1

1.2K 106 32
                                    

"Saudara Bible Wichapas Sumettikul. Apa anda bersedia menerima pendamping anda dalam keadaan apapun dan menerima semua kelebihan dan kekurangannya?"

"Saya bersedia."

"Dengan ini saya nyatakan kalian berdua resmi menikah dan menjadi pasangan yang sah dimata Tuhan dan hukum."

Tepuk tangan kebahagiaan dari para tamu undangan mengiringi selesainya acara pengucapan janji suci pernikahan.

"Di persilahkan untuk kedua mempelai memasangkan cincin pernikahan sebagai tanda bahwa kalian saling memiliki satu sama lain."

Lelaki dan perempuan yang bertugas untuk membawa cicin pernikahan berjalan beriringan naik ke atas altar yang bernuansa serba putih itu, menghampiri pasangan pengantin yang sedang berbahagia sambil membawa kotak beludru berwarna merah dengan dua cincin pasangan didalamnya.

"Selamat atas pernikahan kalian." Ucap sang wanita tanpa suara.

"Terimakasih." Balasnya dengan senyum mengembang.

Mempelai pria mengambil cincin berlian yang menonjol dibagian tengah untuk dipakaikan ke mempelai wanita didepannya. Sedangkan sang mempelai wanita memakaikan cincin dengan permata yang tertanam rapi didalam cicin untuk mempelai pria.

"Ke dua mempelai dipersilahkan untuk berciuman."

Kedua mempelai tersenyum bahagia. Sang pria merangkul pinggang wanitanya agar semakin mendekat kearahnya.

"Akhirnya setelah 3 tahun kita bersama. Aku bisa benar-benar memilikimu sebagai istriku. Kana Kharncana Phutiwat, oh atau sekarang aku harus menyebutmu Kana Kharncana Sumettikul." Ucap sang pria sambil tersenyum tipis membuat sang wanita tersenyum malu.

"Aku mencintaimu." Imbuhnya.

"Aku juga mencintaimu." Balasnya sambil merangkulkan kedua tangannya ke atas pundak sang pria.

Mereka mulai memajukan wajah hingga kedua bibir itu bertemu dengan kembali diiringi oleh tepuk tangan dari para tamu undangan.

☆♡BIBLEBUILD♡☆

"Sayang, kemarilah. Kita harus mengikuti acara lempar bunga. Aku ingin mendapatkan bunga itu." Ucap Briell sambil menarik-narik tangan suaminya.

"Untuk apa kita mengikuti itu? Kita sudah menikah. Kau ingin aku menikah lagi?"

"Ish, bukan seperti itu. Bunganya terlalu cantik untuk tidak dimiliki. Dan juga siapa tau jika kau atau aku mendapatkan bunga itu, bisa saja itu pertanda kita akan segera memiliki anak." Ucap Briell asal karena sebenarnya Ia hanya ingin bunga yang sudah diincarnya sejak kemarin.

"Aku malas, sayang. Aku ingin makan cheesecake. Lihatlah, itu sudah tinggal sedikit. Jika aku tak segera mengambilnya itu akan segera habis."

"Tidak ada malas-malasan. Jika kau ingin cheesecake aku akan membuatkanmu esok. Sekarang ikut aku pergi dan dapatkan bunga itu untukku." Digeretlah tangan suaminya itu hingga kedepan altar yang sudah banyak orang berkerumun untuk tujuan yang sama, mendapatkan bunga.

"Kakak, kenapa kau dan kakak ipar ikut berkerumun? Kalian ingin menikah yang kedua kalinya?" Teriak Bible dengan nada menggoda karena posisi kakak dan kakak iparnya agak jauh dari tempatnya berdiri.

"Apa-apaan kau ini! Aku hanya ingin bunganya!"

"Baiklah. Tapi jangan menangis padaku jika Build akan menikah lagi setelah mendapat bunganya." Goda Bible lagi pada kakaknya. Dan dibalas jari tengah oleh kakanya.

Tidakkah aneh jika Bible memanggil Build hanya nama tanpa embel-embel 'kak' atau yang lainnya padahal Build adalah suami dari kakaknya? Tapi itulah kenyataannya. Build menyuruh Bible untuk hanya memanggil nama agar mereka semakin dekat tanpa batasan apapun. Karena jujur saja dari keluarga istrinya (ibu dan ayah Briell), hanya Bible yang susah untuk dekat dengannya.

This is Wrong Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang