"Bagaimana kabarmu Mei-chan?"
Malam ini keluarga besarku sedang berkumpul di sebuah restaurant bbq. Semua anggota keluarga wajib meluangkan waktu untuk datang agar keakraban keluarga besar saling terjaga.
"Seperti yang kau lihat, kondisiku sangat baik." Ucapnya percara diri.
Mei atau yang biasa dikenal dengan Narumiya Mei merupakan saudara sekaligus teman bermainku sejak kecil. Dia juga lah yang memperkenalkanku dengan dunia baseball termasuk Kazuya.
Sejak kecil Mei mengajakku untuk bermain lempar tangkap bola baseball, awalnya aku tidak tertarik dengan permainan yang dimainkan oleh kaum lelaki itu. Akan tetapi semakin lama aku semakin tertarik dan ikut belajar sebagai pitcher bersamanya.
"Aku kemarin menonton pertandinganmu dengan Seiba club. Lemparanmu semakin sulit diprediksi ya Mei-chan."
"Tentu saja!! Seharusnya kau sudah tau kalau aku ini pitcher terbaik se Jepang hahaha."
"Jangan terlalu percaya diri. Lihat ini." Aku memberikan buku catatan yang berisi analisa alur permainannya dari awal hingga akhir.
"Sial. Ternyata kau makin hebat juga ya Kei." Ucapnya seraya mengusapkan tangannya ke rambutku.
"Tentu saja! Sehebat apapun pemain, aku bisa membaca gerakannya haha." Ucapku percaya diri.
"Aku menyesal tidak memaksamu untuk bersekolah di Inashiro. Jika ada kau mungkin kami akan menjadi tim yang tidak akan terkalahkan."
"Kau tau kan aku sama sekali tidak tertarik untuk menjadi seorang manager. Aku hanya memberikan catatanku kepada orang tertentu saja."
"Maksudmu Miyuki?"
"Hei!!" Ucapku kesal. Mudah sekali aku salah tingkah hanya dengan mendengar namanya.
"Kau masih saja menyukai pria aneh itu?" Ucap Mei sambil berusaha untuk menahan tawanya.
"Apa kau sadar kalau dirimu juga aneh Mei-Chan?"
Mei mengalihkan wajahnya seolah dirinya sedang merajuk. Lucu sekali melihatnya seperti ini.
Aku mengambil minumanku yang sudah mencair. Saat ini orang tuaku dan orang tua Mei sedang berbincang dengan asik. Aku dan Mei sengaja memisahkan diri dari mereka karena malas mendengar obrolan seputar bisnis dan lainnya.
"Bagaimana perkembangan hubunganmu dengan Miyuki?"
Ohok ohok ohok
Aku terbatuk-batuk mendengar ucapan spontan darinya. Aku berusaha menahan sikapku agar tidak terlihat gugup.
"Hubungan apa maksudmu? Aku dengannya hanya sahabat saja sejak dulu."
"Hanya orang bodoh yang tidak menyadarinya."
Aku menundukkan kepala sambil meremas kedua jemariku dengan keras. Berusaha tidak goyah dengan tekad yang sudah aku buat sejak dulu.
"Aku tidak ingin merepotkan dirinya dengan hal-hal yang tidak penting seperti ini. Aku hanya ingin dia fokus mengejar mimpinya saja."
"Dasar bodoh." Mei mengusap rambutku dengan pelan.
"Walaupun bodoh, aku tetap cantik." Mei tertawa dengan keras mendengar ucapanku yang sangat percaya diri. Tapi memang keluarga kami dikaruniai paras menawan. Buktinya Mei sangat dikagumi oleh wanita diluar sana karena wajahnya yang tampan walaupun tidak tinggi seperti pemain baseball lainnya.
Pertemuan keluarga kami ditutup dengan kejutan kecil untuk Mei atas keberhasilannya di dunia baseball.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Aku berjalan dengan riang sambil menikmati hembusan angin musim semi. Bunga Sakura sudah mulai bermekaran di sepanjang perjalananku menuju sekolah.
Semenjak awal tahun pertama sekolah, aku dan Miyuki sudah tidak lagi berangkat atau pulang bersama karena ia memilih untuk tinggal di asrama agar bisa lebih fokus dalam berlatih.
Aku sangat heran dengannya. Walaupun sedang libur sekolah, dia masih saja terus berlatih hingga otot badannya terbentuk dengan sempurna dibandingkan dengan tahun lalu.
"Mengapa aku membayangkan hal itu." Wajahku memerah karena sempat terlintas di pikiranku bentuk badan Miyuki tanpa menggunakan atasan.
"Kenapa wajahmu merah Kei?" Suara berat yang menyapaku sontak membuatku kaget.
"Sedang apa kau disini Kazu-kun?" Ucapku berusaha mengalihkan pertanyaannya.
"Aku semalam pulang kerumah karena mengambil beberapa baju."
Aku menatap wajah Miyuki yang berada di sampingku. Entah mengapa arah mataku refleks turun kebawah dari leher hingga ke perutnya.
'Apa yang kau lakukan Keiko baka!!'
"Kau sakit?" Miyuki meletakkan jemari tangannya di dahiku. Sontak saja wajahku menjadi semakin memerah dan salah tingkah.
"Aku tidak sakit Kazu-kun." Aku memindahkan jemarinya agar tidak berada di dahiku lagi
"Wajahmu memerah seperti itu. Kalau bukan sakit lalu apa?"
"Bukan apa-apa. Aku hanya kepanasan saja." Ucapku asal.
"Bohongmu ketebak sekali Kei. Kau tidak bisa berbohong ya haha." Miyuki mengacak rambutku dengan keras hingga rambutku berantakan.
"KAZU-KUN NO BAKA!!" Aku mengejarnya setelah ia dengan sigap berlari ke arah gerbang setelah berhasil membuatku meledak.
Tentu saja aku tidak bisa mengejarnya. Tidak ada harapan untuk bisa mengejar seorang pemain baseball.
Tbc
Visualisasi Keiko