam, sedangkan Kara berjalan mendekat kearahnya. "Buku yang mana hm?" tanya Kara lagi sambil menyamakan tingginya dengan Gana.

"Ya-yang itu, yang warna hijau" jawab Gana gugup.

Kara menegakkan kembali tubuhnya lalu dengan sangat mudah dia mengambil buku itu, "Yang ini?" tanya Kara saat buku itu sudah ada ditangannya.

Gana mengangguk imut.

Kara lagi lagi tersenyum melihat tingkah Gana.

Sekarang mereka duduk di salah satu meja di perpustakaan. Kara dengan seksama melihat Gana yang matanya berfokus pada buku yang dibacanya. Perpustakaan yang cukup sepi menambah fokus mereka berdua.

Satu demi satu cerpen dibuku itu Gan baca dengan seksama, dia berharap akan mendapat inspirasi untuk membuat tugas cerpennya. Sampai ada satu cerpen yang membuatnya cukup tertarik, cerpen itu berkisah tentang dua orang yang saling mencintai tapi kisah mereka tidak semudah yang terucap dan pada akhirnya mereka meninggal dalam jarak waktu yang cukup pendek yaitu 3 hari saja. Gana yang membaca kisah itu sedikit demi sedikit terbawa ke dalam cerita, matanya perih. Akhirnya sebutir air mata jatuh, dia tahu apa yang dirasakan sang pacar dalam cerita saat ditinggalkan oleh pasangannya.

Kara yang melihat Gana menangis sedikit terkejut, dan entah keberanian darimana tangan kanan Kara mengusap buliran air mata Gana. "Kenapa menangis?" tanya Kara.

Gana terkejut dengan tangan Kara yang tiba tiba mengusap pipinya, dia berhenti sejenak membaca mencerna apa yang baru saja terjadi.Kara yang melihat Gana menatap kearahnya hanya mengangkat alis.

"Ka-kakak?" tanya Gana terbata.

"Kenapa menangis?" Kara menanyakan lagi pertanyaan yang sama.

Keduanya kembali sama sama terdiam beberapa saat sampai akhirnya Gana menjawab, "Gapapa kok kak hehe"

"Yakin?" Kara meyakinkan yang membuat pipi Gana semakin memerah karena gugup, kenapa jadi begini?

"Ya-yakin kak" jawab Gana

Tet

Tet

Tet

Bel sekolah berbunyi pertanda bahwa jam istirahat telah selesai, Gana dan Kara yang mendengarnya bergegas bangun dan meninggalkan perpustakaan. Tapi sebelum mereka berpisah ke kelas masing masing, Kara berkata, "Jangan menangis lagi, saya tidak suka kamu sedih teruslah tersenyum karena saya jauh lebih suka kamu yang ceria."

Gana yang mendengarnya bingung harus menjawab bagaimana, dia hanya mengangguk.

Kara yang melihatnya tersenyum dan mengusap kepala Gana pelan sebelum benar benar berpisah. Lalu Kara berjalan ke kelasnya.

Sekarang pikiran Gana dipenuhi dengan pertanyaan.

Kenapa Kara melakukan itu?

Kenapa ia malah gugup saat berbicara dengan Kara?

Apa maksud Kara mengatakan dia lebih suka Gana yang ceria?

Dan masih banyak lagi pertanyaan dikepala Gana. Sampai pulang sekolah Gana terus memikirkan itu, walau dia tidak bertemu Kara lagi.

KanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang