17. Marah

1.3K 140 2
                                    

Melihat kemeja yang persis sama, Ibu Sarah bertanya memastikan, "Fiona, apa kau mendapatkan kemeja ini untuk Lukas juga?"

Fiona menggangguk pelan sambil menatap Lukas yang duduk tidak jauh darinya. Dia tersenyum lalu menjelaskan, "Sebenarnya, saat pertama kali melihat kemeja itu, aku langsung teringat pada Lukas. Kupikir kemeja itu akan sangat cocok untuknya. Jadi, aku menyarankan Alena untuk mengambilnya. Tapi sayang, Alena mengambil ukuran yang salah, bahkan setelah aku mengingatkannya. Jadi kupikir akan lebih baik jika aku mendapatkan ukuran lain yang lebih sesuai untuknya."

Hanya dalam penjelasan singkat, Fiona langsung mengambil semua kredit untuk dirinya sendiri. Dia menjelaskan bahwa dialah yang beriniatif untuk mendapatkan pakaian itu dan bagaimana cerobohnya Alena dalam memilih ukuran pakaian suaminya.

Ibu Sarah tersenyum lebar dan memujinya, "Sudah kubilang, Fiona itu gadis yang sangat teliti dan juga perhatian. Dia begitu perhatian sampai bisa mengingat detail terkecil Lukas yang bahkan istrinya sendiri tidak akan bisa," ucapnya tidak lupa menyudutkan Alena.

Fiona menggelengkan kepalanya. "Tidak Bibi, jangan berbicara seperti itu. Aku tidak ingin Alena salah paham padaku," tuturnya sambil menoleh ke arah Alena. Dia langsung menjelaskan tindakannya dengan cara yang sungguh-sungguh, "Alena, kau pasti tahu kalau aku sudah mengenal Lukas sejak kecil, jadi wajar jika aku mengetahui hal ini. Aku membeli kemeja itu karena kupikir Lukas akan cocok memakainya, tidak ada maksud lain. Maaf karena aku tidak memberitahumu tadi, kuharap kau tidak akan keberatan."

Alena tidak memberikan reaksi lebih apa pun pada penjelasan Fiona. Tapi dia memang harus mengakui kalau gadis itu sangat pintar merangkai kata sampai-sampai dia hampir percaya pada omong kosongnya.

Hanya karena sudah menjelaskan kalau dia tidak punya maksud lain, Fiona ingin dia menerima tindakannya dengan lapang dada.

Terlepas dari apakah Alena yang sebelumnya menyukai Lukas atau tidak, tapi tetap saja tindakan Fiona tidak bisa dibenarkan. Istri mana yang rela jika suaminya lebih memilih mengenakan barang pemberian wanita lain dibanding dirinya sendiri?

Alena mengangkat kepalanya dan menatap lelaki yang duduk di seberangnya. Meskipun Lelaki itu belum mengatakan kalau dia akan menerimanya, tapi dia juga belum menolaknya.

Entah itu saat Bibinya mengomeli Alena atau saat Fiona yang menyudutkannya, Lukas sebagai suaminya tidak melakukan tindakan apa pun untuk membela atau mengeluarkannya dari situasi itu.

Tindakannya yang acuh tak acuh terhadapnya istrinya yang membuat anggota keluarga lain dengan berani menindasnya!

Memikirkan hal itu membuat Alena menatap Lukas dengan marah. Bisa dibilang dia mulai menyalahkan pria itu atas semua perilaku buruk yang diterimanya di saat rumah ini.

Tadinya Alena tidak peduli pada trik licik Fiona. Dia bahkan sengaja mengikuti permainan wanita itu dan masuk ke dalam jebakannya.

Tetapi setelah dia melihat bagaimana Lukas sebagai suami pemilik tubuh sebelumnya dengan santai menyaksikan istrinya ditindas, dia merasa marah!

Lukas disisi lain tidak merasa heran jika Alena melemparkan tatapan penuh kebencian padanya. Gadis itu memang selalu begitu. Saat dia cemburu, dia akan bertindak seperti wanita gila. Mungkin sebentar lagi dia akan bertengkar dengannya dan memperlihatkan sifat aslinya.

Sayangnya, Lukas tidak tahu jika tebakkannnya kali ini sudah jauh meleset. Alena yang dulu mungkin menatapnya begitu karena memang cemburu, tetapi Alena yang sekarang menatapnya marah karena perilaku buruk yang diterimanya!

Fiona merasa senang melihat tatapan sengit yang dilemparkan Alena pada Lukas. Dia puas karena berhasil membangkitkan konflik diantara suami-istri itu.

Sepertinya, rencana lama yang telah disusunnya akan berjalan dengan lancar malam ini.

Alena menangkap senyum puas  Fiona. Dia melipat kakinya dan mulai berbicara untuk menghentikan lamunan manis gadis itu. "Sejujurnya aku keberatan," ungkapnya dengan nada dingin, "aku tidak bisa terima jika suamiku memakai pakaian yang kau berikan padanya sedangkan aku tidak. Kalian berdua juga bukan anak-anak lagi. Seperti katamu, aku bisa saja salah paham karena kau diam-diam membelikan pakaian lain untuk suamiku. Meskipun kau sudah mengenalnya sejak kecil, tapi bagaimanapun dia sudah menikah sekarang. Kuharap kau bisa menjaga jarak darinya," balasnya tanpa ampun.

Wajah Fiona langsung memerah karena malu. Dia belum pernah dipermalukan didepan umum seperti ini sebelumnya.

Alena, berani sekali dia!

***

Hallo, bagaimana dengan bab ini? Kuharap tidak membosankan.

Ngomong-ngomong 'rencana' Fiona di sini masih abu-abu ya. Di bab selanjutnya dia akan menjalankan rencana utamanya untuk menjebak akang Lukas!

So, stay tuned!

Eh, udah pada pencet bintang pojok kanan belum?

Love After HateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang