Pradana

4 1 0
                                    

Cuaca sedikit tidak bersahabat hari ini. Dari pagi sekali juhan gerimis sudah turun membasahi tanah. Gana yang baru menginjakkan kakinya di lorong sekolahnya merasa sedikit heran karena banyak orang berkerumun di depan mading sekolah. Dengan sedikit penasaran Gana mendekati mading itu, sedikit berdesakan tapi akhirnya ia berhasil membacanya.

PENGUMUMAN

Kami dari Ambalan Shangkara akan melakukan regenerasi serta merekrut calon ambalam baru, maka dari itu kami mengajak kalian untuk datang dan mencalonkan diri sebagai calon ambalam baru. Pendaftaran akan dibuka mulai besok sekaligus tes seleksi tingkat pertama. AYO GABUNG DALAM AMBALAN SHANGKARA!!!

Itu isi pengumuman di mading sekolah, Gana membacanya dengan seksama. Akhirnya waktu yang dia tunggu akhirnya tiba, Gana mendengar ambalan di sekolahnya sangatlah terkenal karena punya Pradana yang cakap bukan hanya itu ambalan Shangkara juga punya banyak prestasi. Karenanya Gana sangat ingin bergabung dengan ambalan sekolahnya.

Saat sedang fokus melihat mading tiba-tiba Gana dikejutnya dengan suara dari sampingnya, "Minat buat ikut?"

Gana menoleh ke samping, seorang laki-laki yang lebih tinggi darinya berdiri samping melipat tangannya ke depan. Laki-laki itu juga menoleh.

"Kayaknya iya kak" jawab Gana dengan embel kak, sepertinya itu kakak kelas menurut firasatnya.

Laki-laki itu tersenyum kecil. "Kenalin gue Gabriel, Gabriel Putra Dharma, bankir ambalan Shangkara" katanya sambil mengulurkan tangan kanannya.

"Aku Gana kak" jawab Gana menyalami tangan laki-laki bernama Gabriel itu. Keduanya saling berjabat tangan dan tersenyum kecil.

"Oh iya Kak!"

Gabriel menyernyitkan alisnya.

"Besok seleksinya di ruangan mana ya? Terus apa aja yang harus dipersiapkan buat tesnya?" Gana bertanya setelah beberapa saat kedunya diam.

"Besok tesnya di ruang kelas 12 IPS 3 dan yang harus disiapin pulpen aja, materinya ambalan secara umum dan nama-nama pengurus inti ambalan sekarang" jelas Gabriel.

"Oh gitu ya kak, makasih ya kan udah ngasih tau"

"Iya sama-sama---yaudah gue duluan ya, ada yang harus diurus dulu. Semangat buat besok" ucap Gabriel sambil mengusap lembut rambut Gana. Setelahnya dia pergi. Tapi Gana sedikit kaget dengan perlakuan itu, orang yang baru saja dia kenal mengusap rambutnya secara tiba-tiba dan itu aneh bagi Gana.

******

Malam harinya Gana belajar dengan sungguh-sungguh agar besok dia bisa menjawab soal. Semua materinya sudah dipelajarinya dan nama-nama pengurus inti juga sudah dihafalkan kecuali satu nama yaitu nama pradana putranya. Gana sudah bertanya pada teman-temannya tapi tidak ada yang tau nama pradanya putra ambalan Shangkara.

Setelah belajar cukup lama, Gana memutuskan beristirahat sebentar. Akhir-akhir ini dia suka menulis surat untuk orang yang tak akan pernah menerimanya, orang tuanya. Gana menyalurkan segala rindu dan emosinya pada surat yang dia tulis termasuk apa yang dialaminya seharian.

Setiap surat pasti ada saja air mata yang menetes melewati pipi Gana, tapi dia sadar jalan terbaik untuk menghilangkan rindu itu adalah dengan ikhlas dan bangkit lagi.

"Ma, Pa, Gana bakal buat kalian bangga" monolog Gana.

******

Hari sudah kembali pagi. Matahari yang terang menyinari lorong yang Gana sekarang lewati menuju ruang seleksi calon ambalan baru. Dia sudah belajar tapi tetap saja merasa gugup.

Tok

Tok

Tok

Gana mengetuk daun pintu ruang kelas 12 IPS 3.

"Silahkan masuk Dek" seorang perempuan dengan wajah manis mempersilakan Gana masuk. Gana mengedarkan pandangannya mencari bangku kosong, ada satu tepat di tengah-tengah.

"Hai" sapa seseorang dari belakang, Gana menoleh. Orang itu tersenyum manis. Seorang perempuan yang rambutnya diikat ke belakang penyapa Gana.

"Hai"

"Namanya siapa?" tanya perempuan tadi.

"Aku Gana" jawab Gana sambil tersenyum. Senyuman itu manis.

"Ooh, kenalin aku Meta, biasa dipanggil Memet" katanya memperkenalkan diri. Perempuan bernama Meta Gitasya itu sama bertkadnya dengan Gana untuk masuk ambalan.

"Baik adik-adik karena sudah waktu, sekarang kami akan mulai tesnya. Kakak minta engga ada barang selain pupel di atas meja" kata salah satu pengurus ambalan. Gana yang mendengarnya langsung membalikkan badan begitu juga Memet yang memperbaiki posisi duduknya.

Satu demi satu soal tes dibagikan, Gana semakin tegang menanti gilirannya. Akhirnya 2 lembar soal mendarat di atas mejanya. Dengan teliti dia mengisi nama serta kelasnya. Satu persatu soal dibaca olehnya dan sampai disini Gana bisa menjawabnya. Sampai ada satu soal yang membuatnya bingung.

"Siapakah nama pradana putra ambalan Shangkara?" baca Gana dengan suara pelan. Bingung, satu kata yang cocok dengan kondisi Gana saat ini. Di sisi lain, Kara berdiri di depan ruangan itu sambil terus menatap orang yang beberapa hari ini berhasil mengisi pikirannya. Senyuman Kara mekar melihat Gana yang tempak kebingungan menjawab pertanyaan.

Tanpa pikir panjang dia masuk ke ruangan tes, berjalan ke belakang dan sedikit demi sedikit berjalan ke depan menuju bangku Gana. Satu bangku dilewati, dua banku, tiga bangku, akhirnya sampai di bangku Gana.

Beberapa saat dia mengamati Gana hingga akhirnya berkata pelan, "Itu saya"

Gana yang mendengar seseorang berbicara menoleh sedikit, dia tersenyum manis saat tau itu Kara. Dengan susah payah Kara menahan tangannya untuk tidak mengusap rambut laki-laki manis itu. "Jawaban soal itu saya" ucap Kara lagi dengan pelan lalu dia berjalan keluar dari ruangan itu.

Gana paham maksud Kara itu, dengan cepat dia menulis nama lengkap Kara lalu mengumpulkan kertas tesnya. Sesaat kemudian dia diizinkan keluar ruangan.

Kara yang sedang duduk di depan kelas dikagetkan oleh Gana. "Kak!"

Seperti tadi, senyuman manis Gana berhasil menghipnotis Kara. Tapi laki-laki itu masih bisa mengontrol dirinya dengan cepat dia tersenyum kearah Gana. "Udah selesai?" tanyanya.

"Udah kak, makasih ya udah bantuin aku. Dari kemarin aku tanya temen-temen engga ada yang tau nama pradana putra jadi aku engga belajar soal itu sama sekali"

"Iya sama-sama" balas Kara dengan suara beratnya. "Kamu sudah makan? Saya mau ke kantin?"

"Belum kak" jawab Gana jujur.

"Kalau begitu temani saya ke kantin sekarang!" ucap Kara lalu bangun dari duduknya dan berjalan sambil menggandeng tangan Gana.

Sampai di kantin Kara meminta Gana duduk di salah satu bangku kantin, sedangkan dia berjalan menuju penjaga kantin untuk memesan 2 mangkok bakso dan es jeruk. Sesekali Kara menoleh kearah Gana untuk memastikan laki-laki itu masih ada di sana.

Sekitar lima menit Kara kembali dengan nampan berisi bakso dan es jeruk. "Ayo makan!" ajak Kara, Gana mngangguk paham.

Mereka makan dengan hening, hanya sesekali Kara melirik ke arah Gana. Entah kenapa itu membuat Kara senang. Suapan bakso terakhir Gana habis. Dengan pelan Gana menyesap es jeruk yang langsung menghilangkan rasa bakso tadi. Kara yang juga sudah menghabiskan baksonya sedikit memiringkan posisi duduknya menghadap Gana.

Tanpa sadar keduanya bertatapan. Bukan hanya itu tangan Kara pengusap lembut sudut bibir Gana. Ada sedikit sisa kuah yang menampel disana. Sedangkan Gana yang merasakannya hanya bisa diam dan terpaku manatap mata Kara.

KanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang